Friday, September 27, 2013

Boy: Tales of Childhood



Boy: Tales of Childhood (Boy: Kisah Masa Kecil)
Roald Dahl @ 1984
Quentin Blake (Ilustrasi)
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – September 2004
232 hal.

Menyenangkan membaca sebuah biografi yang ditulis dengan bahasa yang santai. Tidak membosankan, gak bikin ngantuk. Mungkin yang menulis seorang Roald Dahl, salah satu penulis cerita anak-anak favorit gue.

Menurut Roald Dahl sih, ini bukan biografi – Autobiografi adalah buku yang ditulis seseorang mengenai kehidupannya sendiri dan biasanya penuh detail yang membosankan. Aku tidak akan pernah menulis tentang sejarah diriku sendiri”  

Roald Dahl lahir tanggal 13 September 1916, sebagai anak laki-laki satu-satunya dan Dahl sangat dekat dengan ibunya. Semasa ia bersekolah dan mulai bekerja, Dahl selalu menulis surat untuk ibunya, dan disimpan dengan rapi oleh ibunya. Dalam buku ini ada beberapa gambar potongan-potongan surat yang dikirim Dahl untuk sang Ibu.

Di buku biografi bagian pertama ini berisi kisah sejak Dahl lahir dan semasa ia bersekolah di asrama. Hingga akhirnya lulus dan bekerja di Shell.

Sebagai anak kecil, Dahl juga suka iseng. Ia memberi ‘pelajaran’ untuk seorang penjaga toko permen yang selalu merengut setiap melihat anak-anak, atau memasukkan kotoran kambing ke dalam pipa tunangan kakaknya.

Sekolah tempat Dahl belajar begitu ketat menerapkan disiplin. Dan sejujurnya bikin gue ngilu dan sebal dengan sikap guru dan para pengawas yang semena-mena. Agar anak disiplin tak segan mereka menerapkan hukuman dengan cara memukul dengan rotan. Anak-anak juga nyaris tidak diperkenankan menyuarakan pendapatnya atau membela diri. Terkesan, jika kita membela diri, berarti guru yang salah. Dahl pun juga tak luput dari hukuman itu.

Lulus dari sekolah, ketika ditawari oleh ibunya untuk memilih melanjutkan ke Cambridge atau Oxford, Dahl lebih memilih untuk langsung bekerja. Ia mencoba melamar ke Shell – hal ini sempat mendapatkan komentar sinis dari kepala sekolahnya. Dan beruntung Dahl diterima di Shell. Alasan Dahl lebih memilih bekerja adalah agar ia bisa ditempatkan di tempat-tempat yang eksotis. Mungkinkah dari tempat eksotis ini, lahir kisah James and the Giant Peach atau, The Enormous Crocodile?

Kejadian-kejadian di masa kecilnya memberi inspirasi bagi buku-buku cerita anak-anak yang ditulisnya. Salah satunya adalah cokelat Cadbury yang mengilhami cerita Charlie and the Chocolate Factory.

Dan kalau gue pikir-pikir, ketika membaca sosok kepala sekolah yang kaku, matron yang galak dan guru yang senang dengan anak-anak yang mendapatkan hukuman, gue terbayang sosok Miss Trunchbull di Mathilda, atau sosok ibu yang hangat dalam gambaran Miss Honey.

Atau sosok menyebalkan lagi, seperti penjaga toko permen, mungkin digambarkan dalam tokoh The Twists atau neneknya George di George’s Marvelous Medicine?

Cerita anak-anak Roald Dahl dipenuhi dengan tokoh-tokoh yang ‘ajaib’ – begitu hitam putih. Yang salah akan berakhir dengan tragis, yang baik akan mendapatkan balasan yang setimpal. Roald Dahl juga mengajarkan anak-anak untuk mencintai hewan dan tentang indahnya sebuah persahabatan. Tapi emang sih, gak semuanya bisa langsung dibaca sama anak-anak sendiri, ada beberapa kisah yang sepertinya butuh orang tua sebagai pendamping.

Wednesday, September 25, 2013

Wishful Wednesday 47



Untuk Wishful Wednesday ini, gak jauh-jauh dari buku yang baru aja selesai gue baca – Baker Street Boys series. Setelah membaca satu buku, ternyata koq gue suka ya? Jadilah gue pengen mengumpulkan buku-buku lain dalam seri ini.

Berhubungan dengan Sherlock Holmes, bikin pengen tahu cerita-cerita lain seputar detektif terkenal itu dari pandangan penulis lain, dari berbagai sisi yang berbeda, dengan tokoh utama orang-orang yang terkait dengan beliau. Mungkin ada novel khusus tentang Dr. Watson?

Nah, ini beberapa sinopsis untuk Baker Street Boys:

The Case of the Disappearing Detective

It is 1897, Queen Victoria’s diamond jubilee year, and the Baker Street Boys are helping Sherlock Holmes to solve a case involving a mysterious American when Holmes himself disappears. Only the Boys realize that he hasn’t gone undercover but has actually been kidnapped by a Fenian gang from Boston who are planning to assassinate the Queen

 

 

The Baker Street Boys: The Case of the Captive Clairvoyant

Holmes and Watson are out of town and it's up to the Boys to rescue Mary from the clutches of her evil stepfather, Marvin the Mystic. But Marvin is in cahoots with the dastardly Moriarty! Together they scheme to rob rich people's houses while Marvin performs seances. The Boys know Mary will never be safe with Marvin on the loose, so Rosie, the little flower girl, replaces Mary on stage in an attempt to reveal Marvin's scam. But everything goes horribly wrong – Marvin is murdered and Rosie kidnapped! In a race against time, the Boys dash across London and, with some help from Mary's real father, uncover the murderers and rescue their friend.

 

The Baker Street Boys: The Case of the Limehouse Laundry

London's docklands: home to a large Chinese community and rife with smuggling – and not only of goods. Into the fray burst Sherlock Holmes's Irregulars, who find themselves swinging into action (at no little risk to themselves) to stop a thriving racket shanghaiing children into slavery. And never is the cause more desperate than when one of those children is their very own Rosie.

 

 

The Baker Street Boys: The Case of the Stolen Sparklers

When Lady Mountjoy’s diamond tiara goes missing, Polly, one of the maids, is accused of the theft. But Polly didn’t do it. Discovered by the Baker Street Boys, out of a job and with nowhere to go, Polly begs them to help her – and so they find themselves with another mystery to solve. Wiggins hits upon a plan: why doesn’t Queenie apply for the newly vacated job, infiltrate the house and see what she can find out? It seems there are certainly things to be discovered: (1) Lady Mountjoy is broke and in desperate need of money, (2) she has a wastrel brother living with her as a hanger-on, (3) both of them know Professor Moriarty…

The Baker Street Boys: The Case of the Haunted Horrors

When Sarge sees a ghost in one of the exhibits during his night watch at the Baker Street Bazaar waxworks exhibition, everyone tell him he must have imagined it. But the ex-army officer is adamant, and when his job is put on the line as a result, Wiggins and Beaver decide to spend the night there themselves to find out once and for all what it was that he saw. When they do, they realize that all is not as it seems. Suddenly the Baker Street Boys are catapulted into a mystery involving a Russian spy ring, a case of mistaken identity … and murder.

 

The Baker Street Boys: The Case of the Racehorse Ringer

There’s been a murder at the racing stables and Gertie’s father, Patrick, stands accused. The punishment is death by hanging, and Gertie is beside herself. She knows her father didn’t do it, but with Sherlock Holmes away, how can she prove his innocence? Wiggins suspects an inside job and sends Sparrow in to do some digging around. Undercover as the new stable lad, Sparrow finds himself mixing with some decidedly shady characters – and then he stumbles upon an audacious betting scam that puts a valuable racehorse in danger. Now there are two lives for the Baker Street Boys to save, and time is not on their side. The race is on!



Mau berkhayal juga, mari ikutan Wishful Wednesday dulu, liat rules-nya dulu ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

The Case of the Ranjipur Ruby



Baker Street Boys #3: The Case of the Ranjipur Ruby
Anthony Read
Walker Books - 2006
160 pages
(Periplus Pondok Indah Mall)
Untuk 8 tahun ke atas

Buku ini dibeli secara ‘tidak sengaja’. Waktu ada sale buku anak-anak di Periplus, ada beberapa judul seri Baker Street Boys ini. Karena pengen coba baca, gue ambil sembarang aja.

Baker Street Boys atau Baker Street Irregulars adalah sekelompok anak-anak jalanan yang kerap membantu penyelidikan Sherlock Holmes. Dari mereka inilah, Sherlock Holmes mendapatkan informasi yang berharga. Di serial Baker Sreet Boys ini, mereka punya petualangan sendiri. Tentu saja, ada penampilan sekilas dari Sherlock Holmes, Dr. Watson dan Inspektur Lestrade. Baker Street Boys terdiri dari Wiggins, Beaver, Queenie, Rosie, Shiner Gertie dan Sparrow.

Buku ini diawali dengan persiapan Madam Dupont mempersiap sebuah pameran patung lilin untuk sebagai tandingan terhadap saingannya, Madam Tussaud. Wiggins, Beaver dan Queenie membantu Madam Dupont menyebarkan selebaran promosi untuk acara ini. Dan ketika itulah mereka menyelamatkan Ravi, seorang pangeran dari Ranjipur, dari kejaran orang-orang yang diduga ingin melenyapkan Ravi.

Kedatangan Ravi ke Inggris, selain untuk belajar, juga untuk menyerahkan sebuah permata berharga untuk Ratu Inggris. Ternyata, selain mengincar nyawa Ravi, ada orang-orang lain yang juga menginginkan permata itu untuk kepentingannya sendiri.

Tak mudah untuk membuat orang-orang percaya atas kesimpulan dari Baker Street Boys ini,  mereka pun berjuang sendiri untuk menyelamatkan nyawa teman baru mereka, Ravi.

Lama tak membaca buku petualangan anak-anak, menemukan buku satu ini ternyata menyenangkan. Gue suka dengan penuturan yang simple, gaya bahasa yang ‘slengean’, gayanya anak-anak jalanan, tapi mereka ini bukanlah anak nakal. Mereka punya pekerjaan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Bahkan, ketika ada rejeki lebih, Wiggins tak segan-segan untuk memberi uang kepada pemusik jalanan.

Pengen ngumpulin cerita-cerita lain dari seri ini. So, anybody.. yang kebetulan main ke Periplus, dan ngeliat seri buku ini dengan harga yang bersahabat, please… tolong titip ya.. :D



Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee


 

Monday, September 23, 2013

Mystery of Yellow Room




Mystery of Yellow Room (Le Mystére de la Chambre Jaune)
Gaston Leroux
Zulfa Simatur (Terj.)
Visi Media – Cet. I, Juli 2013
320 hal.
(Gramedia Plasa Semanggi)


Cover berwarna kuning cerah, langsung menggoda untuk segera dimasukkan ke dalam tas belanja. Ditambah lagi, rasanya akhir-akhirnya ini buku pilihan gue rada-rada bergeser ke thriller, atau yang sedikit berbau-bau misteri.

Ini sebuah kisah thriller klasik yang ditulis oleh Gaston Leroux, yang dikenal sebagai penulis The Phantom of the Opera. Konon buku The Mystery in the Yellow Room ini menjadi salah satu inspirasi Agatha Christie untuk menulis buku-buku bertema serupa.

‘Pahlawan’ dalam kisah ini bernama Joseph Rouletabille, seorang wartawan muda berusia 18 tahun. Nama aslinya adalah Joseph Josephine. Tapi, karena bentuk kepalanya yang unik, maka ia mendapat julukan ‘Rouletabille’.

Di sebuah chateau, seorang ilmuwan bernama Monsieur Stangerson, ditemani oleh anaknya, Mademoiselle Stangerson sedang melakukan penelitian. Dan di malam naas itu, puterinya pamit duluan untuk tidur, sementar Monsieur Stangerson tetap melanjutkan penelitian ditemani oleh pembantunya, Daddy Jaques. Tak lama, terdengar jeritan dari dalam kamar Mademoiselle Stangerson.

Setelah dengan susah payah, akhirnya Monsieur Stangerson dan Daddy Jaques berhasil mendobrak pintu kamar putrinya, dan menemukan putrinya tergeletak dengan luka yang sangat parah.

Dan misteri pun dimulai. Ada kejanggalan di dalam kasus ini, polisi kesulitan menemukan petunjuk tentang pelakunya. Karena, diketahui pintu kamar terkunci dari dalam, begitu pula dengan jendela. Tak ada celah bagi si pelaku kejahatan ini untuk bersembunyi.

Kasus ini menarik perhatian masyarakat Perancis. Tak terkecuali Joseph Rouletabille. Dengan pendekatan yang akan dianggap aneh oleh orang-orang, Joseph berhasil masuk ke dalam TKP dan mendekati orang-orang yang ada di sekitarnya.

Dengan caranya sendiri, Joseph berusaha mencari petunjuk bagaimana si pelaku bisa keluar dari kamar kuning itu, apa motifnya dan siapa pelaku itu sebenarnya? Karena kasus ini terjadi di kamar tertutup, maka publik pun jadi ramai membicarakannya.

Joseph Rouletabille membeberkan fakta-fakta baru. Yang membuat analisis seorang detektif handal bernama Frederic Larsan terpatahkan. Dengan gaya yang khas, ia melakukan penyelidikan. Kadang terkesan kekanakan, tapi ternyata malah membuka pandangan baru. Tersangka dibebaskan, dan  muncul praduga pada orang lain yang terkait. Apakah ini ada hubungan dengan percobaan yang dilakukan Monsieur Stangerson? Atau malah lebih ke masalah hubungan asmara Mademoiselle Stangerson?

Melihat gaya Joseph Rouletabille, gue mau gak mau teringat dengan Sherlock Holmes. Sama seperti Sherlock Holmes, Joseph Rouletabille juga suka bikin orang kesel dengan tingkah lakunya yang aneh. Sikapnya yang tenang, tapi tiba-tiba suka menimbulkan kehebohan dengan kesimpulan yang ditemukannya.

Dan satu lagi, seperti juga Sherlock Holmes atau Hercule Poirot, ada satu ‘pendamping’ setia yang mencatat sepak terjang detetif utama. Di novel ini, seorang pengacara muda bernama Jean Sainclair yang menjadi narator.

Buku kedua Joseph Rouletabille berkisah tentang The Perfume of the Lady in Black, yang semoga saja juga segera diterjemahkan sama Visi Media.

George’s Marvellous Medicine



George’s Marvellous Medicine
Roald Dahl @ 1981
Quentin Blake (Ilustrasi)
Puffin - 2001
(untuk anak 12 tahun ke atas)

George Kranky, anak laki-laki yang kesepian. Ia hidup jauh dari keramaian. Ayahnya bekerja di peternakan. George tidak punya teman bermain dan jarang bepergian. George tinggal bersama ayah, ibu dan neneknya.

Suatu hari, ayahnya sudah pergi bekerja, dan ibunya pergi untuk berbelanja. Maka tinggallah George bersama neneknya. Jangan bayangkan Nenek George adalah seorang nenek yang hangat dan sayang pada cucunya. Nenek George ini kerjanya suka menggerutu, tak pernah puas, dan gak suka sama George. Ia menakut-nakuti George dengan segala tentang pertumbuhan seorang anak. Apa makanan yang pantas dan penting untuk pertumbuhan anak seperti George. Karuan George jadi ketakutan.

Salah satu tugas George yang dipesankan oleh ibunya adalah untuk tidak lupa memberi obat untuk sang nenek. Dan, saat itu muncul ide untuk ‘memberi pelajaran’ pada neneknya. Maka George pun ‘meracik’ obat dari berbagai macam ‘sumber’ yang bisa ia temui di rumah.

Dan hasilnya… yah, memang memberi pelajaran, tapi juga kekacauan.

Mungkin ini adalah sebuah buku untuk anak-anak. Tapi… rasanya orang tua harus mendampingi anak ketika membaca buku ini. Karena salah-salah, seorang anak bisa menduga bahwa balas dendam adalah hal yang wajar. Hasil akhir yang dilakukan George bisa dibilang sangat ekstrim, terutama banyak bahan-bahan berbahaya yang digunakan oleh George.

Gue juga sebal dengan si ayah, Mr, Kranky, yang seneng banget ketika ibu mertuanya ‘kacau balau’. Ia juga jadi ‘matre’ dan menuntut George untuk membuat ramuan ajaibnya itu lebih banyak lagi. Sementara si ibu, Mrs. Kranky , gak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi kekacauan yang terjadi di rumahnya.

Memang ini adalah sebuah cerita, dongeng, tapi, meskipun apa yang digambarkan oleh Roald Dahl dalam buku ini buat gue juga ‘mengerikan’, tapi ya sudahlah, ambil sisi fun-nya, sisi humornya. Mungkin salah satu pesan moral dari cerita ini adalah “jangan jadi nenek-nenek yang ‘menyebalkan’, yang kerjanya cuma duduk, nonton tv, terus ngomel-ngomel” 

Wednesday, September 18, 2013

Wishful Wednesday 46



Setelah istirahat seminggu, rasanya males emang untuk kembali kerja. Masih pengen leyeh-leyeh, santai-santai gitu, kali-kali timbunan di rumah bisa berkurang. Tapi, Wishful Wednesday datang lagi, waktunya berkhayal buku apa yang dipengenin untuk segera menambah anggota timbunan.

Gue pilih buku terbarunya Vikas Swarup – The Accidental Apprentice. Setelah Six Suspects di tahun 2008, baru tahun 2013, buku barunya terbit. Hmm.. bukan penulis yang terlalu produktif tampaknya. Tapi ya, gue suka dengan dua buku beliau yang sudah terbit, Q&A dan Six Suspects, dan berhasil membuat gue menantikan karya-karya beliau yang selanjutnya.


Berikut sinopsisnya:

From the author of the book behind the blockbuster movie Slumdog Millionaire, a brilliant novel about life changing in an instant.

Life pivots on a few key moments. This is one of them.

Sapna Sinha works in an electronics store in downtown Delhi. She hates her job, but she is ambitious and determined to succeed, and she knows without the money she brings in, her family won't be able to survive. Little does she know it but her life is about to change forever.

As she leaves the shop on her lunch break one day, she is approached by a man who claims to be CEO of one of India's biggest companies. He tells her he is looking for an heir for his business empire. And that he has decided it should be her.

There are just seven tests she must pass. And then the biggest lottery ticket of all time will be hers.


Mau berkhayal juga, mari ikutan Wishful Wednesday dulu, liat rules-nya dulu ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

The Postcard Killers



The Postcard Killers
James Patterson & Liza Marklund @ 2010
Grand Central Publishing - 2011
385 page
(MPH @ Raffles City Singapore)

Detektif Jacob Kanon terbang dari Amerika ke Benua Eropa. Bukan untuk berlibur tentunya, tapi memburu pembunuh para pasangan muda yang sedang berlibur ke beberapa negara di Eropa. Detektif Kanon sendiri punya motif pribadi, karena salah satu dari para korban adalah anak perempuannya sendiri, bernama Kimmy Kanon. Kimmy ditemukan tewas bersama tunangannya di salah satu hotel di Florence, Roma. Korban lain ditemukan di Paris, Kopenhagen, Frankfurt dan Stockholm. Para korban dijerat dengan daya pikat sang pelaku. Korban yang ingin berlibur dan menemukan teman baru, tentu saja tidak bisa menolak persahabatan yang ditawarkan, yang pada akhirnya menjebak mereka.  Dari setiap foto para korban, ditemukan sebuah pola. Di mana posisi para korban mirip dengan karya-karya seni terkemuka di kota tempat mereka ditemukan. Selain itu, harta benda para korban juga lenyap.

Seorang reporter muda bernama Dessie Larsson mendapatkan sebuah kartu pos, yang berisi sebuah pesan singkat dari orang yang diduga melakukan pembunuhan. Maka, Detektif Kanon pun mendekati Dessie, untuk diajak bekerja sama dan menawarkan diri untuk membantu kepolisian Swedia. Dessie pun mengirimkan surat balasan terbuka untuk memancing pelaku kejahatan itu.

Taktik ini membuahkah hasil, meskipun akhirnya kembali menemukan jalan buntu. Pasangan Sylvia dan Malcom Rudolph lepas dari tuduhan sebagai pelaku pembunuhan karena mereka punya alibi yang kuat. Tapi, Detektif Kanon dan Dessie tetap yakin bahwa merekalah pelaku yang sebenarnya.

Sesungguhnya, ide cerita yang ditawarkan menarik, tapi sayang, kenapa terasa kurang ‘nendang’. Kurang terasa ketegangannya. Masih ada yang terasa ‘menggantung’ atau nanggung. Entah, mungkin gue terlewat kali ya. Ya jujur aja, gue masih rada kurang jelas sama motif dari pelaku. Apa hanya untuk ‘mengapresiasikan’ dari seni yang mereka kagumi tapi dengan cara yang ‘ekstrim’, atau karena adanya trauma di masa lalu?  Dan apa yang membuat seorang Dessie Larsson terpilih untuk mendapatkan kartu pos itu? Rasanya menyebalkan ketika selesai membaca satu buku, tapi harus ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan. Kali akan lebih keren, kalo ada sebuah bab, yang isinya flashback, yang kira-kira menggambarkan latar belakang karakter si pembunuh itu terbentuk.

Gue sempat semangat ketika dengan keberhasilan Dessie dalam menemukan sebuah petunjuk. Yah, abaikan saja cerita selingan sebagai bumbu pelengkap di dalam buku ini, meskipun rada membuat gue sebal.

Gue pernah membaca beberapa karya James Patterson yang lain, dan buku-buku itu sanggup membuat gue deg-degan dan ikut terpacu dengan ketegangan yang ada. Satu hal yang membuat gue bisa menyelesaikan buku ini dengan lumayan cepat, adalah karena bab-bab cerita yang pendek, yang mau tidak mau membuat alur cerita juga cepat. Yah, buku ini oke lah untuk menemani waktu libur. Mau sedikit tegang, tapi pengen mencari cerita yang cepat selesai.

Wednesday, September 04, 2013

The Empress of Ice Cream



The Empress of Ice Cream (Semanis Es Krim)
Anthony Capella @ 2010
Gita Yuliani K. (Terj.)
GPU, Juni 2013
552 Hal.
(via @HobbyBuku)

Carlo Demirco hanyalah seorang bocah biasa dari keluarga miskin. Saat berusia 7 tahun, ia diambil oleh Ahmad dan dijadikan pesuruhnya. Ahmad ini adalah pembuat sherbet keluarga Medici. Semua yang dilakukan Ahmad bersifat rahasia. Tapi Demirco mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap es, hingga ia harus kehilangan jari tangannya karena terlalu lama dikurung dalam ruang penyimpanan es. Tapi, itu tidak membuatnya kapok. Demirco kerap melakukan percobaan dengan bahan-bahan yang dimiliki Ahmad. Dan ketika beranjak remaja, Demirco bertemu dengan Lucian Audiger, pria Prancis yang ingin menjadi confectioner – menurut ‘hemat’ gue, adalah pembuat makanan penutup, hidangan yang manis-manis.

Maka, Demirco pun lari meninggalkan Florence dan pergi  bersama Lucian ke Perancis. Lewat sogokan, relasi, diplomasi dan biaya yang mahal, juga perjuangan yang ulet, akhirnya keahlian Demirco diakui oleh Louis XIV, sang Raja Perancis. Nah di jaman itu, suguhan manis-manis tampaknya jadi suatu hal yang mewah dan hanya bisa dinikmati oleh para raja. Dan hanya raja juga yang berhak menentukan siapa yang ingin ia ajak untuk menikmati suguhan istimewa itu.

Lama-lama Demirco jadi terlena dengan kehidupan yang serba mewah dan bebas itu. Tapi, ketika ia bertemu dengan salah satu dayang-dayang ratu, bernama Louise de Karoulle, ia pun jatuh cinta dan berniat mengawininya, tapi sayangnya, cintanya ditolak.

Dan ketika  Louis XIV ini ingin membujuk Raja Inggris, Charles, agar menandatangani sebuah perjanjian penting yang akan menguntungkan Perancis, maka diutuslah Louise dan Demirco untuk membujuk dan memperngaruhi Charles. Louise, tentu saja dengan kecantikannya, dan Demirco dengan keahliannya dalam membuat es krim, yang ketika itu belum populer di Inggris.
 
Louise de Kerroualle - via http://www.gogmsite.net/
Raja Charles II - via Wikipedia
Louise digunakan untuk kepentingan politik. Ia harus berhasil membuat Charles tergoda, mengorbankan kehormatannya demi keberhasilan misi Raja Louis XIV. Louise dibenci, dihina, harus bersaing dengan para gundik raja yang lain. Louise, dari seorang gadis polos berubah menjadi perempuan yang berpengaruh. Ia mengumpulkan berbagai harta, membuat beberapa keputusan yang penting. Orang-orang banyak yang membencinya, seorang gundik raja yang juga artis pangung bernama Nell Gwynn, terang-terangang mengolok-olok Louise dalam setiap peran yang ia mainkan. Tapi, Louise tetap tenang.

Nell Gwyn - via Wikipedia
Dan sementara itu, Demirco harus selalu membuat hidangan es yang istimewa. Ada satu titik, di mana akhirnya, ia harus kecewa, karena dipermainkan oleh Louise. Kejadian ini yang menjadi titik balik, dan membuatnya sadar, bahwa inilah saatnya ia benar-benar harus membuat keputusan untuk masa depan yang selanjutnya. Tak peduli, bahwa hidupnya selama ini tergantung pada orang-orang yang sangat berpengaruh.

Apa yang istimewa dari buku ini? Terus terang, gue sempat merasa gak nyaman membaca buku ini. Di jaman itu tuh, rasanya bukan hal yang aneh ketika raja punya banyak pasangan. Satu istri sah, tapi selir atau gundiknya di mana-mana. Bahkan, juga  bukan rahasia kalau perempuan berhubungan dengan laki-laki lain yang bukan suaminya.

Udah gitu, raja ini boros banget ya. Pesta-pesta, judi, belum lagi hadiah-hadiah mewah, istana, apartemen mewah dan berbagai kemewahan lainnya. Dan si Raja Charles ini dikatakan bukanlah laki-laki yang setia. Untuk itu Louise perlu menjaganya, agar tidak berpaling ke perempuan lain. Sekali raja berpaling, berarti kedudukannya juga terancam. Yang pasti demi kepentingan politik, perempuan jadi umpan.

O ya, yang istimewa, setidaknya buat gue, adalah membayangkan proses pembuatan es krim itu. Gila ya, jaman dulu itu, ternyata nanas adalah buah yang sangat istimewa. Gue merasa geli ketika orang-orang jadi norak pas pertama kali mereka ngeliat buah nanas.

Lewat sosok Hannah, seorang pelayan di tempat Demirco menginap, kita akan menemukan seorang perempuan yang keras, tapi punya pendirian. Dia tahu apa yang harus ia putuskan agar ia bisa mendapatkan sebuah kebebasan, untuk menjadi manusia yang bebas tanpa terikat dengan berbagai embel-embel.

“Yang lebih baik yang bisa kuinginkan? .. ”Kerajaan tanpa raja. Gereja tanpa gereja. Negeri di mana tidak ada ikatan kewajiban ; tidak ada kewajiban mengenai hak milik, hak istimewa, ataupun kelahiran. Tempat di mana tidak ada manusia terlahir dengan sanggurdi di punggungnya agar manusia lain dapat menungganginya. Tempat setiap laki-lali bisa memilih cara beribadahnya ; dan setiap perempuan juga, dan hukum satu-satunya yang kami patuhi adalah yang tertulis dalam hati kami. Jika kami butuh pemimpin, kami akan memilih mereka. Jika kami butuh undang-undang, kami akan membuatnya sendiri.”

(hal. 522)

Wishful Wednesday 45





Udah Rabu lagi ya? Berasa lama sekali minggu ini. Bosan sebosan-bosannya… Untung ada Wishful Wednesday, berkhayal pengen buku apa, bisa jadi mood booster.

Salah satu tem abaca bareng BBI bulan ini adalah buku ber-genre Distopia (tapi bukan yang Young Adult), di salah satu daftar yang direkomendasikan oleh Ndari, ada buku The Handmaid’s Tale (Margaret Atwood). Waktu gue baca sinopsisnya, tampak menarik, meskipun sedikit ‘horor’ buat gue. Tapi, gpp lah, kali2 bisa menemukan buku ini, jadi bisa diikutin buat posting bareng.

 

Ini nih sinopsisnya:

Offred is a Handmaid in the Republic of Gilead. She may leave the home of the Commander and his wife once a day to walk to food markets whose signs are now pictures instead of words because women are no longer allowed to read. She must lie on her back once a month and pray that the Commander makes her pregnant, because in an age of declining births, Offred and the other Handmaids are valued only if their ovaries are viable. Offred can remember the years before, when she lived and made love with her husband, Luke; when she played with and protected her daughter; when she had a job, money of her own, and access to knowledge. But all of that is gone now..

Mau berkhayal juga, mari ikutan Wishful Wednesday dulu, liat rules-nya dulu ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang