The Book Thief
Markus Zusak @ 2005
Knopf – 2007
552 hal
Untuk anak 12 tahun ke atas
(Rental @ ReadingWalk)
Gue bingung mau nulis review apa untuk buku ini.
Buku ini termasuk yang bikin gue sesak napas.. sedih…. Dari awal, sarat dengan aura ‘kematian’… dan
wajar saja, karena narator dari buku The Book Thief ini adalah Malaikat Maut….
Malaikat Maut ini dekat dengan kehidupan Liesel
Meminger. Pertama kali ‘perjumpaan’ mereka, tahun 1939, ketika ia menjemput
adik Liesel. Saat pemakaman adiknya ini, Liesel menemukan sebuah buku – The
Graver Digger’s Handbook. Inilah kali pertama Liesel mencuri buku. Buku yang
biasa-biasa saja itu menjadi istimewa bagi Liesel.
Selain ia harus kehilangan adiknya, Liesel juga
harus berpisah dengan ibunya. Liesel dibawah ke Himmel Street, Molching, Jerman, untuk
kemudian diasuh oleh pasangan suami-istri – Hans dan Rosa Hubermann.
Rosa Hubermann, adalah perempuan yang kalau
sekilas diambil kesimpulan adalah perempuan dengan karakter keras. Ia sering
mengkritik, memanggil orang dengan sebuah kasar dan suka membicarakan kejelekan
orang. Rosa bekerja sebagai pencuci baju dari
rumah ke rumah. Tapi, pada dasarnya, ia adalah perempuan yang penyayang dan
memperlakukan Liesel dengan baik.
Sedangkan Hans Hubermann, adalah laki-laki dengan
figure kebapakaan. Ia lah yang menenangkan Liesel setiap kali Liesel bermimpi
buruk, yang mengajari Liesel membaca dan akhirnya mencintai buku.
Liesel kemudian berteman dengan seorang bocah
laki-laki bernama Rudy Steiner. Rudy Steiner bermimpi menjadi seorang pelari,
seperti Jesse Owen. Bersama Rudy, Liesel melalui banyak kejadian – termasuk
berbagai kenakalan.
The Graver Digger’s Handbook, bukan satu-satunya
buku yang dicuri oleh Liesel. Secara diam-diam, Liesel ‘menyelamatkan’ sebuah
buku yang hendak dibakar, lalu ia juga mengambil beberapa buku di rumah Ilsa Hermann – salah seorang pemakai
jasa Rosa. Dan di kemudian hari, Ilsa Hermann
akan menjadi penyelamat Liesel.
Cerita semakin rumit, ketika rumah mereka
kedatangan tamu bernama Max Vandenburg, seorang Yahudi. Hans memang berhutang
budi pada ayah Max dan ia bersedia
menyembunyikan Max di ruang bawah tanah rumah mereka. Bersama Max, Leise juga
banyak belajar, tentang persahabatan. Liesel bercerita, membaca bukunya.
Perjumpaan lainnya tahun 1943, Malaikat Maut
lagi-lagi menjemput orang-orang yang disayangi Liesel. Gue merinding membaca
narasi dari Malaikat Maut. Kematian datang tanpa rasa sakit… Napas gue serasa
tertahan… perut gue jadi berasa diaduk-aduk. Mual … Nyeri.. Sedih… dan ikut
merasa kehilangan.
Yah, dalam perang, maut memang menjadi ‘sahabat
karib’. Ada
yang cukup beruntung untuk lolos dari maut, ada yang menyongsongnya tanpa rasa
sakit. Dan bagi Liesel, buku menjadi penyelamatnya. Bersembunyi saat serangan
udara datang, Liesel membawa bukunya dan membacakan keras-keras agar bisa
didengar oleh semua orang.
Berbicara tentang Malaikat Maut di sini – dalam
bayangan orang, ia adalah sosok dengan jubah hitam tanpa wajah, tapi, entah
kenapa, gue merasa, Malaikat Maut di sini juga punya ‘perasaan’. Ia tak tega
mencabut nyawa orang-orang yang jadi korban dalam perang, terutama anak-anak…
Dan ia tahu, siapa yang siap bertemu dengannya dengan suka rela. Dan buat ia,
tak semua orang bisa lolos dari maut dalam ‘persinggungan’ selama beberapa
kali, seperti Hans Hubermann. Tapi, adakalanya Malaikat Maut juga kesal dengan
pekerjaan yang tak ada habisnya ini dalam peperangan… Well, the Death needs to
have some rest too…
Buku ini termasuk kategori Young Adult. Jangan
berpikir bahwa tema dalam buku ini terlalu berat untuk anak-anak usia 12 tahun
atau yang beranjak remaja. The Book Thief memang mengambil latar perang, masa
Holocaust, masa-masa kejayaan Hitler – yang mengklaim bahwa bangsa mereka lebih
baik dari pada orang-orang keturunan Yahudi, yang pada akhirnya harus
‘dihabiskan’.
Tanpa bermaksud untuk menggurui, menurut gue,
dengan membaca buku ini, mereka akan
tahu, bahwa dari sudut pandang seorang anak, mereka gak peduli apa sih suku,
agama atau ras mereka. Yang suka mengkotak-kotakkan itu kan orang dewasa, demi kepentingan politik.
Bagi anak-anak, yang mereka tahu adalah berteman, bersahabat. Lihat Liesel yang
setia menunggu Max, ketika orang-orang Yahudi berbaris. Ia nekat memberikan
roti untuk orang-orang Yahudi itu. Beruntung Liesel juga diasuh oleh Hans dan
Rosa Hubermann yang juga tak peduli dengan yang namanya orang Yahudi.
Siapa tahu, anak-anak yang membaca buku ini, jadi
punya pandangan yang lebih luas dan bisa jadi pemimpin yang lebih baik… Buku
ini mengajarkan tentang persahabatan, cinta, kasih sayang, kesedihan, bahkan
kematian.
Dan… ok… sekarang gue pengen baca buku Markus
Zusak yang lain, dan seperti yang Markus Zusak bilang, “ This is the first time
I’ve ever missed characters that I’ve written – especially Liesel and Rudy.”..
yeah.. me too… I missed Liesel.. and all the characters in this book – Rudy,
Max, Hans and Rosa Hubermann…
Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam:
5 comments:
kesannya kayak The Boy in Stripped Pajama ya ;__;
mba feeeerr.. aku merinding lagi nih baca reviewmu T.T
duh kangen banget sama Liesel dan Max, Rudy, Papa, :(
Kayaknya harus punya buku ini ya mba.. dulu aku cuma pinjam.
@Mide: iya, sama-sama bikin merinding dan sedih
@Ana: aku juga pengen punya...:)
Lengkap reviewnya, yang mw nonton silahkan kak,
disni => http://indomovie.us/blog/the-book-thief-2013.html
mksg min :D
wah rasanya layak baca nih kak
Post a Comment