The Christmas Wedding
James Patterson & Richard DiLallo @ 2011
Grand Central Publishing – October 2011
266 Hal.
3 tahun setelah kematian suaminya, Gaby
Summerhill memutuskan untuk menikah kembali. Gak tanggung-tanggung, yang calon
suaminya ada 3 orang. Untuk itu, ia mengundang anak-anaknya beserta keluarga
mereka, untuk berkumpul di hari Natal
dan merayakan pernikahan itu. Tapi…. Siapa calon suami yang ia pilih masih
rahasia dan itu akan ia buka tepat di hari pernikahannya. 3 pria itu – Tom,
Marty dan Jacob – bersaing secara sehat, mereka tetap berteman.
Tapi, buat anak-anak – Claire, Emily, Lizzie dan
Seth, apa yang dilakukan Gaby bukanlah sesuatu yang aneh karena buat mereka
Gaby adalah pribadi yang unik, sebagai seorang perempuan dan seorang ibu.
Novel ini ‘ramai’ sekali. Banyak tokoh-tokohnya.
Ini beneran kaya’ lagi nonton film bertema Natal. Ada
ibu yang tinggal sendirian, lalu dia ngirim kabar ke anak-anaknya untuk datang
ke rumahnya, berkumpul lagi di hari natal. Terus, digambarin deh suasana atau keadaan
masing-masing anak. Dan terakhir, satu per satu keluarga mulai berkumpul di
rumah masa kecil mereka itu.
Cerita-cerita bertema Natal selalu dipenuhi dengan suasana hangat
dalam keluarga. Karena gue gak merayakan Natal,
tapi paling gak, itu yang gue tangkap kalo gue baca atau nonton film bertema Natal. Sama lah pastinya
dengan suasana di hari raya yang lain. Keluarga berkumpul, ceria, ketawa-tawa,
suasana akrab penuh dengan keceriaan. Lupa deh sama segala masalah yang ada.
Kalau pun ada – seperti yang ada dalam buku ini – satu sama lain saling
menguatkan dan memberi semangat. Gak boleh ada yang sedih, cemberut atau marah.
Kalau tentang satu per satu karakter:
Gaby: seorang ibu, juga bekerja sebagai guru.
Punya jiwa sosial yang tinggi. Terhadap anak-anaknya, beliau sangat terbuka dan
jujur. Gaby berusaha untuk gak berbohong atas segala hal, sekecil apa pun itu.
Menantunya dan cucunya juga menyukai dan menyayanginya. Kaya’nya buat Gaby gak
ada yang bisa bikin dia susah, apa juga dihadapi dengan senyum aja.
Claire: seorang ibu dengan 3 orang anak.
Bermasalah dengan suaminya yang rada bersikap semaunya. Ditambah lagi dengan
Gus, anak remajanya, yang suka bikin ulah di sekolah.
Emily: pengacara sukses, suaminya juga seorang
dokter. Sedang berambisi mengejar posisi sebagai partner.
Lizzie: ibu rumah tangga, yang harus mengurus
suaminya, Mike, yang sakit. Meskipun sakit keras, Mike masih berusaha melucu
dalam keadaan yang payah.
Seth: satu-satunya anak laki-laki Gaby. Bersama
pasangannya, Andie, mereka merencanakan sebuah kejuta. Seth ini ingin jadi
seorang penulis, tapi kecewa ketika sebuah penerbit besar menolak karyanya.
Di mata Gaby, sebuah kegagalan bukan harus
ditangisi berlama-lama. Ketika Seth cerita ia ditolak penerbit, maka Gaby
dengan cueknya bilang “Ya udah, jangan beli lagi buku dari penerbit itu). Gaby
memberi nasihat, mungkin sepintas seperti menjatuhkan, tapi justru ia berusaha
membuka mata anaknya, bahwa ada kesempatan di tempat yang lain. Dan cara Gaby
berkomunikasi sama anak-anaknya cukup unik, bukan melalui surat pos atau email, tapi melalui video.
Yang lucu ada ketiga tokoh pelamar Gaby – Tom,
Marty dan Jacob. 3 laki-laki paruh baya yang mencoba mengharapkan cinta Gaby
dan menjadi pendamping bagi Gaby. Dengan sabar dan patuh mereka mengikuti
kemauan Gaby. Tapi mereka gak maksa lebih jauh. Favorit gue adalah Marty,
ketika dia gantiin Gaby di kelasnya, dan ngajarin mereka cara novel yang berat
dengan ‘asyik’.
Ketika membaca buku ini, gue memutuskan – bahwa
gue lebih menyukai kalau James Patterson menulis buku bertema thriller. Entah
kenapa, cerita yang manis ini terasa ada yang ‘nanggung’. Ending-nya sih jelas.
Teka-teki terjawab. Tapi, koq rada kurang mengena di hati gue. Mungkinkah
karena novel ini ditulis oleh dua orang? Dan James Patterson yang biasanya bisa menarik
perhatian gue dengan ceritanya yang berlangsung cepat, kali ini menurut gue
terasa ‘lamban’. Meskipun tiap bab gak panjang, tapi ending tiap bab rada
kurang ‘memuaskan’. Gak bikin gue pengen cepat-cepat cari tahu apa cerita di
bab berikutnya. Entah ya, teka-teki cerita yang berpusat pada ‘siapa si pria
beruntung itu?’ terasa kurang memikat. Karena, latar belakang pria yang
seharusnya bikin pembaca tebak-tebakan itu, gak dibuka secara lebih lebar,
sedikit-sedikit aja dan berisi yang baik-baik.
Masih banyak karya James Patterson yang pengen
gue baca – kebetulan masih ada beberapa yang ada di timbunan – terutama yang
bergenre thriller. Gue juga pengen tau seperti apa kalo beliau nulis buku untuk
ABG di serial Middle School.
#Tulisan
ini dibuat untuk posting bareng BBI
bulan Desember 2013 tema: liburan
That's a wrap... posting ini menutup posting bareng BBI selama tahun 2013 ... moga-moga tahun depan bisa lebih rajin lagi ikutan posting bareng BBI.
Happy
Holiday … and
Happy
New Year!!