The Angel at No. 33 (Rumah No. 33)
Polly Williams @ 2011
Barokah Ruziati (Terj.)
GPU – Mei 2013
472 hal.
(Gramedia Grand Indonesia)
Ketika Sophie meninggal, ia menyisakan duka di
hati orang-orang yang menyayanginya. Terutama, Olli -, suaminya, Freddie – putra
semata wayangnya dan Jenny, sahabat karibnya. Dan parahnya, di malam naas itu,
Sophie habis minum-minum bersama Jenny dan ia tertabrak bis ketika hendak
memanggil taksi. Hal ini membuat Jenny merasa bersalah.
Hal ini membuat Jenny memberi perhatian lebih
terhadap kondisi Ollie dan Freddie – dalam kapasitasnya sebagai sahabat – yang
justru pada akhirnya membuat Sam, tunangan Jenny, jengkel.
Selain itu, status baru Ollie sebagai duda keren
menjadikannya ‘mangsa’ empuk di sekolah Freddie. Sebagian ibu-ibu dari teman
Freddie berstatus sebagai orang tua tunggal, dan mereka berlomba-lomba memberi
perhatian dalam sebuah misi Bantuan Ollie. Rumah yang berantakan, Freddie yang
nyaris tak terurus jadi sasaran ibu-ibu itu untuk memberi perhatian pada Ollie.
Bahkan ya, sedikit memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Ollie yang harus
berjuang mengatasi godaan dari ibu-ibu itu.
Sampai berbulan-bulan setelah kematian Sophie,
Ollie dan Jenny masih berduka. Ollie, ingin melanjutkan kehidupannya, tapi
masih ada rasa berat di hatinya. Sementara, Jenny, kedekatannya dengan Ollie
malah menimbulkan perasaan lain, yang malah membuatnya merasa mengkhianati
Sophie. Tapi, sedekat apa pun Sophie dan Jennya, ternyata Sophie masih
menyimpan rahasia, yang andai Jenny tahu, akan membuatnya hancur.
Dan, sementara mereka yang masih hidup terus
melanjutkan hidup mereka meski bagi Jenny dan Ollie ada duka yang masih terus
bersarang di hati mereka, Sophie pun masih ‘melayang-layang’ di dalam rumah no
.33. Bukan… Sophie bukan ‘menghantui’ mereka, ia hanya mengawasi kehidupan yang
dulu ia miliki, berusaha memberi semangat bagi orang-orang yang ia cintai.
Sosok Sophie sendiri digambarkan sebagai pribadi
yang supel, fashionable, ceria dan terkesan cuek. Ia tipe yang mudah disukai
oleh siapa pun. Ia bisa menempatkan diri sebagai sahabat, istri, atau ibu.
Tapi, dalam sosok yang ‘melayang-layang’ itu, Sophie jadi kadang terkesan
‘konyol’. Berbeda dengan sosok Jenny, yang suka gak percaya diri dan lebih
tertutup.
Di akhir cerita, gue berharap Ollie dikasih
kesempatan curhat satu bab aja. Yah, emang sih, di sini lebih menyorot
persahabatan antara Sophie dan Jenny, tapi, gue jadi pengen tau, seperti apa
Ollie mengenang Sophie.
Tapi, ya, gue juga merasa apa yang disampaikan
rada datar. Ending-nya ketebak lah. Proses hubungan masing-masing tokoh yang
malah lebih terasa berkembang di seputar Jenny dan ibu-ibu teman-temannya
Freddie. Dan juga, yang menarik adalah Jenny yang ‘bertransformasi’ jadi
perempuan yang kuat meskipun tanpa Sophie yang selama ini selalu mendukungnya.
Gue setengah berharap, kalau Sophie ini hanya koma. Dan, Ollie memang 'puk-puk-able', mirip sama Adam di If I Stay.
Kalau dari cover, sebenarnya sih manis banget,
simple (meskipun gue lebih suka cover buku aslinya sih). Yup, se-simple ceritanya, tapi berpotensi bikin nangis dikit.
0 comments:
Post a Comment