Friday, October 31, 2014

Bridge to Terabithia




Bridge to Terabithia
Katherine Paterson @ 1977
Harper Teen – 2008
191 hal

Jess Arron adalah adalah anak laki-laki dengan 4 orang saudara perempuan. Ia berada di tengah-tengah di antara 2 kakak perempuan yang beranjak remaja dan 2 adik perempuan yang masih kecil. Di usia yang 10 tahun, ia mulai merasa terlalu ‘tua’ untuk bermain dengan 2 adiknya yang masih kecil itu, tapi kedua kakak perempuannya juga mulai sibuk dengan dunia ABG mereka. Sementara itu, ayahnya terlalu lelah untuk berinteraksi dengan Jess.

Maka, salah satu pelampiasan Jess adalah dengan berlari. Ia berambisi untuk menjadi yang tercepat di antara teman-temannya di sekolah. Ia berlatih setiap hari selama liburan, hingga saat masuk sekolah, ia bisa membuktikan bahwa ia adalah yang tercepat. Tapi … sayangnya, impian itu kandas, seorang anak baru bernama Leslie Burke berhasil mengalahkannya. Bayangkan, udah berlatih tiap hari, eh… kalah sama seorang anak perempuan.

Awalnya Jess marah dan kesal .. plus malu juga. Tapi, Leslie ini anak yang ‘unik’, berbeda dari teman-teman Jess yang lain. Leslie ini dianggap aneh, karena pakaian yang dikenakannya terlalu ‘nyentrik’ untuk ukuran di mana Jess tinggal. Lama-lama Jess dan Leslie bersahabat, mereka mempunyai sebuah tempat yang mereka namakan Kerajaan Terabithia, di mana mereka adalah Raja dan Ratunya. Di tempat ini, mereka bisa berkhayal, melarikan diri dari rutinitas sehari-hari, merancang sebuah ‘jebakan’ untuk membuat seorang anak yang suka mem-bully kapok.

Buku-buku Newbery selalu menyajikan kisah persahabatan dengan latar yang sederhana. Apalagi ini dengan setting tahun 70an, teknologi masih sederhana dan gak semua orang punya. Bahkan Leslie pun di sini gak punya televisi, yang bikin dia sempat jadi bahan ejekan teman-teman sekelasnya. Dengan segala kesederhanaan itu, mereka jadi bebas berimajinasi. Tapi, kenapa oh kenapa, buku Newbery juga sering banget menyajikan ending yang sedihhhh dan menyayat hati?? (paling gak sih, dari beberapa buku Newbery yang gue baca)

Yang gue suka ketika baca buku-buku Newberry ini adalah, tokoh-tokohnya yang ‘membumi’. Untuk menunjukkan suatu hal yang baik dan buruk, gak perlu menghadirkan tokoh antagonis yang berlebihan atau kebangetan sifat buruk atau jahatnya.

Submitted for:


-          Baca Bareng BBI bulan April 2014 – tema: Buku yang diterbitin bertepatan dengan tahun lahir
-          Books in English Reading Challenge 2014
-          Children Literature Project

Tuesday, October 28, 2014

Every Day





Every Day
Knopf – August 2012
324 pages


"Tomorrow is tomorrow. Let's end today on a nice note."




Setiap hari, A terbangun di dalam tubuh yang berbeda-beda. A mengalami hal yang berbeda setiap harinya. Setiap hari, A juga belajar mengendalikan perasaan dan emosinya, tidak terlibat dalam kehidupan pribadi dengan tubuh yang ia ‘pinjam’. Sampai satu hari, ketika ia terbangun dalam tubuh Justin dan bertemu dengan kekasih Justin, Rhiannon, A pun jatuh cinta dan berusaha menjalan sebuah hubungan dengan normal.

Tapi, gimana bisa? Kehidupan pribadi yang sebenarnya saja A gak punya. Dan sebagai seorang perempuan, Rhiannon juga pengen dong punya cowok yang ‘nyata’. Yang dia tau selalu aja dalam wujud yang sama, yang bisa ia temui setiap hari. Yang bisa diajak bergaul dengan teman-temannya, yang bisa menjalani hari-hari mereka bersama dengan normal. Tapi, ya gak mungkin lah, pribadi A aja udah gak normal kan ...

Tak selamanya perjalanan A ini mulus, suatu hari, seorang remaja bernama Nathan menuntut untuk bertemu dengan A. A pernah berada dalam tubuh Nathan dan sayangnya meninggalkan memori yang tak terlalu bagus. Hingga Nathan beranggapan itu semua adalah kerjaan ‘setan’ atau aliran sesat.

Yang gue suka dari buku ini adalah, tokoh A – setiap hari, kita akan ‘bertemu’ A dengan karakter yang berbeda – baik laki-laki atau perempuan, bahkan transgender – mulai dari remaja normal, cowok metal, remaja broken home, remaja obesitas, cewek populer di sekolah, remaja dengan keluarga yang sangat harmonis bahkan dengan orang tua yang otoriter, atau bahkan jadi seorang pelayan keturunan Portugis. Kejadian sehari-hari mereka pun beragam – ada yang mau liburan ke Hawaii, atau bahkan menghadiri pemakaman kakeknya. Tapi untungnya, A selalu berada di dalam tubuh yang sesuai dengan usia yang sebenarnya. Bayangin  kalo tiba-tiba terbangun di dalam tubuh orang yang lanjut usia atau bayi … sementara dia sebenarnya adalah seorang remaja?

Sementara karakter Rhiannon, gue beranggapan dia adalah cewek yang kesepian. Pacarnya Justin, terkadan menganggap dia gak ada. Mungkin perhatian dan usaha A yang akhirnya membuat Rhiannon pun luluh … tapi untuk berkomitmen lebih jauh rasanya sangat sulit. Ada saatnya gue merasa A itu egois, memaksakan diri untuk memiliki hubungan, bahkan jadi rada ‘posesif’ dengan setiap hari berusaha bertemu dengan Rhiannon, dan kalo gue jadi Rhiannon, gue bakal parno banget. Dan sangat mengerti Rhianon yang pengen banget menjalani hubungan yang normal. Dan rasanya ikutan sakitttt bareng A dan Rhiannon ….

Gue sama sekali gak bisa ngebayangin apa yang sebenarnya terjadi pada diri A. Apakah ada penjelasan ilmiah dalam kehidupan nyata? Apakah ini hanya fantasi? Tapi yang jelas, buku ini bikin gue ‘sesak napas’. Antara kasihan sama A, ikutan depresi. Siapa sebenarnya A? Siapakah keluarga A? Apa mereka gak merasa kehilangan? Dan saat ia remaja, A bisa mengendalikan perasaannya, tapi ketika masih anak-anak, bingung gak sih tiap hari bangun dengan identitas diri yang berbeda? Di akhir cerita, gue masih pengen tau seberapa jauh usaha A untuk berusaha kembali normal. Tapi… aduh.. gue bahkan menghela napas ketika menutup buku ini… sedih aku .. huhuhu ..

Submitted for:

-          Young Adult Reading Challenge 2014
-          Books in English Reading Challenge 2014

Tuesday, October 21, 2014

The Clockwork Three




The Clockwork Three (Tiga Anak dan Satu Jam)
Julanda Tantani (Terj.)
Gramedia – September 2014
448 Hal.

Lama ya, kaya’nya blog ini terbengkalai … entahlah, mood untuk nulis di sini lagi rada lenyap, padahal ada beberapa buku yang selesai dibaca. Untuk kali ini, rasanya gue perlu ‘memaksakan diri’ lagi – biar gak keterusan malesnya, biar blog ini jadi ‘idup’ lagi. Untunglah gue menemukan buku yang bisa bikin gue semangat untuk nulis lagi.

The Clockwork Three. Cover-nya mengingat gue akan buku ‘The Invention  of Hugo Cabret’, yang bercerita tentang automan.

Ini tentang kisah 3 anak, dengan penderitaan dan masalah mereka masing-masing. Yang berat dan rumit untuk anak-anak seusia mereka.

Pertama ada Giuseppe, pengamen jalanan yang diculik dari Italia. Setiap hari Giuseppe harus menyetor sejumlah uang kepada padrone-nya. Ia harus bersaing dengan pengamen jalanan yang lain. Jika tak dapat cukup uang, maka hukuman berat dari Stephano sudah menantinya. Tapi, di tengah kehidupannya yang keras di jalanan, ia masih bermimpi untuk pulang ke Italia. Bertemu kembali dengan adiknya. Sebuah biola hijau yang ia temukan, menjadi jalan untuk mewujudkan mimpinya.

Lalu, ada Frederick, asisten Mister Branch, seorang pembuat jam. Sebagai pegawai magang, ia mempunyai keinginan untuk membuka toko sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut, diam-diam ia sedang membuat jam berbentuk manusia, sebuah jam yang paling hebat di masanya. Tapi, sebuah kendala muncul, bagaimana agar jam tersebut menjadi ‘hidup’ dan bekerja sesuai keinginannya. Dan, dari mana ia bisa menemukan bagian yang cocok dan tepat untuk ditempatkan di bagian kepala.

Terakhir, adalah Hannah, gadis ini bekerja sebagai tulang punggung dalam keluarganya. Ayahnya terkena stroke, ia merelakan dirinya tidak sekolah agar bisa bekerja. Untung hotel tempat ayahnya bekerja dulu mau menerimanya sebagai pelayan. Tanpa sengaja, ia mendengar cerita tentang harta karun yang tersembunyi. Dan Hannah bertekad menemukan harta karun tersebut, agar keluarganya bisa keluar dari himpitan masalah yang mereka hadapi sekarang.

Mereka bertiga akhirnya bertemu, dalam berbagai peristiwa yang tak disengaja. Dan tanpa mereka sadari, satu sama lain bisa saling membantu untuk memeccah masalah mereka masing-masing.

Tiga anak ini, tadinya sama-sama asing, tapi kesulitan yang mereka hadapi akhirnya membuat mereka bersatu dan menjadi sahabat.

Happy ending …. tapi juga bikin sedih. Gue sedih karena mereka saling berpisah, gue terharu dengan akhir cerita yang manis. Yang membuat gue suka cerita ini adalah kesederhanaan para tokoh, sifat mereka yang pantang menyerah, tapi gak selamanya mereka berhasil menahan godaan.

Jalanan memang kejam ya untuk anak-anak yang kurang beruntung. Ada anak-anak yang jadi penguasa, yang menimbulkan kesulitan untuk anak yang lemah, orang dewasa juga beranggapan, hanya karena mereka anak-anak, mereka bisa diancam dan dihina dengan bebas. Hanya yang cerdik dan tangguh, yang akan berhasil melewati berbagai kesulitan.

Memang sih, beberapa kali gue membaca buku dengan latar yang setipe, seperti Peter Nimble and His Fantastic Eyes (Peter Nimble dan Mata Ajaib), tentang anak-anak yang kurang beruntung yang pada akhirnya mendapatkan keajaiban.



Submitted for:

-          New Author Reading Challenge 2014
-          Young Adult Reading Challenge 2014
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang