The Diary of Amos Lee: I’m Twelve, I’m Tough, I
Tweet (Aku Sudah Dua Belas Tahun, Aku Hebat Aku Punya Twitter!)
Adeline Foo
Stephanie Wong (Ilustrasi)
Tessa Febiani (Terj.)
Penerbit Buah Hati – Cet. I, Mei 2012
170 hal.
Untuk usia 10 tahun ke atas
(Rental @ReadingWalk)
Sekarang Amos Lee udah 12 tahun. Masih rajin
nulis diarynya di toilet. Tapi di tahun ini, Amos Lee semakin sibuk. Di
sekolah, selain sibuk dengan klub renangnya, Amos juga jadi penulis untuk
majalah digital bernama ‘Poop Fiction’… hehehe.. terkesan ‘jijay’ kah? Yah..
ini memang terinspirasi dari ‘that poop’. Dasar anak-anak ya, di iphone-nya
(well.. anak 12 tahun udah pake iphone nih.. hihihi… ), di-install aplikasi
untuk mengukur kadar ‘pup’-nya….
Tapi, menurut gue nih, meskipun berhubungan sama
hal tersebut, apa yang ditulis Amos Lee sangat informatif dan kreatif. Amos menulis
asal mula toilet, lalu sejak kapan toilet tissue digunakan, bagaimana para
astronot menyelesaikan ‘urusan’ mereka saat ada di luar angkasa atau bahkan
sejarah pakaian dalam.
Nah, selain ngurusin ‘Poop Fiction’ ini, Amos
juga disibukkan dengan kontes ‘Tween Idol’ di sekolahnya. Dasar nih si Amos
juga anak yang ‘haus’ dengan kepopuleran, Amos pun mendaftarkan diri untuk
mengikuti kontes ini. Saingan Amos tentu saja Michael. Tapi yang tak
disangka-sangka, ternyata Alvin,
sahabatnya sendiri, juga ikut mendaftarkan diri. Hmmm.. Amos sempat merasa ‘dikhianati’.
Untuk ‘mendongkrak’ popularitasnya, salah satu
caranya adalah dengan membuat account Twitter. Setiap hari, Amos terus memantau
berapa jumlah follower-nya dan berapa jumlah follower Michael. Jika Amos dan
Michael bersaing di dunia maya, Alvin
justru melakukan berbagai kegiatan sosial untuk mencari dukungan.
Tapi, kesibukan Amos di dunia maya dengan Poop
Fiction-nya membuat ia tertinggal di cabang renang. Ia pun harus mengundurkan
diri dari klub renang, meskipun itu artinya ia kalah bersaing dengan Michael.
Tak ketinggalan, sang ibu yang juga ‘menggerecoki’
Amos di Twitter. Salah ejaan atau salah pemakaian kata, bakal langsung
di-retweet sama ibunya.
Amos juga mulai memasuki masa-masa puber, saat
mukanya penuh jerawat dan ia harus rajin-rajin membersihkan muka, termasuk di
sekolah. Amos juga memberi kontribusi di blog ibunya dengan membuat tulisan
tentang masa-masa puber seorang anak laki-laki.
Gue lebih suka buku ketiga ini dibandingkan buku
yang pertama. Mungkin karena apa yang ditulis Amos gak hanya tentang apa yang
ia alami sehari-hari, tapi juga pengetahuan-pengetahuan
yang unik bin ajaib yang ditulis.
Persaingan antar sahabat bukan tak mungkin, tapi
toh, Amos juga lebih dewasa menyikapinya. Gak harus jadi musuhan, bahkan justru
berlapang dada ketika harus kalah. Pengaruh usia juga kali ya. Bahkan, dengan
Michael, ‘musuh’nya itu, ketika membawa nama sekolah, gak ada yang namanya
musuhan, tapi tujuan mereka hanya satu yaitu bekerja sama untuk menang di
pertandingan renang.
Tulisan Adeline Foo kali ini mengikuti
perkembangan di kalangan anak-anak – di saat-saat mulai puber atau kehebohan dunia twitter.
Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam
event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee
0 comments:
Post a Comment