Monday, May 31, 2010

If You Could See Me Now

If You Could See Me Now
Cecelia Ahern @ 2005
Harper Collins – 2006
410 hal.

So far, gue sudah membaca 3 buku Cecelia Ahern, dan seperti dua yang sebelumnya, - PS I Love You dan When Rainbow Ends - If You Could See Me Now juga membuat gue ‘tersentuh’.

Ceritanya tentang Elizabeth Egan, perempuan single, yang harus mengurus adiknya yang alcoholic dan anak adiknya, Luke. Trauma karena ditinggal ibunya, membuat Elizabeth jadi orang yang praktis, kadang gak sabaran, apalagi harus berurusan dengan yang namanya ‘mengasuh anak’.

Ditambah lagi, Luke, membuatnya kesal dengan ‘teman khayalan’ yang bernama Ivan. Ivan suka pizza yang ada olive-nya, Ivan begini, Ivan begitu. Elizabeth sampai browsing di internet, mencari referensi tentang menghadapi anak kecil yang punya teman khayalan.

Mungkin, karena Elizabeth pelan-pelan bisa menerima sosok Ivan yang datang dari negeri Ekam Eveileb itu, makanya, Elizabeth pun bisa melihat sosok Ivan pada akhirnya.

Hubungan pertemanan itu menjadi complicated, Elizabeth benar-benar beranggapan Ivan itu ‘visible’. Dia ada di saat Elizabeth butuh dirinya. Ivan hampir ‘melupakan’ tugasnya yang sebenarnya. Dan, nyaris lupa kalau suatu hari dia harus bisa meninggalkan Elizabeth dan Luke.

Tanpa disadari, Elizabeth jatuh cinta pada sosok yang invisible buat orang lain. Elizabeth bahkan tidak sadar kalau orang lain tidak bisa melihat Ivan.

Buat gue, buku ini tentang kisah cinta, kisah persahabatan yang unik. Gue yakin, gak banyak orang yang percaya sama sosok khayalan.. bahkan gue sendiri, gak percaya. Tapi, one thing for sure, looks like keep on dreaming makes someone happier.

Buku ini akhirnya selesai juga, setelah beberapa kali ‘tersalib’ karena gue baca buku yang lainnya. Padahal, buku ini udah ada di rak buku gue sejak tahun 2006, meskipun ini sih buku adek gue.

---- Hey.. kenapa akhir-akhir ini, isi blog ini begitu ringkes ya? Gue lagi agak kesulitan menggambarkan buku yang baru gue baca? Apa karena buku-buku ini kurang ‘nendang’, atau gue yang lagi ‘lack of imagination’? Hmmm….

Tuesday, May 25, 2010

The Help

The Help
Kathryn Stockett @ 2009
Berkley – Mei 2010
464 hal.

Jackson, Mississippi, tahun 1960-an. Membaca buku ini, gue merasa ikut ‘kepanasan’. Bukan hanya karena memang cuacanya yang panas (at least, yang tergambar dalam buku itu), tapi juga gregetan dengan tingkah laku salah satu tokohnya.

Ada tiga tokoh utama, yaitu Aibeleen, Minny Jackson dan Skeeter Phelan. Aibileen dan Minny Jackson, dua warga kulit hitam yang menjadi pelayan di rumah Elizabeth Leefolt dan Hilly Holbrook. Sedangkan Skeeter adalah teman dari dua orang perempuan kulit putih itu.

Di tahun 1960an, perbedaan warna kulit masih benar-benar jadi masalah. Warga kulit hitam adalah warga kelas dua, warga pinggiran, mereka tidak punya hak dalam segala hal. Semua harus dibedakan. Tidak boleh sekolah di sekolah yang sama dengan warga kulit putih, bahkan kamar mandinya pun dibedakan. Karena orang kulit hitam dianggap membawa virus penyakit berbahaya.

Skeeter ‘sedikit’ berbeda dari teman-temannya. Ia merasa perlakukan terhadap orang-orang kulit hitam sudah keterlaluan. Skeeter sangat dekat dengan pengasuh lamanya, Constantine, yang pergi begitu saja tanpa pamit dengannya.

Skeeter pun terobsesi untuk membuat sebuah perubahan. Ia mengajak Aibileen untuk bekerja sama dengannya menulis sebuah cerita tentang bagaimana bekerja menjadi pelayan di rumah orang-orang kulit putih.

Sepak terjang Skeeter membuatnya tersingkir dari pergaulan eksklusif. Teman-temannya menjauh, atau terlalu takut dengan si Ibu Ketua Hilly yang ‘diktator’ itu.

Menyelesaikan buku ini ternyata sedikit lebih lama dari yang gue rencanakan. Tapi, gpp, gue suka isinya. Kathryn Stockett menggambarkan settingnya dengan bagus. Gue sampai bisa membayangkan suasana ketika itu, gimana dandanan para ibu-ibu, yang kaya’nya seperti para Stepford Wives.

Di akhir buku ini, Kathryn menuliskan pengalamannya sendiri dengan pelayan kulit hitamnya yang akhirnya menjadi inspirasi untuk menulis The Help.

Ada lucu, ada ‘tragis’, ada konyolnya. Karakternya juga beragam banget, Hilly yang perfeksionis, Elizabeth yang rada plin-plan, Skeeter yang idealis, Celia yang konyol. Aibilen si pemberani dan bijak, Minny yang keras. Sebenernya gak semua tokoh perempuan kulit putih benci sama orang kulit hitam atau Negro, tapi mereka terlalu takut untuk bicara dan terlalu 'tunduk' sama Hilly.

Tuesday, May 18, 2010

Tempurung

Tempurung
Oka Rusmini @ 2010
Grasindo – 2010
460 hal.

Membaca buku-buku Oka Rusmini, selalu membawa gue ke tengah-tengah budaya masyarakat Bali. Mulai dari Tarian Bumi, Sagra dan Kenanga, Oka Rusmini jadi salah satu penulis favorit gue. Kalo biasanya, buku-buku itu tidak terlalu tebal, kali ini, dalam Tempurung ketebalannya lumayan juga.

Bercerita tentang perempuan, khususnya perempuan Bali. Perempuan yang kadang tidak yakin, tidak nyaman akan tubuh mereka sendiri, di mana mereka harus datang bulan, harus hamil dan merasakan kesakitan yang luar biasa, sementara kaum laki-laki terus-menerus ‘menuntut’ mereka untuk punya anak – terutama anak laki-laki. Perempuan bukanlah perempuan sejati apabila belum melahirkan anak laki-laki.

Terbagi dalam 3 cerita, mungkin akan sepintas dibuat bingung, karena tidak ada tokoh utama, banyaknya cerita yang ‘turun-temurun’. Tapi, tentu saja, tokoh utamanya seorang perempuan, meskipun tidak ada nama yang spesifik.

Dalam keseharian, sering kali terjadi ‘benturan’ antara budaya, agama dan perasaan. Terkadang tragis, tapi juga bikin kita terkagum-kagum dengan ‘kuatnya’ seorang perempuan. Pernikahan yang harusnya ada cinta, tapi malah bikin sengsara karena harta. Mereka ingin anak, tapi malah membuat mereka jadi seperti ‘pabrik anak’. Bikin anak-anak mereka justru jadi benci pada ibunya.

Mungkin karena adanya bumbu-bumbu adat-istiadat Bali, bikin beberapa bagian di buku ini terkesan ‘mistis’.

Monday, May 10, 2010

Rindu

Rindu
Sefryana Khairil @ 2010
Gagas Media – Cet. I, 2010
244 hal.

Kehilangan, apa pun bentuknya itu, pasti sangat nyakitin. Jangankan kehilangan orang-orang yang kita sayangi, kehilangan benda ‘mati’ aja, duuuhhh, kadang rasanya kesel banget, sedih dan nyesel.

Buku ‘Rindu’ ini menceritakan tentang pasangan Zahra dan Krisna yang harus kehilangan anak mereka, Daffa, karena sebuah kecelakaan. Masing-masing kemudian terpuruk dalam kesedihannya, saling menyalahkan diri sendiri, tapi tidak mampu ‘memperkuat’ pasangan masing-masing.

Rasa sedih yang berkepanjangan, akhirnya malah membuat jarak di antara mereka. Masing-masing tetap pada ego-nya sendiri. Berharap dimengerti dan dipahami oleh pasangannya. Tapi, tak mampu untuk berbuat sama.

Wuiih… buku ini (nyaris) membuat gue menangis… ditambah lagi abis baca blog ini. Makin hiks.. hiks.. hiks…

Awal gue baca buku ini, sih biasa aja, malah gue menanggap, koq isinya hanya sediihhhhhh yang panjang, sama-sama ‘terpuruk’, sama-sama gak pedulian, tapi minta diperhatiin. Tapi, menjelang ending, mungkin karena gue udah merasa ‘masuk’ ke dalam tokoh-tokohnya, gue jadi ikut ngerasa sedih. Gue jadi ngerti pelan-pelan, kenapa mereka seperti itu. Dan, Ya Allah.. gue sampai berharap, semoga gue gak mengalami hal yang sama seperti mereka. Jangan sampai…
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang