Monday, June 13, 2016

We were Liars


We were Liars (Para Pembohong)
E. Lockhart @ 2014
GPU – 2016
296 hal.


Keluarga Sinclair adalah salah satu keluarga kaya di Amerika. Setiap liburan musim panas, keluarga tersebut menghabiskan liburan mereka di salah satu pulau pribadi di Martha’s Vineryard.

Ketiga cucu-cucu tertua, Cadence, Mirren, Johnny dan salah satu kerabat bernama Gat, membentuk kelompok sendiri, karena usia mereka yang sebaya. Mereka menamakan diri mereka ‘Para Pembohong’. Grandad Sinclair tidak punya anak laki-laki, dan rumah tangga anak-anaknya berantakan, berakhir dengan perceraian. Ada ‘intrik-intrik’ di antara kakak beradik anak-anak Sinclair yang sering meminta cucu-cucunya untuk bersikap baik dan merebut hati kakeknya demi ‘keamanan’ warisan mereka. Penny berharap, Cadence-lah sebagai cucu tertua yang kelak menjadi pewaris utama Sinclair, sementara Carrie ini Johnyy, sebagai cucu laki-laki tertua yang mendapatkan keistimewaan itu.

Di musim panas ke 15, Cadence atau yang akrab dipanggil Cady, memulai kisah buku ini.  Cady menderita amnesia sejak kecelakaan 2 tahun lalu, atau tepat di musim panas ke 13. Ia tak bisa menginat apa pun tentang kecelakaan itu, sementara semua anggota keluarga seolah sepakat untuk merahasiakan apa pun yang terkait dengan tragedi itu dari Cady.

Banyak perubahan yang terjadi, rumah lama kakeknya direnovasi besar-besaran, ibu dan adik-adiknya jadi lebih ‘akrab’, Cady diminta lebih dekat dengan sepupu-sepupu kecilnya, Sementara, Cady dan Gat bolak-balik berusaha kembali dari awal.

Entah kenapa ya, di awal-awal gue merasa buku ini rada gak greget, gue merasa ada sesuatu yang gak pas. Gak tau apa karena terjemahannya .. atau karena cover-nya .. atau karena ceritanya yang tipikal ... keluarga kaya raya, yang cewek cantik dengan rambut pirangnya, yang cowok ganteng dan atletis, cinta-cintaan hubungan terlarang, intrik-intrik perebutan kekuasaan. Tapi ya, di awa-awal, emang rada bingung baca buku ini ... ada sesuatu yang gak nyambung ... emang harus sabar nunggu sampai akhir .. baru bisa manggut-manggut ...

Satu kalimat Gat yang ‘mengena’ adalah bahwa Sinclair adalah keluarga kaya, tapi gak peduli dengan para pekerja yang membantu mereka selama mereka di pulau itu – juru masak, tukang bersih-bersih dan lain-lain.  Sementara Gat sendiri – berbeda dengan keluarga Sinclair, adalah keturunan Indian, yang dikhawatirkan Penny, jika Cady terlalu dekat dengan Gat, akan berpengaruh pada ‘penilaian’ Grandad.

Tapi yang menarik dari novel ini, tentu saja misteri di balik tragedi yang menimpa Cady. Dalam bayangan gue, We were Liars adalah versi remaja dari buku Before I Go to Sleep.  Meskipun gue ‘hanya’ kasih 3 bintang untuk buku ini, ending-nya lumayan bikin gue ‘terkejut’ dan ‘merinding’. Meskipun ‘klise’, tapi cerita-cerita berlatar amnesia, masih menarik buat gue – karena kadang membuat sebuah cerita jadi berbeda dan membolak-balikan fakta yang sebelumnya ada.

Tuesday, June 07, 2016

Second Life


Second Life
S. J. Watson @ 2015
Harper
402 hal.

Don’t play with fire, if you don’t want to get burned!!!

Itu kira-kira pesan moral dari novel ini.

Bermula dari keinginan menyelidiki kematian Kate, adiknya, Julia nekat membuat profile untuk kencan online. Berdasarkan informasi dari sahabatnya, Kate kerap berkencan secara online, bahkan sesekali bertemu dengan salah satu dari mereka. Julia yakin, salah satu teman kencan Kate itu adalah pelaku pembunuhan Kate.

Dengan melihat profile Kate, Julia akhirnya menemukan salah satu di antara teman kencan Kate itu yang kira-kira ‘berpontensi’ untuk dicurigai. Itulah awalnya Julia pun membuat profile palsu untuk situs tersebut. Tapi, lama-lama dengan segala kata-kata manis dan berbunga-bunga dari Lukas, Julia pun sedikit ‘tergoda’. Memakai alasan untuk mengungkap misteri tersebut, Julia bersedia bertemu dengan Lukas, bahkan melanjutkan ke hubungan yang lebih intim.

Keluarga jadi taruhan. Bahkan Julia pernah berbohong kepada suaminya, untuk menunda acara makan siang di hari ulang tahun Julia, karena di hari yang sama, Julia sudah ada janji untuk bertemu Lukas.

Tapi, lama-lama, Lukas semakin aneh – mulai tiba-tiba muncul ketika Julia sedang di bioskop bersama anaknya ,Connor. Lalu ketika Julia memutuskan untuk menghentikan semua ini, Lukas tiba-tiba menghilang, dan lalu tiba-tiba muncul lagi sebagai dengan identitas lain dan bertunangan dengan teman baik Kate.

Namun, Julia tidak bisa begitu saja membongkar rahasia Lukas, karena Lukas mengancam untuk menyebarluaskan foto dan video ketika Lukas dan Julia sedang berdua.

Lalu siapa sebenarnya pembunuh Kate? Apa motifnya?

Agak sulit buat gue menyukai tokoh Julia. Sosok ibu rumah tangga, selalu berusaha menjadi istri yang baik, dan ibu yang perhatian terhadap anaknya. Fakta bahwa Connor adalah anak Kate, terkadang mempersulit komunikasi di antara mereka. Julia adalah mantan pencadu alkohol, makanya Hugh, sang suami sangat berhati-hati terhadap hal itu. Julia juga terkadang ‘terbayang-bayang’ dengan kehidupan masa lalunya, ketika ia menjalin hubungan dengan seorang pria bernama Markus di Berlin. Julia berprofesi sebagai fotografer lepas. Sampai di sini, di mata gue, Julia masih sosok istri dan ibu yang normal.

Tapi, begitu kenal Lukas, Julia jadi sosok yang ‘menyebalkan’ buat gue. Seperti mencoba ‘dimaklumi’ bahwa apa yang dia lakukan adalah untuk memecahkan misteri, tapi koq lama-lama menjadi salah satu obsesi tersendiri bagi Julia.


Sosok Lukas berhasil membuat gue ‘merinding’. Dengan tingkah yang tiba-tiba manis, lalu jadi psycho. Kemunculan kembali di rumah Julia, jadi salah satu bagian yang membuat gue penasaran untuk segera mengetahui ending novel ini.
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang