Bangkok: The Journal
Moemoe Rizal
Gagas Media – Cet. I, 2013
436 Hal.
(hadiah #unforgotTEN)
Harta sering kali membuat keluarga jadi
terpecah belah ... seperti Edvan, yang
setelah ayahnya meninggal, jadi sering bertengkar dengan ibunya dan memilih
pergi dari rumah, tinggal di Singapura, menjadi arsitek muda yang cukup
diperhitungkan. Tapi, ada kalanya, seseorang tetap harus pulang, terlebih
ketika sang ibu meninggal dunia dan menitipkan sebuah catatan harian, sebuah
jurnal yang harus ia telusuri ke belakang, agar tau jawabanya.
Demi mencari awal mula jurnal itu, Edvan pun
terbang ke Bangkok,
tempat di mana ibunya pernah menghabiskan waktu yang cukup lama dan bertemu
dengan ayahnya. Selama pergi dari rumah, banyak yang berubah, terutama di diri
adiknya, Edvin. Suka atau tidak, Edvan harus menerima perubahan yang sangat
drastis itu.
Jurnal Artika, ibu Edvan, tertulis tahun 1980.
Yang diberikan Edvin kepada Edvan adalah lembaran jurnal terakhir. Inilah
warisan Artika untuk Edvan. Dan di setiap akhir dari lembaran sebuah jurnal,
tertulis nama dan tempat di mana Edvan harus menemukan jurnal selanjutnya.
Tentu saja, bukan hal yang mudah. Bangkok tahun
1980an tentu sudah jauh berbeda dengan Bangkok
di tahun 2000an. Perkara mencari orang yang dimaksud, yang belum tentu masih
hidup.
Edvan dibantu oleh Charm, seorang gadis warga Bangkok – yang misterius
dan penuh rahasia. Yah, lama-lama sih, Edvan jadi suka sama Charm, meskipun
ternyata Charm ini membenci banyak hal yang secara langsung atau gak, berhubungan dengan Edvan.
Sembari diajak penasaran apa maksud dan tujuan
dari jurnal-jurnal itu, pembaca diajak menelusuri kota
Bangkok, untuk
mencari keberadaan lembaran jurnal yang ditulis dibalik potongan kalender.
Bagi Edvan, hal ini tak hanya membuat
pandangannya terhadap ibunya berbeda, tapi juga merubah pribadi Edvan sendiri.
Membaca buku Bangkok: The Journal, gue merasa rada beda
aja dengan seri STPC lainnya. Entah karena mungkin fokusnya justru bukan di
masalah romansa cinta antara Edvan dan Charm, tapi justru ke hubungan antara
ibu-kakak-adik.
Ceritanya juga ada bagian serius, haru, sedih,
bahagia bahkan kocak. Apalagi dengan keberadaan Max, adiknya Charm, yang pengen
banget jadi juara dunia muaythai, yang suka asal dan bikin Edvan kesel.
O ya, kalo iseng-iseng pengen membayangkan seperti apa sosok Edvan, coba search Chaiwat Thongsaeng, bintang film Thailand, yang kata Max mirip Edvan... (Tadinya mau pasang fotonya di sini.. tapi astaga... gak baik untuk anak-anak di bawah umur.. :D)
Untuk penggambaran suasana kota
Bangkok
sendiri, buat gue cukup detail. Hampir setiap tempat-tempat wisata yang gue pernah
dengar atau lihat, tergambar di sini – sebut saja Golden Palace, Reclining
Budha di Wat Pho, sungai Chao Phraya, Thonburi, floating market, bahkan berkunjung ke club ladyboy, naik tuk-tuk dan ikutan latihan muaythai, ow… tentunya gak
ketinggalan kuliner yang asam-asam pedas itu… #ngiler Tom Yam Gung…
0 comments:
Post a Comment