Friday, May 26, 2017

Book Scavenger


Book Scavenger
Square Fish (2015)
350 hal.

Ketika Emily dan keluarganya pindah ke San Fransisco, Emily super semangat. Karena di sinilah Garrison Griswold, pencipta permainan Book Scavenger berasal. Karena pekerjaan orang tua Emily yang ‘unik’, Emily terpaksa harus hidup berpindah-pindah tempat. Orang tua Emily bertekad untuk tinggal di 50 negara bagian di Amerika Serikat. Mereka mencatat dan menyimpan cerita perjalanan mereka dalam blog dan sedang dalam penjajakan untuk menerbitkan sebuah buku.

Awalnya sih mungkin asyik ya, bisa berkunjung ke tempat-tempat yang baru. Tapi, efeknya, Emily jadi gak punya teman akrab. Emily cenderung untuk ‘menenggelamkan’ dirinya ke dalam buku. Dan Book Scavenger adalah salah satu yang membuat ia bersemangat. Book Scavenger, adalah permainan berburu buku, di mana para pemain bisa menyembunyikan buku atau mencari buku dengan mengikuti petunjuk dan teka teki yang ada. Ada level-level tertentu dalam permainan ini.

Garrison Griswold, si pencipta Book Scavenger sendiri, adalah sosok yang unik dan ‘nyentrik’. Sebetulnya, para penggemar Book Scavenger sedang menunggu teka-teki terbaru dari Mr. Griswold ini, di mana ada sebuah buku berharga yang berhubungan dengan hadiah utama dalam permainan Book Scavenger. Tapi, dalam perjalanan menuju sebuah stasiun radio, di mana Mr. Griswold akan membuat pengumuman penting, ia mengalami cedera yang serius karena diserang oleh dua orang perampok yang mengincar buku berharga itu.

Emily dan teman barunya, James, dibantu juga oleh Matthew, kakak Emily, berusaha memecahkan teka-teki berdasarkan petunjuk Mr. Griswold, yang membawa mereka ke dalam petualangan seru, dan mereka juga harus berhati-hati terhadap sekelompok orang yang mengincar buku berharga itu.

’I love it .. I love it … I love it…!!!’ From the very beginning until the end of the story …. Gabungan antara Mr. Lemoncello sama Willy Wonka … Ini seru banget … seandainya mungkin di Indonesia, ada permainan kaya’ gini juga. Tapi ya, ngeri aja gitu, kalo tiba-tiba, buku kita ditemuin sama orang yang gak terlalu suka buku, terus buku itu diperlakukan dengan tidak sepatutnya.

Dan yang pasti, dari buku yang bertema buku, pastinya banyak referensi buku-buku menarik. Selain itu, buku, teka-teki plus petualangan yang seru jadi buku ini makin menarik. Apalagi ya itu pas Emily sama James bikin tebak-tebakan pake simbol-simbol, dan ternyata Matthew sendiri yang terlihat cuek dan awalnya ogah-ogahan, tapi ternyata memberikan bantuan yang gak diduga.




Submitted for: Children Literature

Friday, May 19, 2017

Scheduled Suicide Note


Scheduled Suicide Note
Akiyoshi Rikako
Penerbit Haru - 2017

Sejak ayah Ruri menikah lagi, iya yakin ibu tirinya itu punya niat yang tidak baik. Kecewa terhadap ayah tirinya yang seolah mencari pengganti ibunya. Sementara ibu tiriya di mata Ruri, juga terlihat ingin ‘menguasai’ usaha ayah Ruri.Ayah Ruri adalah chef ternama di Jepang, ia memiliki restoran yang unik, di mana semua – interior, menu, disusun berdasarkan feng shui.

Ketika ayah Ruri meninggal, Ruri yakin pasti ibu tirinya yang membunuh ayah Ruri. Maka ia bertekad untuk membuktikan bahwa ibu tirinya itu bersalah. Pergilah Ruri ke sebuah desa kecil, dengan perencanaan yang matang, ia sudah mantap untuk mengakhiri hidupnya. Ruri meninggalkan catatan yang detail mengenai kecurigaannya tersebut. Hatinya lebih tenang karena sesudah ia meninggal nanti, ia akan bertemu kembali dengan ayah dan ibunya.

Tapi ketika saat Ruri sedang bersiap untuk melaksanakan niatnya tersebut, ia malah terjatuh dan bertemu dengan sosok hantu anak laki-laki, yang memprotes tindakan Ruri tersebut. Pada akhirnya, mereka berdua membuat kesepakatan. Hantu anak laki-laki itu akan membantu Ruri membongkar kedok ibu tiri Ruri. Dan jika dalam waktu 7 hari, Ruri tidak menemukan bukti apa pun, maka Ruri boleh melakukan niat awalnya itu.

Cover yang kelam ini seolah ingin mendukung judul buku yang juga gak kalah seramnya, ditambah lagi dengan sinopsis yang membawa-bawa sosok hantu. Gue udah bersiap-siap untuk merinding, karena gue gak terlalu suka cerita-cerita hantu, tapi gue malah nekat milih buku ini. Berharap ada kejutan-kejutan yang bikin emosi gue teraduk-aduk, berharap ada ketegangan yang makin menambah rasa penasaran gue.

Tapi siapa sangka buku ini tak segelap penampilannya, malah jujur gue jadi sedikit ‘kecewa’. Sejak awal gue malah rada terganggu dengan Ruri yang kaya’nya koq gampang banget ambil kesimpulan buruk tentang ibu tirinya, tapi gimana sosok ibu tirinya ini digambarkan, sedikit banyak memang berhasil menggiring gue untuk ikut sebal dan langsung ikut berprasangka buruk.

Yang menarik dari buku ini adalah betapa mudahnya seorang anak remaja memutuskan untuk bunuh diri. Seperti si hantu anak laki-laki dalam buku ini, karena depresi, stress, tekanan orang tua, membuat dia gak tahan dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sedikit banyak

Dan novel yang penuh makanan juga termasuk novel yang langsung ‘menggugah’ selera gue ,begitu baca , gue berasa pengen langsung menuju Marugame dan pesan semangkuk udon.





Submitted for: Buku Penulis 5 Benua

Little Paris Bookshop


Little Paris Bookshop (Toko Buku Kecil di Paris)
GPU – 2017
440 hal.

Jean Perdu hidup dalam kesendirian, merenungi kekasihnya yang pergi meninggalkan dia. Segala kemarahan diredamnya sendiri, tapi tanpa pernah mau tau apa alasan Manon yang sebenarnya. Ia juga tak mau menjalin hubungan dengan perempuan lain. Rutinitasnya adalah menjadi penjual buku di toko buku apung di Sungai Seine, mengotak-atik puzzle (yang akan dibongkarnya kembali lalu disusun lagi), dan juga olahraga.

Suatu hari, ada seorang perempuan, penyewa apartemen, yang menjadi tetangga Jean Perdu. Oleh induk semangnya, Jean Perdu diminta membatu perempuan yang tampaknya sedang dalam kesusahan. Dan tanpa disangka, Jean Perdu kembali dihantui oleh masa lalunya, karena sepucuk surat peninggalan kekasihnya itu. Setelah sekian lama, ia bertahan untuk tidak membaca surat itu, tiba-tiba ia tergoda. Dan apa yang ia temui sungguh mengejutkan. Hingga ia akhirnya nekat meninggalkan Sungai Seine, kemudian dengan toko buku apungnya itu, ia berlayar menuju Perancis Selatan.

Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh Max Jordan, penulis buku yang sedang mengalami ‘writer’s block’, dan juga seorang chef yang juga sedang galau.

Seperti biasa, novel-novel yang di dalamnya berlatar buku, perpustakaan, toko buku, penulis dan lain-lain selalu menarik perhatian gue. Tak terkecuali yang ini, apalagi dengan setting tempatnya di Perancis.

Tapi ternyata, buku ini sedikit membuat gue kecewa.  Tokohnya padahal udah dewasa, tapi menurut gue, kenapa begitu kekanakan?

Gue gak suka dengan tokoh Jean Perdu, pemurung dan menurut gue rada egois. Andaikan dia gak seegois itu, mungkin kisah cinta dia akan berbeda. Max malah jadi favorit gue, keceriaan dan optimisme-nya membuat buku ini jadi lebih hidup. Males gitu kalau buku ‘cantik’ ini jadi suram karena tokohnya yang bermuram durja terus.

Yang bikin gue menyukai buku ini, pertama tentu saja karena toko buku apungnya Jean Perdu. Pengen gitu main-main ke sana, duduk di sofa empuknya, milih-milh buku, sambil sesekali ngeliat menara Eiffel.  Selain itu, perjalanan Jean Perdu menyusuri sungai di Perancis, membuat gue melihat Perancis dengan lebih sederhana, bukan dengan gemerlapnya kota Paris.





Submitted for: Contemporary Romance
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang