Friday, January 21, 2011

Forget About It (Pura-Pura Lupa)

Forget About It (Pura-Pura Lupa)
Caprice Crane
Jimmy Simanungkalit (Terj.)
Gagas Media – 2010
514 hal.

Hidup Jordan Landau benar-benar membosankan dan tidak menarik. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang sering kali memanfaatkan dirinya dan tidak peduli dengan keberadaannya. Sebut saja, ibu kandung Jordan yang tampaknya lebih mencintai adik tirinya, Samantha, daripada Jordan yang memang dari fisik sama sekali tidak mirip dengan ibu kandungnya. Samantha, yang manja. Lalu atasannya, Lydia, yang sering mencuri ide-ide kreatinya, ditambah lagi, Dirk, pacarnya, yang tukang selingkuh, tidak perhatian tapi sok asyik jadi orang. Belum lagi tunggakan sewa apartemen dan kartu kredit semakin menambah keruwetan hidupnya.

Shock karena idenya di-sabotase oleh Lydia, Jordan bersepeda dengan kencang. Tak memperhatikan ada pintu mobil yang terbuka dan ia pun menabraknya. Di rumah sakit, tiba-tiba saja terbersit ide untuk ‘pura-pura amnesia’. Ia mencoba menjadi ‘Jordan Baru’, ya sedikit banyak untuk membalas perbuatan-perbuatan orang-orang yang selama ini mengabaikannya. Hanya satu orang yang tahu permainan Jordan, yaitu sahabatnya, Todd.

Menjadi ‘Jordan Baru’, ia mempunyai kesempatan untuk mencampakkan Dirk, membalas perbuatan Lydia. Bahkan bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang tak lain adalah pria yang tak sengaja membuat Jordan menabrak pintuk mobilnya. Meskipun ada sedikit rasa bersalah karena sudah membohongi Travis, Jordan mencoba menjalani hubungan yang menyenangkan bersama Travis.

Tapi, ternyata… Travis sakit hati karena Jordan mencoba menuntutnya karena kecelakaan itu. Bukan Jordan sih, tapi ini perbuatan ibunya yang berkomplot dengan Dirk. Dan, ternyata, ada rahasia kecil Travis yang membuat Jordan kecewa, sampai akhirnya… Jordan malah amnesia beneran!

Amnesia beneran ini membuat Jordan benar-benar berubah. Dan dengan mudah, ia kembali ‘dimanfaatkan’ oleh Dirk dan ibunya. Jordan malah tidak percaya dengan sahabatnya yang justru ingin membantunya.

Awal cerita ini cenderung membosankan. Seolah gak jelas arah ceritanya mau ke mana. Gue malah jadi menunggu-nunggu kapan si Jordan hilang ingatannya. Mirip-mirip ‘Remember Me?’-nya Sophie Kinsella. Entah kenapa, tokoh ibu dalam chicklit selalu aja ‘nyentrik’, aneh dan sama sekali gak keibuan. Tapi sampa akhir cerita, gue gak mendapat kejutan, atau hal-hal kecil yang membuat gue jadi semakin tertarik membaca cerita ini.

Tuesday, January 18, 2011

He Loves Me Not... He Loves Me

He Loves Me Not... He Loves Me (Dia Benci... Atau Cinta?)
Claudia Carroll @ 2004
Nur Anggraini (Terj.)
GPU - November 2010
448 Hal.

Memiliki gelar bangsawan dan tinggal di sebuah kastil – well… dulunya memang kastil yang megah… - tidak berarti menjadi seorang yang kaya raya. Paling tidak itulah gambaran keluarga Davenport yang tinggal di Davenport Hall. Sebagai keturunan bangsawan Irlandia, nama mereka memang sedikit dikenal, tapi sayangnya bukan untuk hal yang terlalu baik. Portia, sebagai anak tertua, harus selalu berusaha menjaga kewarasannya di tengah-tengah keluarganya yang nyaris hancur. Ayahnya, Lord Jack Davenport, atau lebih dikenal dengan sebuah Blackjack, meninggalkan keluarga mereka untuk berjudi di Las Vegas, dan kabur membawa sisa-sisa uang cash terakhir yang mereka miliki. Ibunya, sang Lady, Lucasta, juga gak kalah nyentrik. Berpenambilan lebih mirip gelandangan daripada bangsawan, memilki ketergantungan dengan gin dan tonik, ditambah lagi kegemarannya akan hal-hal mistis semakin menambah keanehan Lucasta. Sementara itu adiknya, Daisy, meskipun lebih normal tapi tetap saja labil karena patah hati dan kecewa ditinggal oleh ayahnya.

Sebuah ide ditawarkan oleh pengacara keluarga dan sahabat mereka, Steve. Ide untuk menjadikan Davenport Hall sebagai lokasi syuting film. Uang yang mereka terima bisa untuk memperbaiki kondisi rumah mereka yang nyaris hancur.

Namun, di antara orang-orang baik hati yang masih ingin menyelamatkan Davenport Hall, yang sedikit banyak dianggap asset bersejarah, ada juga orang-orang yang ingin mencari muka dan mengambil keuntungan pribadi dari kondisi ini. Mereka adalah anggota Dewan yang ingin mencari muka dan mendapatkan kursi di Parlemen. Pasangan suami-istri Nolan ini ingin menunjukkan bahwa Davenport Hall adalah tempat yang berbahaya, wajib dimusnahkan. Bahkan mereka berniat ingin menghancurkan Davenport Hall dan menjadikannya sebagai kawasan pemukiman murah.

Keluarga Davenport tak berdaya. Karena mereka tidak memiliki uang yang bisa digunakan untuk mempertahankan Davenport Hall.

Di tengah-tengah kekacauan, ada sedikit rona bahagia dalam hidup Portia. Yaitu ketika berjumpa dengan Andrew, tetangga baru mereka. Meskipun berjumpa di dalam kondisi yang memalukan, Andrew melihat bahwa Portia adalah gadis yang istimewa. Portia yang nyaris tidak pernah berkencan karena terlalu sibuk mengurusi keluarganya, sempat tak percaya, bahwa Andrew memilih dirinya. Tapi, ada saja kesalahpahaman yang membuat hubungan mereka tak berlangsung mulus.

Adek gue bilang buku ini rada membosankan. Tapi buat gue, buku ini lumayan juga. Kejutan-kejutan kecil di setiap bab, gosip-gosip seputar para aktris dan aktor yang sedang syuting atau kenyentrikan Lucasta, memberi warna yang menyegarkan dalam buku ini.

Friday, January 14, 2011

Angel's Cake

Angel's Cake
Gaile Parkin @ 2009
Ingrid Nimpoeno (Terj.)
Qanita - Cet. 1, Oktober 2010
452 Hal

Rwanda adalah salah satu negara di Afrika yang baru saja merasakan kedamaian setelah perang saudara yang berkecamuk, antara dua suku, yang salah satunya meng-klaim bahwa mereka paling hebat sehingga tega membantai suku lainnya. Di tengah duka yang masih sarat terasa, banyak orang yang selamat dari perang saudara itu berharap tidak akan ada lagi hal seperti ini. Mereka mempunyai harapan untuk lebih bahagia di masa depan.

Banyak pendatang baru yang berdatangan ke Rwanda, para sukarelawan asing, pekerja PBB, CIA, Palang Merah dan lain-lain. Salah satunya adalah Angel Tungaraza. Ia datang dari Tanzania, mengikuti suaminya yang bekerja sebagai konsultan khusus di sekolah teknik di Rwanda. Berkat keahliannya dalam membuat kue, ia pun dikenal di kalangan tetangganya sampai ibu duta besar Tanzania, tak ketinggalan memesan kue dari Angel.

Kue Angel dikenal selain karena rasanya yang enak, tapi selalu ada ciri khas dari kepribadian si pemesan. Misalnya orang Jepang yang suka karaoke, maka Angel akan membuat kue berbentuk mikrofon. Atau, kue seperti bendera Amerika, atau bahkan kue berbentuk jendela penjara yang rusak untuk menggambarkan kebebasan seorang perempuan yang baru saja bercerai.

Angel juga seorang dengan pribadi yang hangat. Para tetangga sering mengobrol dengan Angel, membahas masa lalu yang suram dan penuh kesedihan. Angel sendiri juga punya pengalaman yang menyakitkan. Dua anaknya meninggal, sehingga Angel dan suaminya yang harus mengasuh 5 orang cucu.

Bukan hanya masalah kehilangan karena perang saudara, tapi virus penyakit mematikan juga menghantui warga Afrika, khususnya di sini warga Rwanda – virus seperti AIDS dan Ebola, yang memang tidak disebutkan secara terang-terangan di sini.

Sosok Angel mengingatkan gue sama Mma Ramotswe, si Detektif Perempuan No. 1. Gayanya yang modis dan juga kegemarannya minum teh di setiap kesempatan, atau di saat klien-kliennya datang. Tak lupa ditemani dengan cupcakes aneka warna yang cantik.

Meskipun latar belakang para tokoh penuh dengan kesedihan dan kegetiran, di buku ini tidak digambarkan dengan penuh air mata, tapi justru penuh dengan pikiran-pikiran yang positif.

Wednesday, January 05, 2011

Petals from the Sky

Petals from the Sky
Mingmei Yip
Samira (Terj.)
Gagas Media, 2010
552 Hal.

Di usia yang masih sangat muda, Du Meng Ning memutuskan ingin jadi seorang biksuni. Alasannya, ia ingin mendapatkan ketenangan batin dan tidak ingin terikat dengan laki-laki. Trauma akan perilaku ayahnya, menjadi salah satu faktor pendorong keputusan itu. Usulan ini tentu saja ditentang oleh ibunya. Karena, jika Meng Ning tidak menikah dan memilih hidup ‘terkurung’ dalam kuil, maka tak ada yang memberinya cucu dan ibunya akan hidup sendirian. Seorang gadis bernama Yi Kong lah yang memberi pandangan-pandangan untuk menjadi seorang biksuni

Sepuluh tahun kemudian, sepulang dari Perancis, tempat Meng Ning menuntut ilmu, Meng Ning memutuskan untuk mendatangi kuil tempat mentornya, Yi Kong, menjadi kepala di sana. Dengan perasaan yang hampir ‘mantap’, Meng Ning mengikuti kegiatan menyepi dan meditasi di Kuil Lotus itu. Baru saja acara itu akan dimulai, terjadilah sebuah kebakaran dan Meng Ning diselamatkan oleh dokter asal Amerika, Michael Fuller, yang juga ikut dalam acara itu.

Perkenalan mereka berlanjut ke arah hubungan yang lebih serius. Meng Ning mulai terombang-ambing. Jika selama ini, dia yakin tidak akan berurusan dengan pria, tanpa bisa ditolak, Meng Ning jatuh cinta. Meskipun, masih tersisa keinginan untuk jadi biksuni, Meng Ning mulai tidak yakin.

Masalah lain yang ia takuti, adalah memperkenalkan Michael kepada ibunya yang sedikit banyak punya pikiran bahwa seorang laki-laki bule tidaklah baik untuk anaknya.

Awalnya gue mengira, novel ini bercerita tentang seorang biksuni yang jatuh cinta dan kaya’nya akan lebih kompleks ceritanya kalau seperti itu. Ternyata, novel ini bercerita tentang kegelisahan dan kebingungan Meng Ning yang masih mencari keyakinan untuk menetapkan pilihan. Meskipun ia melihat adanya kedamaian di dalam Buddha, tapi tetap saja urusan ‘duniawi’ masih menjadi sumber utama kebimbangannya. Ada bagian-bagian dalam novel ini yang sempat membuat gue berpikir kalau it’s all about sex.

Gue lebih tertarik pada tokoh Michael Fuller, meskipun ia orang Amerika, tapi lebih punya pendirian dalam menjalani ajaran-ajaran Buddha, dibanding Meng Ning yang seharusnya sudah mengenal Buddha sejak kecil.

Lalu, ada juga misteri masa lalu dari masing-masing tokoh, yang menurut aku sih rada kurang ‘greget’, kurang misterius gitu, deh.. hehehe.. ini kan bukan novel thriller kali, nama juga roman ya :) kadang-kadang gue emang suka berharap terlalu banyak hanya dari sekedar judul, cover dan synopsis di cover belakang. Tapi, gue suka judulnya, kesannya romantis …

Monday, January 03, 2011

Grotesque (Gaib)

Grotesque (Gaib)
Natsuo Kirino @2007
GPU - Oktober 2010
632 Hal.


Kematian dua orang pelacur di Tokyo, Jepang – Yuriko Hirata dan Kazue Sato, menarik perhatian media. Diduga, mereka dibunuh oleh orang yang sama. Tapi, tertuduh yang merupakan imigran gelap asal Cina ini hanya mengaku membunuh Yuriko, tapi tidak Kazue.

Lewat penuturan kakak Yuriko, kita diajak menyelami kehidupan Yuriko dan Kazue. Dua bersaudara itu dilahirkan dengan kondisi fisik yang jauh berbeda, berayahkan seorang pendatang dari Swiss, kakak Yuriko lebih mirip ibu mereka yang orang Jepang asli, sementara Yuriko luar biasa cantik mewarisi lebih mewarisi fisik ayahnya. Banyak yang menduga Yuriko bukan keturunan Jepang. Keadaan ini membuat kakak Yuriko membenci Yuriko setengah mati. Sampai-sampai ketika usaha ayah mereka bangkrut dan ayah mereka ingin memboyong mereka sekeluarga ke Swiss, kakak Yuriko lebih memilih tinggal di Jepang bersama kakek mereka yang aneh.

Kakak Yuriko kemudian sekolah di sebuah sekolah lanjutan yang terkenal, dengan sistemnya yang ketat dan juga persaingan di antara para siswa yang kerap saling menjelekkan siswa yang tidak kaya. Di sekolah inilah, ia bertemu dengan Kazue Sato, siswa yang juga tidak tergolong kaya, tapi ingin sekali menjadi bagian dari siswa-siswa top di sekolah itu.

Ternyata, ketenangan kakak Yuriko hanya sementara. Setelah ibu mereka meninggal, Yuriko memutuskan kembali ke Jepang dan masuk di sekolah yang sama. Di sinilah, ‘profesionalisme’ Yuriko sebagai pelacur dimulai. Yuriko sadar betul akan penampilannya yang sangat menggoda. Sementara, sang kakak semakin membenci kehadiran dan sangat terganggu dengan orang-orang yang membandingkan fisik mereka.

Tapi, berbeda dengan Kazue Sato, ia tidak terlalu cantik, tubuhnya kurus, setelah selesai pendidikan, ia bekerja di sebuah perusahaan dengan kedudukan yang bagus. Tapi, di malam hari, ia berjuang untuk mencari pelanggan demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, di mana ia menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggal.

Gue tertarik membaca buku ini, karena pengen baca buku Natsuo Kiruno lain setelah Out. Kalau mencari ‘kesadisan’ seperti di Out, di sini gak ada yang seperti itu. Agak lama gue baca buku ini, karena, buku ini lamban banget. Lebih banyak menyorot rasa ‘benci’ seorang kakak yang amat dalam sama adiknya. Kaya’nya lebih ke psikologis, dibanding thriller Kakak Yuriko menjadi orang yang keras hati dan memendam semua perasaan sendiri. Tidak mau mengakui bahwa ia sebenarnya iri dengan adiknya yang selalu mendapat perhatian dan begitu cantik

Buku ini menjadi penutup di tahun 2010, gue bahkan menyelesaikan menjelang detik-detik pergantian tahun 2010 ke 2011.
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang