Saturday, December 31, 2011

Catatan Akhir Tahun 2011


Hari terakhir di tahun 2011, sudah waktunya kembali mendata buku-buku apa aja yang berhasil gue baca di tahun 2011. Total ada 87 buku – yay, gue berhasil memenuhi target di reading challenge-nya Goodreads. Yang masih ‘jalan di tempat’ ada 6 buku! Ooopss…

Tahun ini bisa dibilang gue termasuk jarang beli buku. Beberapa buku adalah hasil ‘buntelan’, hasil menang kuis, hasil pinjam-meminjam, hasil swap, ada juga baca via e-book. O ya, ada juga buku-buku yang udah bertahun-tahun ada di lemari buku gue, tapi akhirnya berhasil dibaca di tahun ini.

Di 2011 ini gue ‘tercebur’ di dalam sebuah ‘perkumpulan’. Namanya BBI alias Blogger Buku Indonesia. Dan, wah… gue sangat beruntung diajak ikutan, gue menemukan teman-teman baru (yang ups… hanya satu yang udah pernah ketemu), seru-seruan ngobrolin buku, bahkan cela-celaan. Setiap bulan, gue usahain untuk selalu bisa ikutan ‘posting bareng’. Satu proyek yang paling seru, adalah proyek tuker-tukeran buku di akhir tahun, yang akhirnya punya kode tak resmi bernama #ProjectSanta atau #SecretStanta. Selain seru ngintip wishlist-nya anak-anak BBI, seru juga nungguin siapa yang jadi Santa gue… penasaran bakalan dapet buku apa.

Buat 2012, selain target utama, nyelesain buku-buku pinjeman, kedua, kembali membongkar lemari buku, nyari buku lama yang belum sempat terbaca, bikin daftar for sale or swap yang baru, dan pengen baca semua buku dari beberapa penulis.

Dan, dari 87 buku, inilah yang jadi favorit gue:
1. Angel’s Cake - Gaile Parkin
2. Room - Emma Donoghue
3. Suite Française - Irène Némirovsky
4. Kicau Kacau: Curahan Hati Penulis Galau - Indra Herlambang
5. Ape House – Sara Gruen
6. Bonsai: Hikayat Satu Keluarga Cina Benteng - Pralampita Lembahmata
7. Untuk Indonesia yang Kuat – Ligwina Hananto
8. The Guernsey Literary & Potato Peel Pie Society – Mary Ann Shaffer
9. Ranah 3 Warna – A. Fuadi
10. Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga) – Yoshichi Shimada
11. One Amazing Thing – Chitra Banerjee Divakaruni
12. Kuantar ke Gerbang – Ramadhan K.H.
13. Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan – Tasaro GK
14. Kedai 1001 Mimpi – Valiant Budi
15. Senyum - Raina Telgemeier
16. Queen of Dreams (Ratu Mimpi) – Chirtra Banerjee Divakaruni
17. When God was a Rabbit – Sarah Winman
18. Sarah’s Key – Tatiana de Rosnay
19. Life Traveler – Windy Ariestanty

Selamat Tahun Baru 2012!!!

Sampul Buku Favorit 2011

Terinspirasi sama posting-di blog-nya @myfloya , gue pun pengen share sampul buku yang jadi favorit gue di tahun 2011. Ini berdasarkan buku-buku yang gue baca di tahun ini.

Inilah yang jadi favorit itu:







Thursday, December 29, 2011

Life Traveler


Life Traveler: Suatu Ketika di Sebuah Perjalanan
Windy Ariestanty @ 2011
Gagas Media – Cet. I, 2011
382 hal.
(via Gramedia Pondok Indah Mall)


"Home is a place where you can find your love, young girl"
(hal. 350)

Semoga gak berlebihan kalo gue bilang, gue menemukan buku yang bagus untuk menutup tahun 2011. Membaca buku ini, gue seolah menemukan sesuatu untuk me-recharge otak gue, energi gue dan berpikir lebih positif menuju tahun 2012.

Banyak hal menarik yang gue temukan sejak gue membuka lembar pertama buku ini. Pertama, daftar isi yang seolah ditulis dengan tulisan tangan, ilustrasi yang cantik, pembatas buku yang seperti potongan boarding pass, plus foto-foto yang keren. Ditambah lagi berbagai tips seputar traveling dan tempat-tempat yang wajib dikunjungi di negara-negara yang ada di buku ini.

Buku ini bukan sekedar buku ‘traveling’ yang hanya memuat info tempat-tempat wisata (ini sih yang terbersit di benak gue pada mulanya, apalah bedanya buku ini dengan buku traveling lain?). Tapi, salah satu cerita di dalam buku ini pernah dimuat di majalah Cleo, dan ini yang mengubah pikiran gue tentang buku ini.

Sepertinya, seorang Windy tidak hanya melakukan perjalanan untuk sekedar bersenang-senang, liburan, tapi juga mencari sesuatu yang untuk mengisi batin (aduh.. bahasa gue…). Baginya, berkenalan dengan orang asing – terutama penduduk setempat – akan memberi nilai lebih dalam sebuah perjalanan. Gue ‘menangkap’ persahabatan yang hangat, ketulusan dan kebahagiaan. Mencoba mencari makna apa artinya ‘pulang’, apa artinya ‘cinta’.

Banyak quote yang bagus, rasanya pengen gue share di sini semua… tapi, kalo ditulis semua… gak seru lagi dong…

Gue mau membuat satu pengakuan…. “bukan buku romance menye-menye yang membuat gue menangis, tapi… buku ini… berhasil membuat gue menitikkan air mata.” Beneran…. Membaca salah satu cerita, tentang bagaimana orang yang sebelumnya ‘asing’, ternyata mampu menawarkan sebuah kehangatan yang tulus.

Dua tulisan terakhir, tak kalah menarik. Windy mengajak dua sahabatnya, Dominique dan Yunika untuk ikut berbagi.


"Tapi saya tidak merasa sendirian. Tidak kesepian. Dan tidak pula merasa terasing
Saya ada bersama mereka. Ya, mereka. Orang-orang yang saya temui di perjalanan

And… I call them: family."

(hal: 158 – 159)

Tuesday, December 27, 2011

The Emerald Atlas - Books of Beginning


The Emerald Atlas (Books of Beginning)
Atlas Emerald (Buku 1: Buku-buku Permulaan)
John Stephens @ 2011
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – Juli 2011
480 hal.
(swap sama @ndarow)

Malam itu, tiba-tiba saja kebahagiaan Natal menguap. Di usianya yang baru 4 tahun, sebagai anak tertua, Kate harus bertanggung jawab atas dua orang adiknya, Michael dan Emma. Mereka harus berpisah dengan orang tuanya dengan alasan yang tidak jelas. Yang pasti, ketiga anak ini harus disembunyikan di sebuah tempat, entah bersembunyi dari apa atau siapa.

Mereka dibawa oleh seorang laki-laki ke sebuah panti asuhan. Di sana mereka dirawat oleh seorang perempuan tua yang baik hati, yang sayangnya, suka merokok, hingga akhirnya membuat panti itu terbakar. Dan selama 10 tahun, Kate, Michael dan Emma harus berpindah-pindah dari satu panti asuhan ke panti asuhan yang lain. Bisa dibilang mereka anak-anak yang ‘sulit’ diadopsi. Sebagai anak tertua dan ia memiliki ingatan samar akan kenangan bersama orang tuanya, yang pasti ia selalu ingat akan pesan terakhir ibunya untuk menjaga kedua adiknya. Sementara Michael, anak yang cenderung berkhayal, punya kegemaran memotret dan tergila-gila akan dunia kurcaci. Emma, meskipun paling kecil, tapi paling galak dan temperamental. Sering terlibat perkelahian dengan penghuni panti lain.

Suatu hari, setelah sekali lagi gagal diadopsi, pengurus panti kewalahan, dan ‘menyerahkan’ mereka ke panti asuhan lain, bernama Cambridge Falls – sebuah tempat yang misterius, dingin dan kelam. Ternyata, penghuni panti itu hanya mereka bertiga, plus dua orang pengurus dan satu pria misterius pemilik panti itu. Namanya anak-anak, meskipun sudah dilarang untuk berkeliaran di tempat itu, tetap saja mereka penasaran. Hingga akhirnya mereka masuk ke ruang kerja Mr. Prym. Mereka menemukan sebuah buku yang tanpa disadari membawa mereka jauh ke masa lalu.

Mulailah petualangan mereka, yang sekaligus mulai menjawab pelan-pelan mengapa mereka harus berpisah dengan orang tua mereka.

Sejak awal membaca buku ini, tokoh-tokohnya mengingatkan gue sama cerita di Lemony Snicket. Anak-anak yatim piatu yang ‘terlunta-lunta’ dari satu panti asuhan ke yang lainnya, sampai akhirnya ‘terjebak’ di tangan orang yang salah. Mereka adalah anak-anak terpilih, terjebak di dalam dunia lain yang tak mereka mengerti, dan ternyata punya tugas untuk menyelamatkan dunia.

Dan dalam keadaan terdesak, terkadang justru mengeluarkan sifat-sifat lain yang positif, mereka bertiga jadi anak yang lebih berani dan tangguh.

Buku ini bisa gue nikmati dari awal, meskipun kadang pusing dengan perpindahan waktu dan tempat, plus kejadian yang banyak itu. Menunggu sekuel buku ini, meskipun liat di website-nya masih ‘coming soon’. Uhh.. gak ada bocoran sama sekali.

Sunday, December 25, 2011

Holiday on Ice


Holiday on Ice
David Sedaris @ 1997
A Back Bay Book - 1998
134 hal
(swap sama @ndarow)

Gue gak merayakan Natal, tapi beberapa kali gue membaca buku atau cerpen atau nonton film yang berlatar belakang Natal. Dan yang sering kali gue temui dalam cerita-cerita itu, nyaris semua cerita Natal itu indah, penuh tawa dan kebahagiaan. Tapi, yang kali ini gue dapat di tulisan-tulisan pendek David Sedaris adalah cerita Natal yang – menurut gue – diawali dengan kesinisan. Ada humornya, tapi ada juga ‘sindiran’nya. Ini pertama kali gue membaca buku David Sedaris, dan, yah, bisa dibilang gak semuanya gue ngerti. Maklum deh, kadang-kadang kalo orang bule menyampaikan humor suka gak nyambung di otak Indonesia gue. Hehehe…

Ada 6 tulisan. Yang gue share di sini, hanya beberapa aja.

Yang pertama: SantaLand Diaries – berkisah tentang seorang pemuda yang bekerja sebagai Elf di sebuah mal. Biasakan kalo menjelang Natal begini, nyaris di setiap pusat perbelanjaan ada yang namanya ‘Meet & Greet with Santa Clause’. Nah, si cowok ini menjadi Elf yang bertugas mengatur para pengunjung untuk bisa akhirnya sampai ke Santa. Tugas Elf ini ada banyak, ada yang mengatur barisan, ada yang jadi fotografer, sebagai kasir atau ada yang bertugas di pintu keluar.

Si cowok ini rada-rada ‘tengil’ dan iseng, atau ‘nyeleneh’. Dalam keadaan bosan, dia bisa tiba-tiba bilang, “Eh, ada Phil Collins… ada Mike Tyson.” Kontan perhatian orang bubar, orang jadi lebih milih minta tanda tangan Phil Collins daripada baris untuk ketemu Santa.

Tipe pengunjung juga macem-macem. Ada yang plin-plan mau pake kartu kredit atau cash. Ada yang suka nyela-nyela si Elf, ada yang satu keluarga pas udah di depan Santa, si anak rewel dan merengek, sementara si orang tua sibuk ngatur gaya anaknya.

Kisah kedua: Season’s Greetings to Our Friends and Family – kisah tentang keluarga Dunbar, yang menjelang Natal tiba-tiba ‘kedatangan’ anggota baru dan berakhir dengan cukup tragis menurut gue. Jadi anggota baru ini adalah seorang gadis yang datang dari Vietnam dan mengaku sebagai anak dari Clifford Dunbar, yang bernama Khe Sahn. Ternyata di Vietnam, Clifford bukan hanya menjalankan tugas negara, tapi juga menjalin hubungan dengan seorang perempuan Vietnam.

Yang jadi kendala utama, adalah bahasa. Dengan bahasa Inggris yang minim, susah untuk berkomunikasi dengan Khe Sahn. Ditambah lagi, cara berbusana Khe Sahn yang ternyata gak kalah minim dengan kemampuan bahasa Inggrisnya. Sebagai seorang istri, Jocelyn cukup sabar menghadapi Khe Sahn, ia berbaik hati menjahitkan pakaian yang layak, yang sayangnya hanya jadi penghuni lemari Khe Sahn.

Kesibukan ngurusin Khe Sahn, bikin Jocelyn jadi gak sempet belanja hadiah Natal untuk keluarganya. Dan kebahagiaan Natal keluarga Dubar di tahun itu berakhir dengan tragis.

Yang ketiga, yang terakhir yang gue share di sini – juga menjadi penutup di buku ini: Christmas Means Giving, tentang sebuah keluarga yang hidupnya bisa dibilang mewah. Semua sih tampak oke-oke aja, sampai suatu hari, keluarga ini mendapatkan tetangga baru, Mr and Mrs. Cottingham. Dan ternyata tetangganya ini gak mau kalah pamor. Apa yang dimiliki tetangga mereka, pasangan Cottingham ini akan berusaha meniru andaikata mereka gak bisa melebihinya. Sampai-sampai semua yang dilakukan jadi rada gak make sense. Tradisi Natal jadi ajang pamer hadiah, pamer ucapan terima kasih. Si keluarga A bikin kartu ucapan yang ekslusif yang emang udah jadi tradisi mereka, ehhh.. si pasangan Cottingham ikut-ikutan… tapi sayangnya, belum ‘mampu’ untuk dicetak, jadinya hanya pake mesin photocopy. Ini juga sebuah kisah yang berakhir menyedihkan.

Well… mungkin dalam setiap hari raya, maknanya sama. Kesederhaaan dan saling berbagi. Gak harus mewah, tapi ada rasa lega di dalam hati. Bener gak sih…

Selamat Natal buat yang merayakan…
Wish all the best and have a wonderful Christmas

Thursday, December 22, 2011

Mooshka: A Quilt Story


Mooshka: A Quilt Story
Julie Paschkis
Peachtree Publishers
Publication date: March 01, 2012
18 pages
(via NetGalley.com)

Berkisah tentang Karla, si pemilik selimut warna-warni ini. Apa sih istimewanya selimut ini? Sama kali ya, hal yang dengan anak kecil yang gak bisa tidur kalo gak pake guling yang udah butek warnanya, atau boneka yang makin kumel makin gak bisa pengen lepas.

Ternyata, selimut perca ini bukanlah selimut biasa. Selimut ini dibuat oleh nenek Karla dengan memakai potongan-potongan kain warna-warni dengan berbagai motif yang penuh cerita. Setiap potongan memiliki kenangan tersendiri.

Dan, bagi Karla, selimut ini adalah penghangat tidur, pelindung saat ia merasa takut dan … bisa ‘bicara’. O ya… selimut ini punya nama: Mooshka. Ketauan banget deh cerita ini berasal dari mana.

Thanks to review-nya di , yang membuat gue pengen baca buku ini dan yang pasti ‘memperkenalkan’ gue sama NetGalley.com

Pertama kali melihat buku ini, wow, warna-warni yang cerah benar-benar menggoda. Gue langsung berharap, “Seandainya punya buku ‘benerannya’, bukan hanya baca via e-book.”

Wednesday, December 21, 2011

Tiga Manula Jalan-jalan ke Singapura

Tiga Manula Jalan-jalan ke Singapura
Benny Rachmadi @ 2011
Kepustakaan Populer Gramedia - Desember 2011
90 Hal.
(via FB Tiga Manula)


Tersebutlah 3 orang manula, tinggal berdekatan alias tetanggaan. Berasal dari 3 suku yang berbeda, tapi mereka bersahabat. Mereka adalah: Mbah Waluyo – berasal dari Jawa, Engkong Sanip – asal Betawi dan Om Liem – keturunan Cina. Mereka bertiga ini kalo ngomong suka asal, ceplas ceplos, iseng dan kocak.

Satu hari, si Om Liem yang pengusaha itu, lagi sukses berat, gara-gara usaha jualan tablet-nya, pengen berbagi rejeki sama dua sahabatnya itu. Maka, diajaklah Engkong Sanip dan Mbah Waluyo jalan-jalan ke Singapura.

Berbeda dengan Om Liem yang udah ‘go international’, Engkong Sanip dan Mbah Waluyo belum pernah naik pesawat, apalagi keluar negeri. Kehebohan dan kekocakan dimulai sejak packing. Si Engkong Sanip pengen bawa ayam peliharaannya, terus Mbah Waluyo yang rada kleyengan di pesawat tiba-tiba ngeluarin minyak angin cap PPO yang sukses bikin seisi pesawat pusing plus bikin Om Liem dan Engkong Sanip pura-pura gak kenal sama si Embah.

Apa yang disajikan tentang Singapura dalam komik ini sih mungkin bukan hal yang baru. Seperti shopping di Orchard, wisata kuliner, larangan untuk makan permen karet atau merokok, jalan-jalan ke China Town dan Little India, dan gak ketinggalan Universal Studio. Tapi, tingkah laku 3 manula ini berhasil membuat gue terkikik dan ketawa sendiri. Misalnya, Mbah Waluyo yang udah pengen banget ngerokok, serasa ketemu oase di tengah padang pasir begitu ngeliat tempat yang diperbolehkan merokok, malah asbaknya pengen dibawa ke hotel aja. Dan, aroma rokok Mbah Waluyo yang ajaib malah bikin orang di sekitarnya kabur.

Komik ini menghibur sekaligus menyindir tingkah laku orang Indonesia kalo lagi di Singapura, yang kerjanya shopping padahal di Indonesia sih juga ada barang yang sama. Terus gimana kita bisa tertib kalo lagi di luar negeri, tapi gak bisa berlaku sama kalo di negara sendiri.

Ya sudahlah, silahkan baca sendiri aja deh. Kalo diceritain semua di sini, abis deh isi bukunya. Pokoknya ditunggu cerita jalan-jalannya 3 Manula ini ke tempat-tempat lainnya. Dan, silahkan nikmati bonus poster plus 16 halaman berwarna yang bikin ngiler di dalam buku ini.

Tuesday, December 13, 2011

Nineteen Minutes

Nineteen Minutes
Jodie Picoult @2007
Hodder - 2007
568 Hal.
(Periplus Plaza Senayan – 2008)

Pagi itu semua berjalan seperti biasa, Alex Cormier bersiap-siap untuk bekerja. Ia adalah seorang hakim. Anak perempuannya, Josie Cormier, juga sedang sarapan, siap-siap dijemput kekasihnya, Matt, dan berangkat ke sekolah. Semua orang menjalani rutinitasnya sehari-hari.

Sterling High, tempat Josie sekolah, saat istirahat, sebagian besar berkumpul di kantin. Bercanda, cela-celaan, ada yang sambil belajar. Kelompok anak-anak popular – kelompok Josie dan Matt – mulai mengganggu anak-anak lain, sebut saja, anak-anak yang kerap disebut ‘nerd’.

In nineteen minutes, you can mow the front lawn, color your hair, watch a third of a kockey game. In nineteen minutes, you can bake scones or get a tooth filled by a dentist, you can fold laundry for a family of five.

In nineteen minutes, you can order a pizza and get it delivered. You can read a story to a child or have your oil changed. You can walk a mile. You can sew a hem.
In nineteen minutes, you can stop the world, or you can just jump off it.

In nineteen minutes, you can get revenge


(page 5)

Tiba-tiba, semua jadi berubah kacau. Sebuah penembakan terjadi di sekolah itu. ‘Hanya’ dalam waktu 19 menit. Korban berjatuhan. 10 orang tewas – 9 murid dan 1 guru, lainnya luka-luka. Pelakunya adalah Peter Houghton, pelajar di Sterling High sendiri.

Kota Sterling adalah sebuah kota kecil di negara bagian New Hampshire, di mana semua penduduk mengenal satu sama lain dan kondisi kota itu bisa dibilang aman dan tenang. Kejadian ini mengusik hati semua orang, Para orang tua korban marah. Seluruh kota berduka.

Semua orang terkejut, terutama orang tua Peter. Di mata orang tuanya, Peter adalah anak baik-baik. Memang cenderung pendiam dan penyendiri, kesukaannya terhadap computer membuatnya lebih suka mengurung diri di kamar. Sebagai ibu, Lacy berusaha tidak mengganggu privacy anaknya. Peter juga bukan anak yang sering berperilaku agresif, bukan seorang psikopat.

Tapi sejak kecil, sejak hari pertama ia masuk taman kanak-kanak, Peter sudah menjadi korban bully. Meskipun ia punya kakak yang lebih popular, tapi justru tidak membantu. Bahkan Joey ikut-ikutan mengolok-olok Peter. Hal ini terus berlanjut sampai Peter duduk di sekolah menengah. Dan parahnya, setiap ibu Peter melaporkan kejadian ini ke sekolah, pihak sekolah seolah lepas tangan, dan mengharapkan Peter yang justru harus berubah. Perlakuan yang diterima di sekolah, tak ada dukungan dari orang tua, ternyata memupuk dendam di hati Peter.

Something still exists as long as there's someone around to remember it
(page 485)

Sabarlah dalam membaca buku ini, alur ceritanya maju-mundur. Selain kita ikut dalam keseharian setelah peristiwa itu terjadi – termasuk proses pengadilan, kita juga diajak untuk kembali ke ‘masa lalu’. Menyelami karakter-karakter di buku ini dan menemukan kejutan-kejutan kecil. Bagaimana dulu sebenarnya Josie dan Peter berteman, peristiwa yang menyebabkan mereka menjauh, dan hingga akhirnya Josie masuk dalam lingkungan anak-anak popular, sementara Peter ya tetap sebagai Peter yang kerap dipemalukan.

Miris membaca berbagai perlakukan yang diterima Peter, mulai dari kotak makanannya yang selalu dilempar – padahal ibunya setiap hari selalu menyiapkan makanan yang akhirnya mubazir, kacamata yang dipecahkan, celana yang ‘dipelorotin’ di tengah kantin, disebut ‘homo’ dan lain-lain.

Urusan bullying ini rasanya sedang ‘marak’. Beberapa waktu yang lalu, sebuah SMU terkenal di Jakarta, ramai diberitakan karena banyak orang tua murid yang mengeluarkan anak mereka dari sekolah tersebut karena anak mereka di-bully. Menurut adek gue yang alumni SMU itu, praktek bully sih udah ada dari jaman dulu – atau dulu lebih dikenal dengan istilah ‘gencet’. Dan justru, bukan anak-anak yang ‘nerd’ yang kena, tapi anak-anak baru yang lebih cantik, keren yang jadi sasaran kakak-kakak kelasnya. Hehehe.. takut tersaingi, apalagi kalo anak baru itu diincer sama cowok yang juga jadi inceran para senior.

Di radio Female juga pernah dibahas tentang perilaku bullying. Apa sih yang sebenernya membuat seorang anak suka mem-bully? Dan kenapa si anak yang di-bully gak berani atau gak bisa melawan? Salah siapa – sekolah kah yang gak bisa melindungi murid-muridnya? Atau orang tua – entah orang tua si pelaku atau korban? Seperti di buku ini, Lacy dan Lewis, sebagai orang tua Peter, sudah berusaha sebaik mungkin untuk mendidik Peter, menjadi orang tua yang bijak. Sementara saat Peter ditanya, “kenapa?” Justru ia menjawab, “Mereka yang memulai.”

Tentang bukunya sendiri… ah, lagi-lagi buku lama. 3 tahun tak tersentuh. ‘Hubungan’ gue dengan Jodie Picoult rada naik-turun. Hehehe… pertama baca Plain Truth, terus suka. Langsung lah berburu buku Jodie Picoult yang lain. Eh… ternyata pas baca lagi, gak semua ‘berkesan’ dan gue pun sempat bosen sama yang namanya cerita drama. Sampai saat ini yang berkesan hanya Plain Truth, My Sister Keeper dan Nineteen Minutes. Ciri khas Jodie Picoult, meramu masalah hukum dengan psikologis, yang bisa bikin orang gak bisa men-judge tokoh yang keliatannya salah. O ya, satu aja sih yang ‘ganggu’ buat gue, kenapa sih, Alex dan Patrick harus terlibat hubungan asmara?

Dan setelah Nineteen Minutes ini, pengen baca bukunya yang lain. Mari dimasukkan saja ke dalam ‘Proyek 2012’.
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang