Tuesday, November 27, 2012

The Invention of Hugo Cabret




The Invention of Hugo Cabret
Marcalais Fransisca (Terj.)
Penerbit Mizan – Cet. I, Januari 2012
543 hal.
(Hadiah giveaway dari Ren’s Little Corner)

Hugo Cabret, anak lelaki yang misterius. Dia tampak selalu mengendap-endap, mengintip di loteng. Setelah ayahnya meninggal, Hugo tinggal bersama pamannya, yang merupakan seorang pengatur jam di stasiun. Pamannya ini selalu pergi, dan tugas mengatur jam diserahkan pada Hugo. Hugo tinggal di balik dinding stasiun kereta api yang gelap.

Ada rahasia yang disimpan oleh Hugo. Sebuah buku catatan selalu terselip di sakunya. Di dalam buku itu ada gambar-gambar, seperti rangkaian mesin-mesin. Ini adalah peninggalan ayahnya, yang seorang tukang jam. Sejak kecil, Hugo suka memerhatikan saat ayahnya bekerja. Sampai ia pun bisa memperbaiki berbagai benda mekanik yang rusak. Bahkan ia dan ayahnya mempunyai proyek besar – yaitu memperbaiki sebuah automan. Sayangnya, ayah Hugo meninggal dalam sebuah kebakaran.

Automan itu seperti manusia robot, di dalam tubuhnya terdapat rangkaian mesin-mesin yang rumit. Automan ini seperti hendak menulis, dan Hugo sangat penasaran, pesan apa yang akan ditulis oleh automan ini. Maka Hugo pun bertekad untuk membuat automan ini kembali berfungsi. Meski ia harus mencuri untuk mendapatkan alat-alat guna mewujudkan impiannya, dan mencari kunci yang pas untuk memutar automan ini.

Tapi, suatu hari, Hugo tertangkap basah ketika hendak mencuri di toko mainan. Dan, betapa terkejutnya si pemilik toko itu melihat gambar-gambar dalam buku catatan Hugo itu.

Hugo sebenarnya anak yang baik, hanya saja nasib yang membuat ia harus melakukan tindakan yang tak terpuji. Meskipun tanpa buku catatan – yang sudah diambil pak tua penjaga toko mainan itu – Hugo tetap berusaha memperbaiki automan itu berdasarkan ingatannya.

Makin ke belakang, misteri automan ini malah menyingkap kehidupan pemilik toko mainan itu. Sosok yang galak, digantikan menjadi sosok yang rapuh. Sementara Hugo, sama sekali gak pernah tersenyum sepanjang cerita. Yah, kecuali endingnya sih. Hidupnya seolah penuh ketakutan, takut kalau automan itu akan hancur sementara ia belum tau misteri di dalamnya atau takut tertangkap dan dipenjara. Isabel jadi sosok yang mencerahkan. Lalu, ada Etienne, meskipun singkat, justru jadi penyelamat.

via thebioscope.net

via IMDb
Membaca buku ini, seperti yang sudah diperingatkan di awal cerita, seperti menonton sebuah film. Dibuka dengan gambar matahari terbit, lalu pelan-pelan semakin luas terlihat pemandangan kota Paris tahun 1930an. Gue bayangkan awalnya hanya terdengar musik yang lembut, lalu semakin jelas kota Paris-nya, terdengar musik-musik yang lebih ceria, lalu pelan-pelan musik menghilang, digantikan dengan riuh-rendah suara orang di stasiun kereta api. Apa yang ada di layar semakin terfokus pada sosok seorang anak laki-laki yang tampak ketakutan, lalu yang terdengar hanyalah suara kaki si anak kecil berlari di lorong yang sepi.

Gue ‘terpukau’ dengan ilustrasi di dalam buku ini. Goresan pensil hitam-putih bikin cerita semakin misterius. Yah, karena gak bisa gambar, gue selalu terkagum-kagum dengan sebuah cerita yang penuh ilustrasi, meskipun hanya hitam putih begini.

Dan, gue juga mengkategorikan buku ini ke dalam historical-fiction, karena salah satu tokoh di buku ini – George Méliés, adalah pembuat film dan juga ilusionis yang terkenal di masanya. Cerita A Trip to the Moon – yang jadi film favorit Hugo, adalah salah satu karyanya yang terkenal.

Gue jadi benar-benar serasa lagi nonton film. Adakalanya gue seolah menahan napas, saat adegan yang menegangkan dan juga lega kala semuanya berakhir baik-baik saja. Gue ‘beruntung’ karena membaca bukunya dulu, dan belum nonton film-nya. Jadi gue lebih bebas ‘berimajinasi’ dan belum ‘terkontaminasi’ film-nya.

Gue gak ragu-ragu untuk memberikan 5 bintang dan bulan untuk Hugo.

Monday, November 26, 2012

The Not-so Amazing Life of @aMrazing




The Not-so Amazing Life of @aMrazing
Gagas Media, Cet. I - 2012
220 Hal.
(Gramedia Pondok Indah Mall)

Sebenernya gue gak terlalu tertarik dengan buku-buku seperti ini. Karena suka sok lucu, lebay dan norak. Tapi, dari hasil iseng-iseng baca di toko buku, koq, malah jadi penasaran pengen tau lebih lanjut apa isi buku ini. Akhirnya, gue pun beli deh buku The Not-so Amazing Life of @aMrazing yang bercover cerah ini.

Pengalaman seorang Alexander Thian selama ia menjadi penjaga counter hp di salah satu mall. Alexander Thian, yang di dunia twitter dikenal dengan nama @aMrazing, juga pernah menyumbangkan ceritanya di buku Cerita Sahabat.

Bayangin kalo kita lagi jalan-jalan di salah satu mall yang penuh dengan counter-counter penjual HP, bisingnya mbak-mbak dan mas-mas yang saling becanda dan menggoda, beradu dengan suara musik yang ‘jedag-jedug’. Kadang kalo ngomong harus bervolume keras, saking berisiknya. Kebayang suasana kaya’ begini, pasti pengaruh banget dengan mood orang-orang yang kerja di sana. Belum lagi ketemu pelanggan yang ajaib, bawel, ngeyel plus ngeselin dan kadang bergaya seperti OKB tapi gaptek dan sok tau.

Yang seperti ini, bisa dibaca di cerita ‘Maria Kere vs Selin Dion’, ‘Kondom Ona Sutra’, ‘Fesbuk of Fesbuk’, atau ‘Napas dari Neraka’. Rata-rata pelanggan yang ngeselin ini, ulahnya adalah minta hp-nya diisiin lagu yang banyak, tapi minta discount, atau salah nyebutin nama penyanyi tapi keukeuh kalo dia yang bener, punya handphone canggih, tapi gak tau cara makenya, yang penting gaya dan bisa facebook-an.

Tapi, ternyata di antara cerita-cerita yang lucu ini, ada beberapa kisah yang membuat terharu. Seperti kisah: ‘Dummy Seharga 2 Juta’, ‘Nggak Canggih, Nggak Gaya? Nggak Gaul!’, ‘Don’t Judge The Heart by The Look’ atau ‘Jujur itu Mahal’. Sedih rasanya membaca cerita seorang bapak yang ditipu, pengen beli handphone buat anaknya yang autis, eh, malah dapet hp dummy, atau berasa pengen teriak-teriak di depan seorang anak yang pengen banget minta dibeliin handphone canggih demi gaul dan gaya di depan teman-temannya.

Well, at least, buku ini gak hanya berisi cerita yang bikin ketawa-ketiwi gak jelas, tapi juga bisa membuat pembacanya melihat hal yang lain. Tapi, cara @aMrazing bercerita emang terkadang bikin pengen jitakin pelanggannya satu-satu karena ngeselin. Tapi sayangnya nih, kadang-kadang @aMrazing menggambarkan pelanggan perempuan rada-rada ‘seronok’. Entah emang bener begitu, atau dilebih-lebihin…

Gue kasih 3 hyena deh buat nemenin @aMrazing kalo mau jaga counter lagi.

Thursday, November 22, 2012

Ratu Mawar Putih




Ratu Mawar Putih (The White Queen)
Putro Nugroho (Terj.)
Penerbit Esensi
577 hal.
(Rental di @ReadingWalk)

Elizabeth Woodville, adalah seorang janda yang suaminya gugur saat perang saudara di Inggris – perang antara klan Lancester dan klan York. Elizabeth sendiri ada di pihak Lancester.

Tapi, saat iring-iringan Raja Edward IV lewat, kecantikan Elizabeth menarik perhatian sang raja. Mereka pun jatuh cinta dan Elizabeth bertekad membawa keluarganya ke derajat yang lebih tinggi.

Tapi sayangnya, pernikahan mereka mendapat banyak pertentangan dari kalangan kerajaan. Terlebih karena Elizabeth berasal dari pihak musuh. Meskipun menjadi pendamping sang Raja, kedudukannya sebagai ratu belumlah aman. Maka Elizabeth, dengan kekuasaannya sebagai ratu, menempatkan para saudara-saudaranya tersebar di seluruh Inggris, agar ia tahu siapa yang berpihak padanya dan siapa yang menjadi musuhnya. Raja masih terus pergi berperang menumpas pihak-pihak yang juga menginginkan mahkota raja. Banyak pihak yang dirugikan dengan pernikahan ini. Ditambah lagi kehadiran putra mahkota, yang tentu saja semakin menggeser kedudukan George dan Richard – dua saudara kandung Edward yang tak kalah ambisius.

Saat Raja Edward IV mangkat pun, Elizabeth tak juga aman. Terlebih putra mahkota yang masih kecil. Isu-isu tak sedap beredar. Pernikahannya dengan Raja Edward IV dianulir dan semua anak-anaknya dianggap anak haram.

Aduh, ribet kali kehidupan kerajaan Inggris ini. Perang perebutan kekuasaan yang tak henti, fitnah yang terus bergulir. Intrik-intrik politik kerajaan. Sejarah yang benar-benar penuh darah. Sesama saudara rela saling bunuh demi mencapai puncak tertinggi – yaitu menjadi Raja.

Elizabeth Woodville - via tudorplace.com


Tapi, biar ambisius, Elizabeth tetap seorang ibu yang senantiasa khawatir akan keselamatan anak-anaknya.

Terus terang, gue rada pusing baca buku ini. Pusing dengan nama-nama yang sama - Raja Richard, Pangeran Richard, Raja Edward, Pangeran Edward dari klan A, Pangeran Edward dari Klan B, lalu Elizabeth di sana, Elizabeth di sini… aduh.. betapa gak kreatifnya orang Inggris jaman dulu. Gue jadi suka ‘sliwer’ sendiri, ini lagi ngomongin Richard atau Edward yang mana?

Yang menarik menurut gue dalam cerita ini adalah legenda Melusina si Dewi Air. Dalam kesulitan, Elizabeth kerap meminta bantuan sang Dewi untuk membalaskan dendamnya kepada pihak-pihak musuh.

Lalu, hihihi.. gue ngikik sendiri setiap baca kalimat, “Istriku, mari kita ke ranjang.”

Dua tangkai mawar putih aja ya, buat buku ini…

Wednesday, November 21, 2012

Wishful Wednesday 13




Pertama, selamat ulang tahun untuk Astrid, si pemilik blog Book to Share, dan terima kasih lho udah berbaik hati bikin giveaway ini…

Untuk Wishful Wednesday yang ke 13 (oopps… hope this is the lucky ‘13’) di blog lemaribukuku, gue pilih buku: Rasa Cinta dalam Kopi (The Various Flavours of Coffe) karangan Anthony Capella.


Sebelumnya, gue pernah membaca buku Anthonya Capella yang lain, yaitu The Food of Love, dan, well, gue selalu suka dengan buku-buku yang ‘yummy’, yang ada makanan yang lezat dan bikin kelaparan gara-gara ngebayangin makanan-makanan tersebut.

Untuk kali ini adalah tentang Kopi. Meskipun bukan penggemar berat kopi-kopian, tapi menurut gue, buku ini terkesan ‘eksotis’, apalagi ber-setting di Afrika, tempat yang jarang gue temui dalam buku-buku yang gue baca.

Berikut sinopsisnya:

“Kisah yang memikat, diwarnai twist dan kejutan, gairah dan cinta, serta tentu saja, kopi.” ––The Boston Globe

Dengan secangkir kopi, hidup Robert Wallis berubah. Penyair amatir itu tengah duduk di kedai kopi di London merenungi masa depannya yang suram ketika Samuel Pinker menghampirinya. Ternyata si pemilik Castle Coffee menawarkan satu hal yang sangat diharapkan pemuda itu: pekerjaan.

Robert bertugas menyusun daftar “kosakata kopi” berdasarkan cita rasa dan aroma kopi, pekerjaan yang menjadi awal petualangan Robert menemukan manis pahit kehidupan. Adalah putri Pinker yang membuat Robert jatuh cinta dan sadar bahwa ia tidak mungkin membangkitkan satu indra tanpa membangunkan indra-indra lain.

Sayang cinta mereka diuji saat Robert mesti bertolak ke Afrika. Di sana Robert bertemu Fikre yang melayaninya dalam upacara minum kopi khas Abyssinia tradisional. Dan ketika Fikre, budak seorang saudagar, dengan berani menyelipkan sebiji kopi ke tangan Robert, misteri kopi dan cinta terlarang berbaur dan mengubah... sejarah dan takdir.

O ya, buku ini tersedia di toko buku gramedia, atau toko buku online, seperti inibuku.com atau gramedia.com (menurut keterangan baru beredar tanggal 29 Nopember 2012)

Yuk… ikutan Wishful Wednesday juga, seperti biasa rules-nya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Friday, November 16, 2012

Friday’s Recommendation 1




Pertama kalinya ikutan blog-hop ini *ke mana aja sih loe?*… bukan karena ada giveaway lho… Cuma baru kepikiran aja apa yang mau masukin buku apa. Semoga minggu depan bisa ikutan lagi…

Sebelumnya, rules untuk ikutan Friday’s Recommendation di blog-nya Ren, adalah:

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.
2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.
3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.
4. Posting button meme.
5. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah post ini, sehingga pembaca bisa blog walking.
6. Untuk pembaca blog yang tidak punya blog, bisa menulis rekomendasinya di kolom komen.
7. Bahasa yang dipergunakan terserah. Jika memang khusus blog yang menggunakan bahasa Inggris, dipersilakan menulis dengan bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya.

Untuk yang pertama ini, saya pengen ngerekomendasiin buku ‘The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society’ karangan Mary Ann Shaffer. Buku ini sebenarnya sudah saya baca di tahun 2011, tapi gpp kan kalo baru direkomendasikan sekarang?


Buku ini mengingatkan saya pada pertemanan di BBI, yang anggotanya tersebat di seluruh penjuru Indonesia (adakah yang di luar negeri?), bahwa persahabatan bisa juga terjalin di dunia maya...*hugs*. Bahkan setelah membaca buku ini, saya merasa ikut ‘bersahabat’ dengan para tokohnya. Recommended untuk diterjemahkan… semoga, ada penerbit yang melirik buku ini

Berikut sinopsisnya:

“ I wonder how the book got to Guernsey? Perhaps there is some sort of secret homing instinct in books that brings them to their perfect readers.” January 1946: London is emerging from the shadow of the Second World War, and writer Juliet Ashton is looking for her next book subject. Who could imagine that she would find it in a letter from a man she’s never met, a native of the island of Guernsey, who has come across her name written inside a book by Charles Lamb….

As Juliet and her new correspondent exchange letters, Juliet is drawn into the world of this man and his friends—and what a wonderfully eccentric world it is. The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society—born as a spur-of-the-moment alibi when its members were discovered breaking curfew by the Germans occupying their island—boasts a charming, funny, deeply human cast of characters, from pig farmers to phrenologists, literature lovers all.

Juliet begins a remarkable correspondence with the society’s members, learning about their island, their taste in books, and the impact the recent German occupation has had on their lives. Captivated by their stories, she sets sail for Guernsey, and what she finds will change her forever.

Written with warmth and humor as a series of letters, this novel is a celebration of the written word in all its guises, and of finding connection in the most surprising ways.

Sleeping Arrangements




Sleeping Arrangements (Berbagi Ranjang)
Sophie Kinsella (writing as Madeleine Wickham)
Julanda Tantani (Terj.)
GPU – 2011
408 hal.
(Rental dari @ReadingWalk)

Ini adalah cerita tentang dua keluarga yang lagi jenuh. Chloe , si peracang gaun pengantin, yang harus menghadapi pelanggan yang banyak maunya. Sementara itu, Philip, pasangan hidup Chloe, sedang harap-harap cemas menanti kabar kelanjutan dari pengambilalihan bank tempatnya bekerja.

Lalu, Hugh, pria pekerja keras, yang lebih dekat dengan pekerjaan kantor daripada anak-anaknya. Sementara, Amanda, istrinya, sibuk ngurusin warna cat untuk rumah baru mereka.

Dan dua keluarga stress ini butuh liburan, keluar dari rutinitas dan meninggalkan sejenak urusan sehari-hari mereka.

Beruntung kedua keluarga ini kenal dengan Gerard, teman mereka yang kaya raya, yang berbaik hati meminjamkan villanya di Spanyol. Semua (tampak) semangat menyambut liburan ke Spanyol. Tapi… lho.. kenapa semuanya tiba di vila itu dalam waktu yang bersamaan? Tampaknya, Gerard salah mengatur tanggal mereka tiba di sana.

Hmmm.. tapi, entah apa yang sebenarnya direncanakan oleh Gerard… yang pasti ternyata, sebenarnya ada hubungan antara keluarga Hugh dan keluarga Chloe.

Yah, dua kali gue baca buku Madeleine Wickham ini, gue rada-rada kecewa ya. Gue terbiasa dengan gaya Sophie Kinsella yang ceria dan lucu. Gaya Madeleine Wickham lebih dewasa, tapi koq isinya kaya’ nyari-nyari masalah :D

Misalnya nih tokoh si Hugh, ya okelah dia gak bahagia katanya sama kehidupan pernikahannya, istrinya yang terlalu sibuk dengan urusan renovasi rumah. Tapi terus agak keterlaluan rasanya si Hugh ini malah merayu Chloe ketika istrinya hanya ada di kamar sebelah. Gue yang tadinya simpati sama Chloe, jadi sedikit sebal, gara-gara dia tergoda sama Hugh.

Kasian pasangan-pasangan mereka. Amanda misalnya, ia tetap ibu yang baik, yang mendampingi anak-anaknya ketika sakit.

Tokoh yang bikin segar cerita ini adalah keempat anak-anak dari pasangan plus (meskipun mereka gak muncul terlalu banyak sih) plus pengasuhnya yang bernama Jenna.  Itu pun lama-lama jadi 'cape' dengan celetuka 'Guyon'-nya si Jenna yang kebanyakan.

Yah, dua kasur aja deh gue kasih buat tempat tidur mereka. .. hanya ‘it was ok, but I don’t really like it’

Wednesday, November 14, 2012

Wishful Wednesday 12




Nama Ann Martin, gue kenal saat membaca seri The Baby-Sitter Club. Dulu gak boleh ketinggalan satu seri pun (tapi sekarang.. hiks.. udah tinggal beberapa seri).

Lalu, gue liat review The Doll People di blog-nya Astrid… wah, lucu ilustrasinya. Tapi, kenapa baru sekarang gue masukin ke Wishful Wednesday? Karena gue baru mulai membaca The Invention of Hugo Cabret… dan gue langsung ‘terhanyut’ ngeliat ilustrasi-nya Brian Selznick.

Jadi, buku ini pun masuk ke dalam Wishful Wednesday (dan.. halo… ‘my Secret Santa’… buku ini udah ada di dalam wishlist-ku di Goodreads ya… #kode)

Tampaknya Doll People ini ada serial-nya ya?


Berikut sinopsisnya dari goodreads:

Annabelle Doll is eight years old-she has been for more than a hundred years. Not a lot has happened to her, cooped up in the dollhouse, with the same doll family, day after day, year after year. . . until one day the Funcrafts move in.

Mau ikutan Wishful Wednesday juga, seperti biasa rules-nya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Situs Masalah




The Worry Website (Situs Masalah)
Nick Sharratt (Ilustrasi)
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – Oktober 2007
160 Hal.
(Rental di @ReadingWalk)

Gak hanya orang dewasa, anak-anak pun pastinya juga punya masalah. Dan itu bukan hanya masalah yang ada di sekolah, tapi juga masalah dari rumah. Tapi, gak semua anak mau sharing dengan guru atau teman-temannya, alasannya bisa karena malu atau jadi bahan ejekan. Kalo udah jadi bahan ejekan, bisa bikin minder. Karena yah, tau sendiri deh, anak-anak itu kalo udah ngatain atau mengejek temennya suka sadis, entah niatnya hanya untuk lucu-lucuan atau becanda, tapi tetap aja bisa bikin tersinggung.

Nah, Mr. Speed, guru di sekolah Holly, punya satu cara yang bisa mengatasi hal ini. Yaitu dengan membuat yang namanya ‘Situs Masalah’. Di situs ini, setiap anak bisa mencurahkan isi hatinya tanpa harus memasukkan namanya dan yang memberi komentar juga gak perlu memberitahukan siapa namanya. Harapan dari Mr. Speed sih, dengan adanya situs ini, masalah setiap anak dapat terpecahkan atau paling gak, membuat si anak jadi lebih ringan.

Misalnya ada Holly yang lagi uring-uringan karena ayahnya berkencan dengan Miss Morgan. Miss Morgan ini adalah guru adik Holly di Kelompok Bermain dan sangat baik hati. Tapi, anehnya, Holly justru merasa ia akan punya ibu tiri yang jahat.

Lalu, ada Greg yang malu-malu mengungkapkan perasaannya ke cewek yang dia taksir. Ada Samantha yang pengen banget ketemu sama ayahnya lagi, atau William yang selalu jadi bahan olok-olokan teman-temannya karena selalu saja ada yang salah kalau William melakukan sesuatu. Atau mungkin Claire, yang karena keterbatasan fisik, juga membuatnya terbatas melakukan banyak hal.

Tapi, gak semua murid ternyata mau menulis di Situs Masalah ini. Buat sebagian murid ini,  contohnya Lisa - gak semua masalah harus di-sharing – meskipun tanpa nama. Dan masalah yang mereka hadapi memang berat untuk anak-anak seusia mereka.

Menurut gue, ide untuk bikin Situs Masalah ini keren lho. Mungkin anak-anak di sekolah rada segan kalau harus curhat dengan guru BP (eh, masih ada gak sih guru BP itu?), jadinya kan lebih bebas. Daripada dipendam sendiri, ntar malah jadi masalah baru.

Satu hal yang gue suka dari buku Jacqueline Wilson adalah cover-nya yang cerah, tapi gak norak. Juga karena tokoh-tokoh anak-anaknya, yang punya permasalahan rumit di usia belia.

Thursday, November 08, 2012

Klik




Click (Klik)
GPU - September 2012
Jia Effendi (Terj.)
228 Hal.
(Gramedia Plaza Semanggi)

Ketika George Keane meninggal dunia, ia mewariskan kamera dan foto-foto untuk Jason dan sebuah kotak berisi 7 kerang untuk Maggie. Jason dan Maggie adalah cucu George, yang lebih suka dipanggil ‘Gee’. Jason yang menginjak remaja, tak terlalu peduli dengan apa yang ditinggalkan Gee, yang ia tahu, foto-foto itu mempunya nilai uang yang cukup tinggi, cukup besar untuk membawanya ke Tobago mencari ayah kandungnya. Sedangkan bagi Maggie, sekotak kerang di dalam kotak unik ini adalah sebuah teka-teki.

Apa yang disajikan dalam buku ini adalah sebuah kisah yang menarik. 10 cerita yang ditulis oleh 10 penulis, masing-masing dengan karakter penulisan sendiri. 10 cerita ‘berbicara’ dan menceritakan kisahnya sendiri, menguak satu-per satu teka-teki, baik itu tentang foto-foto yang dimiliki Jason atau kerang yang dimiliki Maggie. Semua punya arti dalam perjalanan kehidupan seorang Gee. Gee adalah seorang fotografer, yang meliput bukan hanya tempat-tempat yang indah, tapi justru yang mempunyai nilas sejarah dan kehidupan seorang manusia. Gee pernah ada di Jepang, bertemu dengan korban perang dunia, lalu berkunjung ke penjara di Rusia, atau bagaimana Gee bisa mendapatkan foto seorang Mohamad Ali yang legendaris itu.

Dan menariknya lagi, tak kisah ini tak hanya berkisar saat Maggie dan Jason masih anak-anak, saat mereka menerima warisan tersebut, tapi sampai ke tahun 2030, saat Maggie menemukan tempat terakhir dari kerang yang dimilkinya.

Setiap cerita seolah berdiri sendiri, tapi seiring kita membaca buku ini, kita akan tau, kemana cerita-cerita tersebut saling berhubungan. 7 penulis memiliki cerita untuk satu orang, hanya Maggie yang ditulis oleh 3 orang penulis yang berbeda. Gaya bercerita tentunya juga beda-beda dan ada yang enak untuk dinikmati, ada yang hmmm.. rada bikin kening berkerut. Favorit gue adalah Lev yang ditulis oleh Deborah Ellis.

Dari 10 penulis dalam buku ini, sebagian terus terang gak familiar untuk gue. Paling-paling, tentunya Eoin Colfer – si penulis Artemis Fowl, Nick Hornby – penulis About a Boy, dan satu lagi Linda Sue Park, penulis A Single Shard.

Royalti dari buku ini akan disumbangkan ke Amenesti International, sebuah badan organisasi yang bergerak dalam perlindungan hak asasi manusia. Coba di akhir buku ini, ada salah satu penulis yang cerita tentang proses penulisan buku ini, ya… gimana sebuah cerita yang berdiri sendiri bisa menjadi satu buku yang ada benang merahnya.

Monday, November 05, 2012

The Book of Tomorrow




Harper Collins – 2009
320 hal.
(Sewa di @ReadingWalk)
Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com

Tamara Goodwin, terbiasa hidup dalam kemewahan. Ayah yang seorang pengusaha sukses, rumah lengkap dengan segala fasilitas. Tapi, kematian ayahnya merengut semua kebahagiaan versi Tamara saat itu. Ayahnya meninggal, bunuh diri, meninggalkan sejumlah hutang kepada bank. Untuk membayar hutang-hutang tersebut, rumah dan segala isinya disita. Tamara dan ibunya pun harus meninggalkan rumah itu dan pindah ke rumah pamannya di daerah pedesaan.

Ibunya masih dalam masa ‘berkabung’, tak bicara sedikit pun dan tampak seperti menderita gangguan jiwa. Tamara yang baru berusia 16 tahun itu pun berontak. Ia harus tinggal dengan Rosaleen, bibinya dan Arthur, pamannya yang pendiam.

Tamara selalu berusaha melawan Rosaleen. Ditambah lagi, banyak keanehan yang ia temui pada bibinya ini. Kenapa Rosaleen selalu melarang Tamara untuk menjenguk ibunya di kamar, kenapa Rosaleen selalu bersikeras mengerjakan segala sesuatu sendiri dan selalu tampak tegang. Sementara Arthur, tidak banyak bicara dan cenderung menurut pada istrinya itu.

Tamara mencari kesibukan dengan berjalan-jalan ke sebuah reruntuhan kastil. Konon kastil itu terbakar dan ada korban jiwa. Tamara juga berkenalan dengan seorang biarawati bernama Suster Ignatius.

Yang membuat hari-hari Tamara menjadi lebih menarik adalah saat itu berkenalan dengan Marcus, yang membawa bis – bukan sembarang bis, tapi ‘Perpustakaan Bis’ – yah, perpustakaan keliling gitu deh. Dan, Tamara menemukan sebuah buku misterius. Awalnya, Tamara tak bisa membuka buku itu, karena terkunci. Tapi, Suster Ignatius berhasil membantunya. Ternyata, buku itu adalah sebuah buku harian yang halamannya masih kosong.

Dan saat Tamara hendak menulis di buku harian itu, terjadi sesuatu yang aneh. Buku ini tiba-tiba saja sudah tertulis, tapi anehnya, tanggal yang tertera adalah tanggal di hari berikutnya. Tamara pelan-pelan mulai ‘mengetes’ buku itu. Awalnya ia berusaha mengikuti apa yang sudah tertulis, tapi lama-lama, ia mencari tau apa yang akan terjadi jika ia melakukan hal yang berlawanan.Tapi.. yang tetap jadi pertanyaan... siapa yang menulis buku harian itu? Karena koq tulisannya mirip dengan tulisan Tamara sendiri.

Banyak hal misterius di dalam buku ini, misalnya misteri Rosaleen yang tiap hari selalu bolak-balik ke sebuah rumah dengan alasan mengurus ibunya, lalu sebuah album foto yang lenyap keesokan harinya setelah Tamara sempat melihat sekilas.

Dalam bayangan gue, Tamara ini anak yang pemberani dan kuat. Kuat bukan secara fisik, tapi kuat dalam menanggung cobaan di dalam keluarganya. Ayah meninggal, Ibu depresi dan tinggal di pedesaan tempat ia nyaris tak mengenal siapa pun.

Awalnya, jujur saya gak mempunyai ‘ekspetasi’ yang tinggi dari buku ini. Tapi, wah, surprise, ternyata saat berakhirnya buku ini, saya suka. Mungkin karena ada misteri keluarga di sini, ada sebuah rahasia tentang buku harian (jadi inget buku hariannya Tom Riddle di Harry Potter) dan sempat membuat saya mengira ada sedikit ‘fantasi’ gara-gara melibatkan buku harian yang misterius.

Dan saya pun menutup buku ini dengan rasa puas…

Thursday, November 01, 2012

My Partner



 
My Partner
Retni SB
Gramedia – Pebruari 2012
288 hal.
(pinjam sama @pipitkuprit)


Tita harus menangung beban sendiri setelah Mahkamah Agung memutuskan papa Tita bersalah atas kasus korupsi di perusahaan tempat papanya bekerja. Tita yang beliau tidak bersalah, beliau hanya tumbal. Tapi apa mau dikata, MA menolak Peninjauan Kembali kasus itu. Dan itu berarti, Tita harus kehilangan rumah dan harta benda karena disita pengadilan dan Tita harus bertahan sendiri. Papa di penjara, mama yang tak kuat akhirnya depresi dan harus direhabilitasi, adiknya, Nena memilih menjauh ke rumah nenek mereka, pacarnya kabur, dan teman-teman mulai menjauh.

Keuangan mulai menipis, biaya operasional sehari-hari tetap harus berjalan. Tita membuang gengsinya dan bekerja pada Jodik, arsitek yang merancang taman rumah mereka, yang dulu karyanya pernah dicela Tita. Tapi, sifat cuek dan nyaris juteknya Jodik membuat Tita gak kuat dan memilih bekerja pada Dodi, anak boss papa-nya Tita. Karena bayaran yang lebih menggiurkan dan karena memang sudah berteman sejak lama, Tita menepis siapa sebenarnya Dodi, anak dari orang yang ikut menjerumuskan papa Tita ke penjara.

Hmmm.. apa yang mau gue tulis setelah  baca buku ini… Buat gue kurang ‘beremosi’, meskipun penderitaan tokoh utama cukup mengharu-biru, dengan segala perjuangan dan kesabaran. Tapi malah bikin jadi statis. Yang namanya orang lagi tertimpa musibah yang berat seperti itu, rasanya ada saatnya emosi bisa meledak. Udah gitu, gak ada tokoh antagonisnya, selain Dido yang muncul sekilas (ini pun kalo bisa dibilang antagonis). Kalo mau lebih dramatis, lebih asyik kalo temen-temen lama Tita yang menjauh setelah kasus papanya ini dimunculkan. Yah, kan pengen tau, apa sih yang ada di pikiran ‘teman’ yang menjauh itu.

Lalu, adik Tita, Nena yang ‘ngumpet’ di rumah neneknya. Coba lebih ditampilkan, biar gak seolah hanya Tita yang ‘menanggung’ beban segitu berat.

Mungkin klise ya cerita ini, sang tokoh utama yang sedang menderita, lalu datanglah sang knight in shining armorand they live happily ever after *sigh*. Tiba-tiba gue terpikir, andaikan keadaan dibuat berbeda. Seandainya digambarkan memang ayah Tita adalah koruptor, si penjahat, seperti apa cerita ini bergulir ya? Apa Tita akan setabah yang digambarkan dalam buku ini? Gimana sosok Tita menerima kenyataan seperti itu?

Aduh, ma’af ya, mbak Retni, kalo tiba-tiba jadi ‘ceriwis’ begini. Ide cerita udah oke koq.. bener.. deh, hanya sekali lagi, terlalu klise. FYI (yang gak penting), gue nyaris cerita ke nyokap tentang kasus di buku ini… eh, tiba-tiba baru inget kalo ini hanya fiksi. Abis nyaris tiap hari dengernya berita beginian melulu sih… hehehe…

Dan satu lagi nih, yang terjadi setelah baca buku ini, gue tiba-tiba kepikiran sama keluarga para koruptor di dunia nyata. Apa ya yang keluarga mereka rasakan? Yang pasti gue kasian sama anak-anak mereka.

Something Blue





Something Blue
St. Martin’s Paperback – May 2011
374 hal.
(Rental dari @ReadingWalk)

*Spoiler Allert*

Eh.. gak tau juga sih ini spoiler atau bukan ya? Ma’af deh, kalo ternyata ini jadi malah ngasih tau ending dari Something Borrowed. Yup… Something Blue ada sekuel dari Something Borrowed. Kalo di buku pertama, adalah Rachel yang bercerita, di Something Blue, Darcy yang menjadi pelaku utama.

Buku ini bercerita tentang kehidupan Darcy pasca batalnya pernikahannya dengan Dexter.  Darcy mencoba ‘menimpakan’ semua kesalahan pada Rachel yang ‘mencuri’ tunangannya. Padahal, Dex gak sepenuhnya salah. Ternyata, Darcy juga selingkuh dengan Marcus yang tak lain adalah teman Dex dan pernah dijodohkan dengan Rachel. Bahkan parahnya, Darcy hamil. Darcy mencoba membangun hubungan baru dengan Marcus. Tapi, sayangnya, Marcus hanya menanggap Darcy hanya sebagai ‘selingan’.

Kehidupan Darcy jadi kacau. Claire, yang katanya jadi ‘sahabat’ baru pengganti Rachel, saat mengetahui Darcy hamil, mundur perlahan-lahan dan menjauhi Darcy. Bahkan hubungan keluarganya pun memburuk.

Darcy memilih ‘menyepi’ ke London, tempat Ethan, teman sekolahnya dulu. Ethan juga dekat dengan Rachel, dan dengan berada bersama Ethan, Darcy merasa menang karena seolah merebut sesuatu dari Rachel.

Tapi, yah namanya Darcy, awal ia ada di London, ia tetap dengan kehidupannya seperti dulu. Shopping setiap hari, tabungan menipis tapi ia lupa memeriksakan kandungannya ke dokter. Malahan sempat berangan-angan bertemu pria Inggris yang gentleman, kaya dan akan memberikan kehidupan yang baru untuk dirinya dan bayinya kelak.

Mencoba menghapus kenangan lama itu gak mudah. Seperti Darcy yang kadang masih pengen tau aja apa yang terjadi sama Rachel dan Dex. Tapi, meskipun masih ada rasa marah, Darcy juga merindukan persahabatannya dengan Rachel. Karena, Rachel yang tau bagaimana menenangkan Darcy yang lagi emosi, Rachel yang di banyak peristiwa penting dalam hidup Darcy.

Menjalani masa kehamilan jauh dari orang-orang yang ia sayangi, membuat Darcy sedikit banyak jadi berubah – lebih bijaksana dan hati-hati. Yang pasti, belajar mema’afkan.

Well… sesuatu yang bias diambil dari buku ini adalah belajar mema’afkan. Klise ya, tapi, itu sih yang kadang susah. Apalagi kalo udah pake ‘dendam’. Sayang rasanya kalo sebuah persahabatan harus berakhir. *uhuk…*



Something Borrowed dan Something Blue sudah diterjemahkan oleh Penerbit Esensi. Dan, kalo ngeliat cover Something Blue, hmmm... rada ketebak juga sih ending dari buku ini.

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang