Sunday, December 30, 2007

Buku Favorit tahun 2007

Buku-buku di bawah ini disusun berdasarkan ingatan aja, mana yang sepertinya berkesan buat gue selama tahun 2007. Kalo berdasarkan tulisan di blog ini, emang kaya’nya gak terlalu banyak buku yang gue baca, mungkin gak sampe 100, karena memang gue bukan termasuk pembaca buku yang cepat. Ini dia daftarnya:

1. Bartimaeus Trilogy (terutama buku ketiga)
2. Harry Potter ke 7 (meskipun gak terlalu istimewa, tapi, ‘perpisahan’ dengan Harry Potter tetap meninggalkan kesan).
3. 168 Jam dalam Sandera
4. The Boy in the Stripped Pyjamas
5. Out (Bebas)
6. Neverwhere (Negeri Antah-Berantah)
7. The Namesake
8. Chocolat
9. 130 Solusi Kehamilan dan Persalinan (Hehehe… pas banget untuk calon ibu yang baru pertama hamil)
10. The Bookaholic Club (sebuah teen-lit yang beda…)

Ya, itu ajalah, gak usah dibedain mana yang fiksi mana non-fiksi.

Chocolat

Chocolat
Joanne Harris
Bentang – Cet. I, Oktober 2007
374 Hal.

Vianne Rocher dan Anouk Rocher – anaknya, adalah seorang pendatang di sebuah kota kecil yang bersuasana muram bernama Lansquenet. Vianne yang misterius, membuat pastur di kota itu curiga pada dirinya. Francis Reynaud, si pastor itu, menganggap Vianne adalah seorang penggoda yang akan merusak kehidupan di Lansquenet.

Kedatangan Vianne dan Anouk bertepatan dengan diadakannya sebuah karnaval di hari Selasa sebelum Rabu Abu. Selama ini, Vianne selalu tinggal di kota-kota yang berbeda. Setiap kepindahan membawa cerita kelabu dari masa lalu Vianne bersama ibunya. Kali ini Vianne berjanji pada Anouk bahwa mereka akan menetap.

Vianne membeli sebuah rumah bekas toko roti. Banyak orang menduga, bahwa Vianne akan kembali membuka sebuah toko roti, tapi ternyata Vianne membuka toko yang mengejutkan banyak orang, yaitu sebuah toko cokelat yang diberi nama La CĂ©leste Praline, toko yang pada awalnya sulit untuk diterima penduduk. Apalagi di lingkungan di mana, gereja adalah tempat yang sakral, sementara Vianne sendiri tidak pernah pergi ke gereja setiap hari Minggu. Hal yang dijadikan Pastor Reynaud sebagai alasan untuk menyerang Vianne dan toko cokelatnya.

Tapi, ternyata, toko cokelat itu mulai menarik perhatian penduduk di sana. Awalnya mereka datang dengan takut-takut, malu kalau perbuatan mengunjungi toko cokelat adalah hal yang dosa, sampai akhirnya mereka harus membuat pengakuan dosa di setiap kedatangan mereka di gereja.

Armade Voizin - seorang nenek tua yang nyentrik, Josephine Muscat - perempuan yang takut pada suaminya, Guillaume - yang selalu datang bersama anjingnya, dan beberapa penduduk lain, menjadi pelanggan tetap Vianne. Belum lagi anak-anak kecil, teman-teman Anouk di sekolah.

Masalah muncul ketika orang-orang Gipsi berdatangan, sebagian besara penduduk kota kecil itu yang tentu saja ‘diarahkan’ oleh Pastor Reynaud menentang kedatangan para Gipsi. Tapi, Vianne malah dengan tangan terbuka mengundang mereka untuk datang ke toko cokelatnya.

Puncak kebencian Pastor Reynaud semakin menjadi ketika Vianne berencana mengadakan Festival Cokelat menyambut Paskah. Menurut Pastor Reynaud, hal itu benar-benar penghinaan terhadapa gereja dan perayaan paskah itu sendiri. Tapi, Vianne pantang mundur.

ALambat laun, kehadiran Vianne yang lembut tapi tegas dan berani menimbulkan keberanian juga di hati para pengunjung setia toko cokelatnya. Vianne dengan cokelatnya yang lezat mampu membangkitkan berbagai hal yang tersembunyi, membangkitkan kejujuran.

Benar-benar buku yang ‘yummy’! Alur cerita memang terkesan lambat, tapi, seperti sedang menikmat cokelat, sedikit demi sedikit, biarkan mencair, lumer di mulut, maka akan terasa lezat dan nikmatnya… Mmmm…..

Gerhana Kembar

Gerhana Kembar
Clara Ng
GPU, Desember 2007
368 Hal.

Lendy adalah seorang editor di sebuah penerbitan terbesar di Indonesia. Pengalaman bertahun-tahun sebagai editor membuat matanya sangat awas membedakan mana naskah sebuah cerita yang bagus, mana yang masih kurang sempurna.

Karena itu, ketika ia menemukan sebuah naskah tua di lemari neneknya, ia yakin naskah itu adalah sebuah naskah yang bagus. Tapi, bagian dari diri Lendy mengatakan naskah itu seolah merupakan bagian dari masa lalu neneknya, Diana, yang kini sedang terbaring di rumah sakit.

Naskah itu bercerita tentang kisah cinta antara dua orang perempuan, bernama Fola dan Henrietta. Kisah itu ditulis pada tahun 1982 dengan setting tahun 1960-an, di mana ketika itu hubungan antar sesama jenis masih sangat tabu untuk diungkapkan. Fola diceritakan sebagai guru di sebuah taman kanak-kanak dan Henrietta adalah seorang pramugari. Mereka berkenalan ketika Henrietta hendak menjemput keponakannya yang merupakan salah satu murid Fola.

Mulailah Fola dan Henrietta merasakan ada getar-getar aneh dalam diri mereka. Perasaan yang malu untuk diungkapkan Fola, namun berbeda dengan Henrietta yang lebih berani. Karena sesuatu hal, mereka berpisah, tak sengaja kembali bertemu tapi keadaan sudah jauh berbeda. Fola sudah menikah dan sedang hamil, sementara Henrietta masih jadi pramugari dan melajang. Hubungan yang sempat terputus terjalin kembali.

Namun banyak halangan yang merintangi mereka untuk bersatu seutuhnya.

Lendy selalu penasaran dengan ending dari cerita itu. Semakin jauh ia membaca naskah itu, semakin ia yakin bahwa kisah itu merupakan bagian dari masa lalu keluarganya. Melalui kisah itu juga, Lendy dan Eliza, ibunya mencoba merajut kembali hubungan antara ibu dan anak yang selalu kaku dan dingin.

Yang gue suka dari Clara Ng, buku-bukunya selalu tampil dengan kisah yang berbeda, dan buku Gerhana Kembar ini, termasuk yang paling ‘serius’ di antara buku-buku lainnya.

Tapi, menurut gue, coba konflik antara Lendy dan Sari Beri, penulis gay yang naskahnya ditolak Lendy, dikembangin. Mungkin bakalan jadi lebih seru, tuh. Soalnya, Lendy sempat menolak naskah Sari Beri, karena pertama emang tulisannya terlalu ‘sastra’, sampe-sampe bakal bikin pembaca bingung, dan kedua, karena penerbit tempat Lendy bekerja, belum pernah menerbitkan naskah tentang hubungan sesama jenis.

Sunday, December 16, 2007

Clockwork or All Wound Up

Clokcwork or All Wound Up (Si Pembuat Jam)
Philip Pullman
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU, November 2007
112 Hal.

Sudah menjadi tradisi bahwa jika setiap murid pembuat jam di Glockenheim yang sudah menyelesaikan masa belajarnya harus membuat patung baru untuk jam raksasa di kota itu. Di Glockenheim terdapat sebuah jam yang di menaranya terdapat ratusan patung, yang untuk melihatnya secara keseluruhan, seseorang harus menatap jam itu selama setahun penuh!

Tugas untuk membuat patung baru kali ini harus diemban oleh Karl, seorang murid yang baru lulus. Ia jadi stress berat karena ini memang tugas yang berat. Penduduk kota Glockenheim sangat menantikan patung ciptaan Karl ini. Tapi, menjelang saatnya tiba, Karl sama sekali belum membuat patung itu.

Lalu, muncullah, Fritz, seorang penulis muda yang selalu menyajikan kisah-kisah menyeramkan tapi tetap dinantikan oleh penduduk Glockenheim. Malam itu, malam sebelum Karl harus memamerkan patungnya, Fritz datang ke sebuah bar. Di tempat itu juga, Karl sedang minum-minum dengan gurunya, Herr Ringelmann. Berbeda dengan Karl yang pesimis, Fritz adalah orang optimis. Malam itu, Fritz tetap berusaha menyajikan sebuah cerita, meskipun ia sendiri belum tahu seperti apa akhir cerita itu. Maka, bergulirlah sebuah kisah yang berjudul 'Jam Mekanis'.


Malam itu ternyata menjadi malam yang sangat mengerikan, karena tokoh di dalam cerita Fritz, tiba-tiba saja muncul, menjadi nyata. Semua orang - termasuk Fritz - langsung lari dari bar itu, karena ketakutan, kecuali Karl yang masih saja bermuram durja. Dr. Kalmenius, itulah nama tokoh dalam cerita Fritz, mendekati Karl dan menawarkan sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah Karl.
Karl, tentu saja ingin menyelamatkan mukanya dengan menampilkan patung jam terbaik, meskipun harus dengan cara yang licik.

Waduh, meskipun ini buku anak-anak, tapi ternyata lumayan menegangkan juga. Buat gue, buku ini terlalu 'stress' buat anak-anak. Banyak kematian dengan cara yang sangat aneh, meskipun happy ending.

(Fiuuuhhhh.. akhirnya muncul juga di sini... padahal selesai bacanya udah lama banget...)

Monday, November 19, 2007

New Moon

New Moon
Stephenie Meyer
Little, Brown - September 2006
563 Hal.

Setelah Bella hampir saja jadi mangsa vampire, keluarga Cullen, terutama tentunya Edward, makin protektif terhadap Bella. Tapi, ketika mereka harus berhadapan dengan Bella yang sedang terluka, mereka pun harus berusaha keras untuk menahan diri mereka ketika mereka melihat 'darah' di depan mereka.

Secara gak sengaja, waktu Bella sedang merayakan ulang tahunnya yang ke 18 di rumah keluarga Cullen, jari Bella tergores kertas dan terluka. Langsung semua vampire itu tertegun dan menatap Bella dengan 'lapar'. Hanya Carlisle yang dokter, yang tetap brsikap tenang. Pesta pun jadi kacau dan berantakan.

Puncaknya, Edward memutuskan untuk meninggalkan Bella, dengan alasan, karena keluarga Cullen tidak bisa lagi lebih lama tinggal di Forks karena mereka akan terlihat tidak semakin tua dan mereka akan pindah ke LA.

Sejak Edward pergi, hidup Bella jadi seperti robot, statis, 'hidup segan, mati tak mau'. Sampai-sampai, ayahnya, Charlie pun gerah melihatnya. Teman-teman sekolah Bella juga menjauhinya karena sikapnya yang aneh.

Akhirnya, Bella memutuskan untuk berubah. Ia menemui Jacob Black, teman lama yang pernah ia temui di La Push. Tapi, ternyata, Jacob menyimpan rahasia yang gak kalah misterius.

Gara-gara jati diri Jacob yang baru, Bella harus memilih apakah tetap berteman dengan para vampire atau berteman dengan Jacob. Karena berteman dengan keduanya, mungkin malah menimbulkan masalah baru yang bakal membuat mereka saling bertentangan.

Masalah lainnya, adalah Victoria, teman James - vampire yang hampir saja membunuh Bella, ternyata masih berkeliaran untuk balas dendam atas kematian James. Belum lagi, Bella yang kembali harus berhadapan dengan keluarga vampire lain yang gak nyaris gak bisa menahan diri untuk tidak menghisap darah Bella.

Sebenernya, rada cape' juga baca buku ini. Untungnya, di buku kedua ini, masalah gak hanya berputar-putar sama Bella dan Edward. Justru, Edward muncul hanya di awal dan menjelang akhir buku. Kaya'nya si Jacob lebih cool and macho deh, daripada Edward yang katanya berwajah 'beautiful' itu.

Istirahat dulu alias baca buku yang lain sebelum lanjut ke buku ketiganya and terakhir, Eclipse.

Tuesday, November 06, 2007

The Firework-Maker’s Daughter

The Firework-Maker’s Daughter (Putri si Pembuat Kembang Api)
Philip Pullman
Poppy Damayanti Chusfani (Terj).
GPU, Oktober 2007
144 Hal.

Lila tinggal di negeri sebelah timur hutan belantara dan selatan pegunungan bersama ayahnya, Lalchand. Ibu Lila meninggal ketika Lila masih kecil. Karena Lila susah diatur, maka Lalchand selalu mengajak Lila ke tempatnya bekerja. Lalchand bekerja sebagai pembuat kembang api. Suara desis dan letupan bubuk mesiu, percikan api sudah tidak asing lagi bagi Lila.

Beranjak dewasa, Lalchand mengajari Lila cara-cara membuat kembang api. Maka, sudah bisa dimaklumi apabila Lila pun mempunyai cita-cita mengikuti jejak ayahnya. Tapi, Lalchand lebih suka untuk segera mencarikan suami bagi Lila daripada menyetujui cita-cita Lila itu.

Salah satu syarat untuk menjadi pembuat kembang api adalah melakukan perjalanan berbahaya ke perut Gunung Merapi untuk menghadapi Angkara Api. Inilah yang membuat Lalchand khawatir. Tapi, Lila tak peduli. Lila nekad pergi ke Gunung Merapi untuk menunjukkan pada ayahnya bahwa ia mampu.

Lalchand kalang-kabut, karena tidak dengan begitu saja Lila bisa pergi ke Gunung Merapi dan menghadapi Angkara Api. Ada syarat lain yang harus ia penuhi untuk menghindari panasnya Angkara Api, yaitu dengan membawa seguci air ajaib dari Dewi Danau Zambrud.

Karena merasa bersalah membocorkan rahasia yang diceritakan Lalchand, Chulak, teman Lila yang menjadi pelayan pribadi Gajah Putih milik Raja, bersedia menempuh perjalanan mencari Lila. Sekaligus ia ingin membawa kabur si Gajah Putih yang sedang kasmaran dan bosan dengan kemewahan yang ia dapat selama ini.

Tapi, perjalanan itu ternyata juga tidak mudah. Buntutnya, malah Lalchand nyaris dijatuhi hukuman mati karena dianggap membantu melepaskan Gajah Putih. Dan, agar Lalchand terhindar dari hukuman itu, Lalchand dan Lila harus ikut serta dalam Festival Kembang Api, dan bertarung dengan para pembuat kembang api lainnya. Apabila Lalchand dan Lila mendapatkan tepuk tangan paling keras, paling lama, makan mereka akan terhindar dari hukuman.

Buku ini bener-bener buat anak-anak. Tulisannya gede-gede dan bukunya tipis. Isinya juga ringan banget, gampang dicerna dan happy ending.

Tuesday, October 30, 2007

Twilight

Twilight
Stephenie Meyer
Little Brown, September 2006
498 Hal.

Isabella Swan harus pindah dari Phoniex ke kota kecil bernama Forks untuk tinggal bersama ayahnya, Charlie Swan, karena ibunya Renee memutuskan untuk mengikuti Phil kekasih barunya dalam meniti karir di dunia persepakbolaan. Bella harus kembali ke kota tempat ibunya dulu meninggalkan ayahnya.

Di kota kecil ini, semua seolah sudah saling mengenal. Anak-anak saling berteman, orang tua saling berteman, bahkan mungkin kakek-nenek-buyut mereka juga saling mengenal. Bella sempat merasa kesepian.

Di sekolah yang baru segera saja Bella jadi pusat perhatian. Karena, jarang ada ada baru di tempat mereka, dan begitu anak baru datang, segera jadi bahan pembicaraan. Pribadi Bella kaya’nya cenderung tertutup. Meskipun ia gak menolak diajak berteman dan mudah bergaul tapi tetap saja ada bagian-bagian dari diri Bella yang menjaga jarak. Sampai akhirnya, ketika Mike, salah seorang temannya mengajak ke acara pesta dansa, Bella menolak dengan alasan ada acara lain yang mengharuskannya pergi keluar kota.

Di Forks High School, ada sekelompok remaja yang berpenampilan aneh dan selalu menyendiri bersama kelompok mereka, yaitu anak-anak keluarga Cullen – Emmet, Rosalie, Edward, Alice dan Jasper. Mereka sangat aneh, wajah mereka selalu tampak dingin, meskipun mereka termasuk berwajah tampan dan cantik. Di kantin, meskipun makanan terhidang di depan mereka, tapi, tampaknya mereka tidak pernah menyentuh makanan itu. Mobil yang mereka pakai ke sekolah juga mobil yang tergolong mewah, berbeda dengan anak-anak Forks lainnya. Menurut cerita yang didengar Bella dari teman-temannya, mereka semua adalah anak-anak angkat Dr. Carlisle dan Esme Cullen.

Di dalam pelajaran biologi, kebetulan Bella duduk bersebelahan dengan Edward Cullen. Perkenalan pertama tidak meninggalkan kesan yang baik di mata Bella. Malah Bella mengira ada sesuatu yang salah dengan bau badannya sampai-sampai Edward duduk sejauh mungkin dari Bella.

Tapi, suatu hari, Edward menyelamatkan Bella dari sebuah kecelakaan. Bella sempat bertanya-tanya pada dirinya sendiri, karena ada sesuatu yang janggal ketika kecelakaan itu terjadi. Mulailah Bella mencari tahu tentang diri Edward Cullen. Dan, Bella mendengar sebuah legenda dari Jacob, anak Billy teman ayah Bella. Katanya, keluarga Cullen berbeda dari manusia biasa. Mereka adalah pemburu dengan kata lain adalah sekelompok vampire. Beruntung mereka tidak memburu manusia, tapi mencari darah segar hewan.

Buntutnya, Edward dan Bella semakin dekat, bahkan sampai akhirnya membuat Bella berada dalam bahaya. Karena, keberadaan Bella di sekitar keluarga Cullen tercium oleh kelompok vampire lain yang lebih berbahaya daripada keluarga Cullen.

Sampai kapan Edward bakal bertahan untuk menjaga Bella dari vampire lain, maupun dari dirinya sendiri? Bisa dibaca dibuku-buku selanjutnya, yaitu New Moon dan Eclipse.

Sebenernya, mungkin ini adalah cerita romance biasa, tapi yang bikin gue tertarik, adalah tokohnya yang manusia biasa plus para vampire. Yang bikin seru ada di bagian-bagian akhir, yaitu bagian ‘perburuan’ James, si vampire jahat yang mengincar Bella.

Tapi yang kadang-kadang ‘membosankan’ adalah bagian ‘telenovela’-nya Bella dan Edward, yang selalu bilang, “I won’t leave you.” Tapi, tiba-tiba berbalik, “You have to leave me.” Ihhh… cape deh… Tapi, tetap… buku ini membuat gue penasaran sampai akhir…

Buku ini bakal dibuat film-nya. Yang jadi Edward… hmmm… cukup cocok…

Wednesday, October 17, 2007

The Bookaholic Club

The Bookaholic Club
Poppy D. Chusfani
GPU, Oktober 2007
192 Hal.

Empat orang remaja tidak sengaja berkenalan dan jadi sahabat karena kesukaan mereka terhadap buku. Remaja berusia 16 tahun ini, sama-sama tinggal di sebuah kompleks elit, sama-sama bersekolah di sekolah yang elit, sama-sama ‘dikucilkan’ dari pergaulan karena dianggap aneh, kecuali Erin, si murid baru yang cantik, yang segera ‘digaet’ Luana, cewek cantik yang merasa paling top dan ok sesekolah.

Tapi, ternyata, Erin gak merasa nyaman berada di kelompok popular di sekolahnya, ia merasa gak menjadi dirinya sendiri, dan merasa harus berpura-pura jadi berdandan dan bersikap ala Barbie demi menyenangkan orang tuanya.

Satu-satunya yang membuatnya tertarik dengan sekolah barunya, adalah perpustakaan yang besar dan lengkap banget. Itu juga yang membuatnya tertarik untuk pergi ke pesta yang diadakan di rumah Des. Konon kabarnya, di rumah Des ada perpustakaannya. Dengan beribu cara, Erin berusaha melarikan diri dari Luana dan teman-temannya.

Des, anak tuan rumah yang harusnya juga beredar di pesta itu, ternyata malah ngumpet di perpustakaannya. Toh, menurutnya, ini pesta orang tuanya, bukan pestanya meskipun banyak teman-teman satu sekolahnya yang datang. Tadinya, Erin yang tiba-tiba saja muncul di perpustakaan pribadinya dianggap sebagai mata-mata gank Luana, agar mereka punya bahan ejekan lain untuk dirinya. Tapi, dengan kemampuannya membaca pikiran orang, Des pun yakin, Erin tidak bermaksud jahat. Yup… Selain punya kemampuan membaca pikiran orang, Des adalah seorang penyihir… Menurut garis keturunannya, Des punya nenek moyan penyihir, dan hanya perempuan lah yang bisa jadi penyihir. Sebuah rahasia yang disimpan rapat-rapat oleh Des dan keluarganya kalau gak mau semakin dijauhi dari pergaulan

Tapi, ternyata, tidak hanya Des dan Erin yang bosan dengan yang pamer kemewahan itu. Muncul Tori yang gagap, si penyuka buku-buku arkeologi dan Chiara, yang bisa melihat hantu dan melihat aura seseorang. Kejadian ini membuat mereka mulai dekat dan mencairkan sikap kaku mereka.

Suatu hari mereka berempat berkunjung ke sebuah toko buku langka di kawasan Pecinan milik Kakek Lim. Misteri dimulai ketika Kakek Lim memberikan sebuah buku bersampul hitam kepada Des. Kata Kakek Lim, buku itu peninggalan nenek moyang Des, seorang penyihir bernama Katrina, yang berbuat kesalahan dengan menyerahkan jiwanya kepada setan demi mendapatkan kekuatan yang lebih besar. Katrina sudah membuka jalan bagi setan. Sudah terlambat bagi Katrina untuk mengembalikan Bayangan gelap itu ke dunianya, sehingga akhirnya Katrina meninggal. Setiap seratus tahun sekali sebuah portal akan terbuka, dan Bayangan akan meminta darah keturunan Katrina.

Tugas Des-lah, untuk mengembalikan Bayangan ke dunia gelap tempatnya berasal. Des seolah dituntut untuk menjadi superhero. Dibutuhkan darah tiga orang lainnya untuk menghancurkan kekuatan Bayangan itu.

Menarik juga tema teenlit yang satu ini. Beda banget dari yang lain-lainnya. Kecintaan pada buku, dikombinasikan dengan sebuah cerita fantasi. Cerita fantasi ternyata gak harus bertokoh atau berpenampilan kuno. Tebak-menebak siapa yang jadi media si Bayangan Gelap asyik juga. Gue pikir si tokoh pasti deh, orang yang cukup akrab di antara anak-anak tersebut.

Akhir cerita yang menampilkan Spunk, kucing milik Des, seolah-olah membuat cerita ini bakal ada lanjutannya. Betulkah?

Enchanted, Inc.

Enchanted, Inc.
Shanna Swendson
Pepi Smith (Terj.)
GPU, September 2007
408 Hal.

Meskipun sudah setahun tinggal di New York, Katie Chandler yang berasal dari Texas, selalu merasa bahwa New York selalu penuh dengan keajaiban. Ada cewek yang berkeliaran dengan memakai sayap, gargoyle yang kadang ada, kadang tidak, tapi, toh, itu semua rasanya wajar untuk kota seperti New York.

Tapi, Katie tidak pernah menyangka bahwa semua itu bukanlah hal yang biasa, tapi memang ada keajaiban di New York, bahwa memang ada sesuatu yang magis itu.

Bekerja sebagai asisten dari seorang bos yang terkadang semena-mena, membuat Katie terkadang merasa tidak berkembang, bukan sekali Katie tergoda untuk membalas email-email lowongan kerja, kalau saja Katie tidak takut ketahuan si bos bernama Mimi yang aneh itu.

Suatu hari, Katie mendapat email tawaran pekerjaan yang ia anggap sebagai junk-mail. Katie langsung menghapus email itu, tanpa membacanya sedikit pun. Tapi, email itu datang setiap hari dan langsung ditujukan kepadanya. Katie pun tergelitik untuk membalas email itu.

Email itu berasal dari sebuah perusahaan dengan inisial MSI, Inc., singkatan dari Magic, Spells, and Illusions, Inc. Ternyata, menurut observasi yang dilakukan team MSI, Katie mempunyai kekebalan terhadap sihir. Maka itu, ketika Katie melihat ada gadis bersayap tapi, orang-orang tidak merasa aneh, itu memang karena Katie bisa melihat sihir sementara orang lain menganggap semuanya biasa saja.

Katie pun bersemangat menerima pekerjaan barunya. Katie ditempatkan di bagian verifikasi, di mana tugasnya adalah melihat apabila ada sesuatu yang janggal misalnya dalam sebuah surat perjanjian.

Katie tidak pernah menyangka bahwa boss besarnya adalah seorang penyihir legendaris, the one and only, Merlin (hehehehe… nenek moyangnya Nerlin Flood, kah?). DI perusahaan ini, karir Katie berkembang pesat, Katie diajak untuk membuat sebuah strategi pemasaran ketika seorang mantan karyawan MSI berusaha memasarkan mantra-mantra yang berbahaya.

Emang sih, masih disinggung-singgung soal masalah percintaan Katie yang sering banget diajak kencan buta sama teman-teman satu apartemennya, tapi, jadi menarik dengan latar masalah sihir-sihiran itu, lagi-lagi membuat gue jadi merasa ‘senang’ karena menemukan chicklit yang beda, lucu dan unik, karena setelah baca, gue gak mikir, “Ah, basi nih, ceritanya.” Apalagi, dengan tokoh Owen yang menggemaskan itu, yang setiap ngomong mukanya merah melulu… ihhh.. jadi pengen nyubit pipinya…,hehehe… Dan… di buku ini… bersih dari adegan 17 tahun ke atas! Yang paling kocak, adalah bagian cium-mencium kodok…hahaha….

168 Jam dalam Sandera

168 Jam dalam Sandera: Memoar Jurnalis Indonesia yang Disandera di Irak
Meutya Hafid
Penerbit Hikmah - Cet. 1, September 2007
280 Hal.

Ketika berita tentang penyanderaan dua jurnalis Metro TV di Irak oleh tentara Mujahidin, rasanya, gue ikutan ngerasa deg-degan… mmm… terlalu sering nonton film dan baca berita di Koran, membuat gue ikut ketakutan, akan apa yang bakal terjadi sama Meutya Hafid, reporter, dan Budiyanto, juru kamera yang bertugas di Irak itu. Dan ikut bersyukur ternyata keduanya bisa selamat, tanpa kekurangan satu apapun.

Waktu ada rekonstruksi kejadian di Metro TV pun, gue juga merinding membayangkan keadaan yang sebenarnya (hmmm… agak-agak hiperbola gak sih?)

Dan sekarang, Meutya Hafid menulis pengalamannya selama berada dalam penyanderaan. Di buku ini, Meutya menggambarkan detik-detik awal terjadinya penculikan mereka di sebuah POM bensin. Meskipun sudah dijelaskan bahwa mereka adalah jurnalis yang tidak mempunyai kepentingan politik, tetap saja para penculik itu tidak peduli.

Mereka bertiga, Meutya, Budiyanto, dan Ibrahim, supir yang membawa mereka selama berada di Irak, dibawa ke sebuah gua di gurun pasir, yang untuk melarikan diri pun rasamnua suatu hal yang akan berakhir pada kematian yang sia-sia.

Selama berada dalam penyanderaan, para penyandera bersikap cukup baik pada mereka. Mereka dilayani layaknya tamu yang sedang berkunjung. Disediakan makanan yang enak, yang pastinya bakal menggugah selera seandainya berada dalam keadaan dan tempat yang lebih baik.

Berhari-hari tanpa kepastian, akhirnya setelah gambar bahwa mereka benar-benar disandera, dan presiden SBY juga langsung membuat siaran untuk meminta mereka dibebaskan, akhirnya, kabar bahwa mereka akan dibebaskan pun tiba. Tapi, ternyata, gak semudah itu, kesabaran dan kepasrahan mereka lagi-lagi diuji, karena ternyata, prosesnya gak semudah itu. Di pintu perbatasan pun, ketika mereka tinggal sedikit lagi melintas dan bebas, kendala masih ada dan membuat stress dan putus asa.

Mmmm… di saat-saat seperti itu, kaya’nya keimanan seseorang bener-bener diuji. Pasrah dan sabar, juga berkepala dingin dan gak emosi, itu yang paling penting. Beruntung banget, mereka gak diperlakukan kasar dan semena-mena, malah ketika menjelang pembebasan, justru Meutya merasa kehilangan dua orang teman (yang menyandera mereka), karena sikap mereka yang semakin hari semakin hangat dan bersahabat, meskipun ada batas-batas tertentu yang tetap harus mereka tahan.

Gue jarang suka sama yang namanya buku non-fiksi, tapi, buku ini, hampir aja membuat gue terjaga semalaman, karena pengen buru-buru nyelesainnya. Gue ikutan gemes, tegang dan terharu… rasanya ikutan ngerasain gimana gak sabar dan gregetannya ketika kebebasan itu udah di depan mata, tapi, koq susah banget dicapainya…

Thursday, October 04, 2007

Usagi Yojimbo # 1: Shades of Deaths (Bayang-Bayang Kematian)

Usagi Yojimbo # 1: Shades of Deaths (Bayang-Bayang Kematian)
Stan Sakai
Rosi L. Simamora (Terj.)
GPU – September 2007
197 Hal.

Jepang abad ke-16, jaman para samurai, jaman perang saudara, jamannya tuan tanah yang suka semena-mena. Dan, tersebutlah satu samurai, ronin yang pemberani bernama Miyamoto Usagi. Dari namanya aja, udah ketauan, kalo cerita ini terinspirasi dari cerita Miyamoto Musashi yang terkenal itu. Seperti layaknya Samurai sejati, Usagi selalu berusaha membantu yang lemah dan menegakkan keadilan. Dengan sabetan pedangnya, Usagi menjadi sosok yang disegani. Tapi, Usagi tidak akan menggunakan pedangnya itu hanya untuk membunuh orang dengan semena-mena. Ia hanya menggunakannya untuk para penjahat.

Buku ini terbagi atas beberapa cerita, ada yang serius ada yang sekedar selingan yang rada lucu.

Cerita pertama yang serius berjudul ‘Bayang-Bayang Hijau’, Usagi dan temannya, Genji, membantu sebuah desa yang menggagalkan penculikan oleh sekelompok ninja dari Marga Neko yang sedang berperang dengan Marga Komori. Mereka menculik Kakera, seorang sensei tua, karena Kakera dianggap punya keahlian dalam sihir menyihir untuk membantu mereka melawan Marga Komori.

Di dalam Marga Neko sendiri terjadi perebutan kursi kepemimpinan. Sebenarnya, setelah Shingfe, kakak Chizu, meninggal, Chizu-lah yang berhak menggantikannya sebagai Jonin atau ketua marga, tapi, Gunji tidak terima karena Chizu adalah wanita.

Yang paling konyol dari ceritanya ini adalah munculnya kura-kura ninja (yup… those teenage mutant ninja turtles) yang berasal dari 4 ekor kura-kura kecil yang disihir oleh Kakera. Karena emang, tokoh Usagi ini juga pernah muncul di serial tersebut, makanya, ada bagian di mana kita akan tahu Usagi dan Leonardo udah saling kenal.

Cerita lainnya, berjudul ‘Shi’, yang artinya ‘kematian’. Usagi berada di sebuah desa yang dikuasai oleh tuan tanah yang serakah. Desa itu merupakan tambang emas, tapi sayangya, para penduduk tidak mengerti akan barang berharga itu. Tapi, tuan tanah yang pura-pura bijak dan baik itu, mengupah orang untuk menakuti-nakuti penduduk desa agar mereka mau meninggalkan desa itu, dan tuan tanah bisa menguasai emas itu sendiri.

Tapi, lagi-lagi, tuan tanah punya adik yang serakah. Yaa… kakak-beradik itu sama-sama serakah. Mereka sama-sama tidak mau membagi emas itu di antara mereka berdua, sampai akhirnya mereka malah saling bunuh.

Tidak ada yang percaya ketika Usagi berusaha membantu para penduduk desa, malah ia dianggap sebagai bagian dari tuan tanah itu.

Di cerita terakhir, berkisah tentang awal mula Usagi mendapat pendidikan sebagai samurai. Bagaimana akhirnya Usagi memutuskan untuk menjadi samurai.

Sebenarnya, banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari buku ini, tentang kebijakasanaan, kerendahan hati, keberanian. Memang, novel grafis ini diperuntukkan untuk semua umur, tapi, hati-hati tuh, ada beberapa yang kaya’nya cukup dewasa untuk ditampilkan bagi anak-anak. Misalnya, adegan ciuman antara Usagi dan Chizu, dan juga kata ‘pelacur’ yang sempat muncul di halaman 104.

Gambar-gambar dalam buku ini cukup teratur, jadi gak akan bikin bingung pembacanya. Tokoh-tokohnya bukanlah manusia, tapi berwujud binatang. Miyamoto Usagi sendiri berwujud seekor kelinci lengkap dengan kimono. Sementara tokoh jahat, kebanyakan berwujud serigala.

Monday, October 01, 2007

The Bartimaeus Trilogy # 3: Ptolemy’s Gate (Gerbang Ptolemy)

The Bartimaeus Trilogy # 3: Ptolemy’s Gate (Gerbang Ptolemy)
Jonathan Stroud
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU, September 2007
576 Hal.

Dalam ‘mewujudkan’ dirinya, Bartimaeus sering mengambil sosok seorang anak laki-laki Mesir, lengkap dengan rok pendeknya. Ternyata, sosok itu adalah anak laki-laki bernama Ptolemy, yang pernah menjadi master Bartimaeus yang dipanggil Rekhyt ketika itu. Hubungan mereka berdua tidak hanya sekedar master dan jin-nya, tapi lebih dari itu. Bartimaeus sangat menghormati Ptolemy, karena berbeda dengan master-masternya yang lain, Ptolemy tidak pernah menuntut. Bartimaeus pernah menyelamatkan nyawa Ptolemy dari usaha pembunuhan yang diperintahkan oleh saudara sepupunya.

Itu dulu… beberapa ribu tahun yang lalu, ketika energi Bartimaeus masih kuat. Sekarang, di bawah perintah Nathaniel yang tak ada habisnya, energi Bartimaeus terkuras habis. Bartimaeus sering jadi bulan-bulanan jin-jin lainnya. Jika dipaksakan maka Bartimaeus akan mati.

Sementara Nathaniel sudah menjadi Menteri Penerangan. Ia sibuk membuat poster propaganda mendukung perang dengan Amerika. Sudah punya rumah mewah dan asisten pribadi. Nathaniel menjadi salah satu dari tujuh orang yang menduduki jabatan penting di pemerintahan.

Kitty yang dianggap sudah mati oleh Nathaniel ketika menyelamatkannya dari Golem, ternyata masih hidup. Ia mengganti penampilannya, mengganti namanya dan bekerja sebagai asisten seorang penyihir, Mr. Button. Di rumah Mr. Button, Kitty yang dikenal sebagai Clara, belajar buku-buku yang biasa dibaca penyihir, bahkan Kitty belajar untuk melakukan pemanggilan jin. Selain bekerja dengan Mr. Button, Kitty juga menjadi pelayan di sebuah café commoner, The Fogg Inn. Di sini, nama Kitty bukan lagi Clara, tapi Lizzie. Di café ini, para commoner membahas berbagai hal untuk melawan penyihir.

Suatu hari, Quentin Makepeace, yang selama ini dikenal sebagai sutradara, melakukan sebuah pemanggilan yang aneh di mata Nathaniel. Selama ini Makepeace bukanlah orang yang dikenal cakap dalam keahlian sihir. Tapi, apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang tidak wajar. ‘Korban’ percobaan itu adalah Nicholas Drew, teman Kitty di kelompok Resistance yang melarikan diri ketika mereka mencoba mencuri Makam Gladstone. Dari sinilah Nathaniel tahu kalau Kitty masih hidup.

Nathaniel pun mencari keberadaan Kitty. Dan ketika bertemu, mereka masih bersikap seperti musuh, dan ketika itu, Nathaniel terpaksa mengajak Kitty ke pertunjukkan theater yang diadakan Makepeace. Di sini, terjadi lagi keanehan. Ternyata, Makepeace merencanakan sebuah ‘kudeta’ menggulingkan pemerintahan yang ada. Para jin merasuki tubuh-tubuh para penyihir pengikut Makepeace. Keadaan kota London kacau-balau. Bartimaeus saat itu sedang ‘diistirahatkan’ Nathaniel.

Kitty dan Nathaniel yang tertangkap oleh Makepeace, bahu-membahu mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri dan juga kota London. Sementara Nathaniel mencari Tongkat Gladstone, Kitty melakukan hal seperti yang dilakukan Ptolemy, yaitu pergi ke Dunia Lain untuk ‘menjemput’ Bartimaeus.

Ending cerita trilogy ini ternyata ‘menguras’ emosi gue. Hiks..hiks.. akhir cerita yang keren banget. Kaya’nya semua emosi Bartimaeus, Nathaniel bahkan Kitty tumpah di sini. Merubah pandangan gue tentang Bartimaeus yang cuek, Nathaniel yang sombong dan Kitty yang keras hatinya. Hubungan antara jin dan penyihir yang ada antara Bartimaeus dan Nathaniel ternyata punya arti yang beda dibanding dengan yang lain. Dan gue jadi berpikir, jangan-jangan Nathaniel jatuh cinta lagi sama Kitty…

Tapi, sumpah… gue jadi sedih ‘berpisah’ sama Bartimaeus dan Nathaniel… mmmm… agak hiperbola sih, tapi, waktu baca Harry Potter terakhir, koq gue gak terlalu merasa kehilangan. Apa karena, gue udah bisa mengira-ngira ending-nya bakal seperti apa, ya? Karena toh, hanya ada dua pilihan, Harry Potter atau Voldemort yang mati. Sementara ini, bener-bener, tidak terbayangkan…

Thursday, September 20, 2007

Gadis Serigala (Wolf Girl)

Gadis Serigala (Wolf Girl)
Theresa Tomlinson
Ferry Halim (Terj.)
Penerbit Atria (Serambi), Juli 2007
486 Hal.

Wulfrun, Cwen – ibunya dan Gode, adiknya, tinggal di lingkungan Biara Whitby yang dikepalai oleh Suster Hild. Cwen menjadi seorang penenun di sana, sementara Wulfrun merawat angsa-angsa mereka. Mereka hidup sangat miskin. Sebelum tinggal di Biara Whitby, mereka tinggal di daerah Fisherhead. Bahkan, Cwen terpaksa menjual Sebbi, kakak laki-laki Wulfrun, sebagai budak. Dan menjual semua harta benda mereka, kecuali sebuah kotak pernikahan.

Di dalam kotak pernikahan itulah sebuah rahasia tersimpan. Wulfrun menemukan sebuah kalung yang sangat indah. Diam-diam, Wulfrun sering memakai kalung itu dan mengagumi dirinya sendiri. Karena kalung itulah, keluarga mereka dicap sebagai pencuri oleh para penghuni biara dan sekitarnya. Wulfrun tertangkap basah ketika sedang bermain dengan kalung itu. Cwen menyerahkan diri untuk ditangkap. Wulfrun yakin ibunya tidak bersalah dan bertekad menyelamatkan ibunya dari tiang gantungan.

Tapi, dari mana Wulfrun bisa mendapatkan bantuan, sementara orang-orang yang selama ini baik, memalingkan muka mereka. Menurut ramalan Fridgyth, ahli ramuan di biara itu, bantuan akan datang dari seseorang yang tak terduga. Dan… ramalan itu terbukti. Bantuan itu datang dari Elfled, seorang putri Raja Oswy dan Ratu Ianfleda yang diserahkan kepada biara. Padahal sehari sebelumnya terjadi pertengkaran antara Wulfrun dan Elfled yang manja itu.

Demi membalas budi Elfled, Wulfrun rela menjadi ‘budak’ Elfled. Wulfrun membantu Elfled dalam pelajaran menulis. Lama-lama mereka berdua menjadi sahabat, meskipun kadang Elfled masih menganggap dirinya lebih tinggi dari Wulfrun. Dengan alasan agar Elfled bisa lebih mengenal dunia luar, Adfrith, calon biarawan, meminta ijin pada Irminburgh, wanita yang diberi tugas mengawasi Elfled, untuk mengajak Elfled berjalan-jalan dengan menunggang kuda dan tentu saja, Wulfrun harus ikut.

Mereka bertiga berjalan ke tempat-tempat yang diduga bisa memberikan informasi yang berharga untuk menyelamatkan Cwen. Sampai akhirnya, mereka bertiga plus Cadmon si pengembala sapi, sampai ke Barmburgh, istana Raja Oswy dam Ratu Ianfleda, orang tua Elfled. Banyak hal yang terduga yang mereka temui dan dengar selama perjalanan panjang mereka itu. Selain menyelamatkan Cwen, ternyata mereka juga harus menyelamatkan kerajaan dari rencana ‘kudeta’ Irminburgh.

Cerita Gadis Serigala ini berlatar belakang sejarah era Anglo-Saxon. Beberapa nama dalam buku ini memang nyata, hanya ada beberapa nama yang dirubah sedikit biar lebih familiar. Nama Wulfrun, Cwen, atau Gode adalah karangan si penulis.

Cerita persahabatan yang sedikit banyak bikin terharu. Elfled yang manja, lama-lama bisa juga bersikap dewasa, yang secara gak langsung, karena pengaruh Wulfrun.

Friday, September 14, 2007

The Bartimaeus Trilogy # 2: The Golem’s Eye (Mata Golem)

The Bartimaeus Trilogy # 2: The Golem’s Eye (Mata Golem)
Jonathan Stroud
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU, Juli 2007
624 Hal.

Dua tahun berselang sejak kasus pencurian Amulet Samarkand yang berujung pada kematian Simon Lovelace, Nathaniel yang lebih dikenal dengan nama John Mandrake, bukan lagi bocah laki-laki ingusan yang dianggap sok tahu. Karena jasanya menyelamatkan Perdana Menteri Deveraux, Nathaniel mendapatkan pekerjaan sebagai asisten di Departemen Urusan Dalam Negeri, membantu master barunya, Jessica Withwell.

Karir Nathaniel di pemerintahan dipertaruhkan, karena adanya persaingan di dalam kubu pemerintahan sendiri. Nathaniel menghadapi tekanan untuk mengungkapkan kasus pencurian benda-benda sihir oleh kelompok Resistance. Karena, dukungan dari Perdana Menteri sendiri membuat banyak pihak-pihak yang iri dan ingin menjatuhkan Nathaniel.

Sementara itu, gerakan kelompok Resistance, yang terdiri dari para commoner yang memiliki kelebihan bisa bertahan terhadap serangan sihir dan kemampuan lainnya, membuat rencana besar untuk mempermalukan dan menjatuhkan pemerintahan. Mereka ini adalah kelompok orang-orang yang membenci para penyihir yang sok berkuasa. Mereka melakukan aksi pencurian benda-benda sihir. Salah satu anggota Resistance, adalah Kitty, gadis yan g pernah mencuri cermin pengintai Nathaniel.

Namun, ketika kasus kelompok Resistance sedang marak, muncullah kasus pengrusakan hebat terhadap tempat-tempat bersejarah di London. Pihak pemerintahan menuduh kelompok Resistance berada di balik peristiwa ini. Tekanan terhadap Nathaniel semakin hebat. Foliot, imp dan makhluk-makhluk lain yang diminta untuk memata-matai kejadian itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Kemampuan Nathaniel diragukan.

Dengan terpaksa, Nathaniel kembali memanggil Bartimaeus. Nathaniel merasa hanya jin itulah yang mampu membantunya dalam kasus ini. Aksi saling benci tapi rindu itu menjadi bumbu yang asyik dalam buku ini.

Kesimpulan Bartimaeus mengatakan bahwa perbuatan itu bukanlah perbuatan kelompok Resistance, melainkan perbuatan sebuah Golem. Nathaniel mendapat tugas untuk menyelediki masalah Golem ini sampai ke Praha.

Namun, tetap saja, Nathaniel dianggap tidak becus dan malah dituduh sebagai pengkhianat. Ditambah lagi, kasus pengrusakan terakhir yang sangat menggemparkan. Dan, Nathaniel pun bertemu kembali dengan Kitty Jones.

Gue semakin suka dengan buku ini, karena gak lagi berkutat pada Nathaniel yang terkesan tertutup, tapi juga pergolakan emosi dalam diri seorang commoner yang menaruh dendam pada para penyihir. Belum lagi, Bartimaeus yang sombong, yang selalu menganggap dirinya lebih tapi sebenernya juga penakut. Tapi, Bartimaeus, meskipun ia merasa seharusnya ‘tampil’ sebagai jin jahat, toh, diam-diam dia peduli sama masternya, Nathaniel dan punya rasa kasihan juga sama Kitty.

Sosok-sosok jin, foliot, imp atau makhluk apa pun yang ada di buku ini, yang harusnya menyeramkan malah digambarkan selalu dalam sosok yang konyol. Dan, kalo baca percakapannya si Bartimaeus, entah sama Nathaniel atau sama makhluk sesama jin, selalu bikin pengen ketawa gara-gara sikap sok tahunya itu.

Kaya’nya nih, Kitty Jones masih bakal ketemu lagi sama Nathaniel di buku ketiga.

Monday, September 10, 2007

Keluarga Flood: Asal Usul Keluarga Flood

Keluarga Flood: Asal Usul Keluarga Flood
(The Floods: Home and Away)

Colin Thompson
Ferry Halim (Terj.)
Penerbit Atria – Cet. 1, Agustus 2007
235 Hal.

Di dua buku sebelumnya, kita tahu bahwa Nerlin Flood masih keturunan penyihir terkenal, Merlin Flood, dan Mordonna adalah putri seorang raja. Tapi, kita gak tau, gimana caranya Keluarga Flood bisa ‘muncul’ di Amerika, tepatnya di jalan Acacia 11 dan 13. Di buku ketiga inilah, asal usul keluarga Flood diceritakan.

Jadi… Nerlin dan Mordonna berasal dari sebuah negara bernama Transylvania Waters. Mordonna adalah putri yang sangat cantik, anak Raja Quatorze yang mata duitan dan suka ngamuk, dan Ratu Scartchrot yang diam-diam suka sama penasihatnya, Vessel. Raja Quatorze mengurung Mordonna, karena ia tidak mau anaknya jatuh cinta dan menikah dengan sembarang orang. Sementara ini, Mordonna sudah dijodohkan dengan seorang pangeran dengan imbalan yang menggiurkan bagi Raja Quatorze. Tapi, Mordonna sendiri tidak menyukai keadaan ini. Sebenarnya, Mordonna punya saudara perempuan bernama Howler, yang penampilannya sangat bertolak belakang dengan Mordonna. Sampai-sampai katanya, setiap orang yang melihatnya akan terpana… atau lebih tepatnya terkejut!

Suatu hari, karena sedang kesal, Mordonna berjalan-jalan, dan tidak sengat terperosok ke dalam sebuah lubang tempat tinggal Manusia-Manusia Kotor. Ya, negeri Transylvania Waters, terdiri dari dunia atas tempat para penyihiri tinggal dan dunia bawah tempat para Manusia-Manusia Kotor yang menghuni saluran bawah tanah. Asal tahu aja, penyihir Merlin juga berasal dari Manusia-Manusia Kotor, tapi karena sebab yang tidak bisa diceritakan, nasibnya berubah.

Saat terperosok itu, Mordonna jatuh menimpa Nerlin yang sedang membersihkan saluran air yang menjijikan itu. Mereka pun langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Mordonna tidak mau kembali lagi ke istananya dan Nerlin langsung melamar Mordonna dengan memberikan sebuah cincin indah yang dijalin dari benang emas bertahtakan batu berlian. Hmmm… Raja Quatorze gak tau kalau di bawah tanah tersimpan harta yang tak ternilai.

Raja Quatorze kalang kabut karena putri kesayangannya menghilang dan semakin berang ketika tahu Mordonna memilih seorang Manusia Kotor sebagai suaminya. Ratu Scartchrot justru mendukung pilihan anaknya. Dan, diam-diam ia pun merancang usaha pelarian bersama Vessel.

Mereka berempat melarikan diri dari Transylvania Waters. Raja Quatorze juga tidak tinggal diam, ia mengirim mata-mata paling top (tapi bloon banget) di Transylvania Waters untuk membuntuti mereka. Tapi, Nerlin dan rombongan lebih pintar karena dibantu oleh Sheman, seorang penyihir perempuan yang sakti, meskipun mereka diliputi ketakutan karena adanya Pembisik Maut, utusan Raja Quatorze yang sangat berbahaya.

Dalam perjalanan, Mordonna ‘berkali-kali’ melahirkan anak. Karena ia penyihir, tentunya proses kehamilan dan kelahiran tidak seperti manusia biasa. ‘Hasilnya’ pun ajaib. Di sinilah, kita akan tahu kenapa Valla suka dengan darah, kenapa Satanella berwujud seperti anjing, kenapa Merlinmarry berbulu, lalu Winchflat yang jenius juga si kembar Morbid dan Silent.

Perjalanan mereka sangat panjang, sampai akhirnya mereka menemukan sebuah tempat yang pas untuk menampung keluarga Flood yang diramalkan akan punya 7 anak itu, di Jalan Acacia 13.

Buku ketiga ini lebih kocak dan gak terlalu banyak yang berdarah-darah. Yang lucu adalah George si Keledai sama trio mata-mata yang bodoh itu. Cerita perjalanan panjang yang rasanya mustahil dibumbui detail-detail lucu. Lebih asyik dan seru. Dan lebih pas buat anak-anak karena gak terlalu sadis seperti buku-buku sebelumnya.

Thursday, September 06, 2007

Anansi Boys (Anak-Anak Anansi)

Anansi Boys (Anak-Anak Anansi)
Neil Gaiman
Femmy Syahrani Ardiyanto (Terj.)
GPU, Agustus 2007
432 Hal.

Charlie Nancy, lebih dikenal sebagai ‘Fat Charlie’ (well… thanks to his Dad, Mr. Nancy), bukanlah sosok pemuda yang istimewa, yang bakal jadi inceran para perempuan atau sosok pemuda yang sukses. Bekerja sebagai staf keuangan di perusahaan konsultan keuangan dengan boss yang licik bernama Graeham Coats, punya kehidupan yang biasa banget, satu-satunya yang ‘istimewa’ mungkin hanyalah ia (beruntung) memiliki kekasih bernama Rosie. Mereka berdua sedang merencanakan untuk menikah meskipun ibu Rosie tidak terlalu setuju dengan rencana itu. Charlie juga sedang berdebat dengan Rosie apakah akan mengundang ayahnya yang ia anggap memalukan itu.

Tapi, ternyata, Charlie tidak perlu khawatir soal itu. Ketika ia mencoba menghubungi ayahnya, justru ia mendapat kabar dari tetangganya, bahwa ayahnya sudah meninggal. Ia pun terbang dari London ke Florida untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Memalukan sekali bagi Charlie, karena ayahnya meninggal di panggung ketika sedang menyanyi dan dalam posisi yang tidak pantas.

Kematian ayahnya belum cukup untuk membuat Charlie tenang, karena ada masalah baru lagi. Ada rahasia yang selama ini disimpan ayahnya. Empat orang nenek-nenek, tetangga mereka, bercerita bahwa Charlie sebenarnya punya saudara laki-laki, dan lebih aneh lagi, ia bisa memanggilnya lewat laba-laba.

Meski gak percaya, Charlie mencoba ‘memanggil’ saudaranya. Dan, muncullah seorang pemuda yang mirip dengannya di pintu apartemen Charlie. Semakin aneh lagi, si saudara ini, yang dipanggil Spider, bercerita bahwa ayah mereka adalah seorang Dewa Anansi, dewa jail. Sifat Spider bertolak belakang banget dengan Charlie. Lebih charming, lebih supel dan lebih ceria.

Yang lebih menyebalkan lagi, Spider mulai berbuat dalam kehidupan Charlie. Ia muncul di kantor Charlie dengan mengaku sebagai Charlie dan menakut-nakuti si boss dengan informasi keuangan, lalu, yang paling parah, merebut tunangan Charlie.

Charlie berniat mengusir Spider. Tapi, malah membuat dia terjerumus dalam masalah yang lebih besar lagi. Charlie tiba di sebuah dunia lain, yang isinya dipenuhi binatang aneh yang hampir semuanya membenci Anansi. Charlie membuat perjanjian dengan seorang (seekor) Wanita Burung. Selain masalah Spider, tiba-tiba saja, Charlie jadi incaran polisi.

Banyak tokoh di buku ini yang tadinya gak berhubungan sama sekali, di ending-nya semua bertemu di satu tempat. Seperti biasa, Neil Gaiman menceritakan sisi gelap manusia yang dilihat dari sudut yang ‘aneh’. Kalo membayangkan sosok Charlie, kadang kasihan, kadang ngeselin, soalnya koq jadi orang suka pasrahan aja. Hehehe.. emang lebih asyik si Spider, meskipun gayanya sok, tapi emang lebih cool.

Tapi, pada dasarnya, gue gak terlalu suka sama buku ini. Mungkin karena banyak binatang-binatang anehnya. Bacanya juga jadi tersendat-sendat. Gue lebih suka Neverwhere.

Tuesday, September 04, 2007

Indonesian Idle

Indonesian Idle
Okke ‘sepatumerah’
Gagas Media – 2007
242 Hal.

Diandra, mungkin sekilas, adalah tipe ‘pembosan’. Ia gak pernah bertahan di tempat bekerjanya lebih dari 6 bulan. Tipe-tipe ‘kutu loncat’, yang seneng cari yang baru. Alasannya: belum ketemu yang pas. Padahal sang ibu sudah berkali-kali mengingatkan untuk hati-hati, gak bagus di CV kalo keseringan pindah kerja. Tapi, itulah Diandra… mumpung masih muda, berbagai kesempatan disabetnya.

Sampai akhirnya, ia mendapatkan pekerjaan sebagai staf artistik di sebuah majalah fashion, ‘Femme’. Genggsi Diandra dan ibunya langsung naik di mata saudara-saudaranya. Maklum, ibu Diandra adalah single parent. Ayah Diandra adalah seorang pilot yang meninggal karena kecelakaan pesawat. Demi pekerjaan itu, Diandra harus rela meninggalkan Bandung dan hijrah ke Jakarta.

Lingkungan kerja di ‘Femme’ dipenuhi orang-orang trendy. Semua berbicara apa yang lagi in, must have item, item to die for… sampai gosip-gosip seputar artis yang dateng ke Femme. Tapi, semua terlihat gak bersahabat bagi Diandra. Ketika berkenalan pun, Diandra merasa gak dianggap bahkan oleh sebelah mata sekalipun. Untung ada salah satu rekannya sesama staf artistik yang baik, Theresia. Bahkan, ternyata, tempat tinggal Theresia berseberangan dengan kost Diandra.

Tapi ternyata, pekerjaannya di Femme hanya bertahan sebulan. Bukan karena Diandra tidak menyukainya, meskipun punya bos seperti monster, tapi karena ada ‘politik kantor’ yang menyebabkan Diandra jadi korban. Diandra pun dipecat sebelum masa percobaannya habis. Meskipun akhirnya Diandra diminta kembali lagi, tapi demi harga diri, Diandra menolak.

Diandra akhirnya tinggal di rumah Tere. Demi ‘menyambung hidup’ di kota besar, Diandra rela bekerja sebagai penjaga warnet, tapi gara-gara mengalami pelecehan seks, Diandra keluar. Diandra ogah balik ke Bandung, karena malu ketauan ibunya. Pertama kalinya Diandra merasakan gak enaknya gak punya kerja, dan susahnya nyari kerja baru.

Lama-lama, Diandra menemukan di mana tempat yang sesuai dengannya, meskipun sempat membuat persahabatannya dengan Tere terputus. Diandra sudah mengecewakan sahabat baiknya.

Novel ini asyik banget buat temen sore-sore, sambil tidur-tiduran. Endingnya gak mengecewakan... memuaskan pembacalah... Ringan… lancar… ada ‘something’nya tapi gak berat. Pelajarannya: jangan jadi kutu loncat… ini nih yang selalu diingetin sama dosen dan senior gue waktu kuliah… karena emang gak bagus buat di CV. Hehehe..

Monday, September 03, 2007

Merah Itu Cinta

Merah Itu Cinta
FX. Rudy Gunawan
Gagas Media – Juli 2007
114 Hal.

Beda sama novel ‘Selamanya’ yang ngomongin tentang warna putih, kalo di novel ini, udah ketauan dari judulnya, akan didominasi sama warna merah.

Perkenalan Raisa dan Rama diawali ketika Raisa marah-marah karena Rama yang fotografer itu seenaknya aja memotret rambut merah Raisa. Tapi justru warna merah itulah yang akhirnya menyatukan mereka.

Cerita di novel ini dimulai ketika Raisa sedang menantikan kedatangan Rama yang baru pulang dari liburan di Australia. Semua sudah dipersiapkan secara detail dan sempurna untuk menyambut Rama. Raisa sudah memasak, menata meja dan berdandan cantik dengan gaun merahnya. Tapi, Rama tak kunjung datang. Raisa kecewa berat. Ternyata, Rama mengalami kecelakaan dan meninggal dunia.

Raisa yang keliatan dari luar cewek yang tomboy dan mandiri, ternyata adalah seseorang yang rapuh. Kalau gak ada Fanny, temannya, mungkin Raisa sudah mati karena bunuh diri.

Suatu hari di rumah Rama, Raisa melihat sebuah foto Rama ketika berada di Australia. Ada satu yang janggal di foto itu menurut Raisa. Di foto itu, Rama terlihat begitu bahagia, bahkan Raisa tidak pernah melihat Rama sebahagia itu. Raisa curiga ada orang lain di hati Rama.

Hanya satu yang bisa menjawab pertanyaan Raisa, yaitu Aria, sahabat Rama. Sama dengan Raisa, Aria juga terpukul dengan kepergian Rama. Kehilangan orang yang sama-sama mereka sayangi ternyata malah mendekatkan mereka. Apalagi Aria dengan sabar menemani Raisa yang masuk rumah sakit karena mau bunuh diri.

Ada alasan sendiri kenapa Aria mendekati Raisa. Bukan karena ia menyukai Raisa, tapi karena ia ingin mencari ‘sisa-sisa’ Rama dalam diri Raisa. Ada rahasia di balik hubungan persahabatan Rama dan Aria.

Dari awal nih, dari sejak nama Aria muncul, udah gitu kedatangan Aria dengan segala rasa yang ia ungkapkan tentang Rama, ketebak banget ada apa di antara mereka. Jadinya baca novel ini udah gak seru lagi…

Akhir cerita dibiarkan menggantung, gak ada emosi yang bikin pembaca gemes karena nanggung, atau happy kah… atau sedih kah… Karena ya.. itu… ada sesuatu yang udah ketebak di tengah. Mungkin kalo nonton filmnya, bisa dapet penyelesaian yang cukup masuk akal.

Selamanya

Selamanya
Rio Rinaldo
Gagas Media – Juli 2007
172 Hal.

Weekend ini, gue membaca tiga buku tipis dan ringan dan sedikit ‘melow-melow’. Tadinya sih mau nyelesain si Anansi Boys, tapi bukunya ketinggalan di kantor. Jadi ya, sudahlah… buat rileks di akhir pekan, gpp deh… Jadi gue membaca dua novel adaptasi – Selamanya dan Merah itu Cinta, plus satu buku a la chicklit, Indonesian Idle.

Ini nih, yang pertama:

Diawali dengan pertemuan di kantor polisi, cinta lama pun bersemi kembali. Aristha, adalah seorang pemakai dan pengedar narkoba. Dalam salah satu transaksi di sebuah kafe, Aristha tertangkap… mmm… sebenernya sih, dia udah berhasil melarikan diri dan bersembunyi dalam gorong-gorong kotor plus bau… tapi gara-gara seekor tikus yang menjijikan, Aristha berteriak dan teriakannya kedengeran sama polisi yang mengejarnya. Akhirnya, Aristha pun pasrah untuk digiring ke kantor polisi.

Sementara itu, Bara baru saja melamar kekasihnya, Nina. Di tengah-tengah momen romantis itu, tau-tau telepon genggamnya berdering dan ternyata itu dari temannya yang minta dibebasin gara-gara kasus yang sama dengan Aristha.

Maka, bertemulah Bara dan Aristha di kantor polisi.

Ternyata, Bara dan Aristha adalah sepasang kekasih ketika SMU. Dulu, Bara-lah yang ‘memperkenalkan’ Aristha pada obat-obatan terlarang itu, sampai akhirnya, Aristha ketagihan dan masih terus jadi pemakai. Dulu, mereka berjanji untuk bersatu selamanya… tapi, tiba-tiba saja, 6 tahun yang lalu, Bara meninggalkan Aristha tanpa kabar berita. Aristha yang putus asa pun lari ke obat terlarang. Saat ini, Bara sudah bersih dan selain ia memang masih belum bisa melupakan Aristha, Bara merasa bertanggung jawab karena ia-lah, Aristha jadi seperti ini.

Aristha yang tadinya menolak kehadiran Bara, lama-lama luluh juga. Tapi, langsung hancur lagi begitu tahu Bara sudah bertunangan.

Sebenarnya sih, Bara gak benar mencintai Nina seperti yang ia rasakan ke Aristha. Baginya, Aristha-lah matahari hidupnya, sementara Nina adalah bulan yang merupakan ‘pantulan’ dari Aristha. Makanya, Bara seolah hendak menjadikan sosok Nina semirip mungkin dengan Aristha. Misalnya, dengan meminta Nina selalu memakai baju berwarna putih, warna kesukaan Aristha.

Membaca cerita seperti ini, dari awal juga udah keliatan, mau seperti apa endingnya. Fighting for true love deh… seperti Bara yang bertekad menyembuhkan Aristha meskipun ia harus tega melihat penderitaan Aristha ketika sedang sakaw.

Kalo biasanya baca buku atau nonton film Sekar Ayu Asmara, akan ditemui nuansa mistis yang kental plus masalah kejiwaan, di buku ini, kaya’nya lebih berat unsur dramanya, unsur romantisnya… meskipun… akhirnya, gak kalah tragis dari cerita-ceritanya yang lain.

Kaya’nya emang lebih enak baca novel adaptasi-nya dulu dibanding nonton filmnya, ‘pengkhayalan’ jadi lebih bebas... meskipun, seperti novel adaptasi lainnya... buku ini tipis banget, kita jadi gak bisa mengenal tokoh lebih dalam, masalah yang ditampilkan seolah hanya garis besarnya aja.

Thursday, August 30, 2007

Some Kind of Wonderful

Some Kind of Wonderful
Sarah Webb
Pan Books, 2003
495 Hal.

Rossie memang menyadari kalau kehidupan pernikahannya sedang dalam masa-masa hambar, tapi, bagi dia, rasanya belum jadi masalah. Darren, suaminya, masih bersikap mesra, meskipun sering banget pulang telat, atau keluar kota. Tapi, Rossie gak menyangka kalau pulang telat dan keluar kota itu hanya alasan. Rossie gak punya bayangan kalau Darren meninggalkan dirinya dan Cass, putri semata wayang mereka, demi seorang cewek blonde bernama Tracy. Emang sih, Darren bukan pria kebapakan. Semua urusan Cass diserahkan pada Rossie, tapi ketika mereka berpisah, Darren menuntut waktu untuk bertemu dengan Cass.

Beruntung Rossie memilik adik, Kim dan ayah, Rex, yang asyik dan selalu mendukungnya. Bahkan, Rex menawarkan kepada Rossie untuk mengelola sebuah gallery di daerah Wicklow, yang kebetulan berada di sebuah area taman hiburan yang dimiliki temannya, Connor Dunlop.

Rossie akhirnya pindah ke Wicklow, dan mengelola gallery bernama Redwood Gallery. Tapi, ternyata, Darren gak terima kalau anaknya pindah ke daerah yang jauh dari tempat tinggal mereka sebelumnya. Buntutnya, karena Darren menganggap Tracy mulai ‘menuntut’ banyak, Darren malah membujuk Rossie untuk balik lagi dengan dia.

Tokoh lainnya adalah Martina. DIa ini membuka butik di tempat yang sama dengan Rossie. Kebetulan, Martina juga kekasih Rory Dunlop, anak Connor. Tapi, hubungan mereka rada tegang ketika Rory meminta Martina untuk menikah dengannya. Ada alasan sendiri kenapa Martina menolak meskipun ia mencintai Rory.

Lain lagi, ada Anna. Ia sahabat Martina, punya play group. Bercerai dengan suami dan punya satu anak. Suami Anna gak kalah brengsek dengan suami Rossie. Connor Dunlop suka sama Anna, tapi Anna masih maju mundur.

Hhhh… cerita yang biasa aja. Woman power… suami yang selingkuh… Hehehe, entah kenapa, gue gak pernah kapok baca buku seperti ini, meskipun ceritanya juga gak banyak yang beda. Tergoda sama cover yang lucu-lucu berwarna-warni dan bikin seger…

Baca buku ini juga karena udah lama ‘terkapar’ di lemari kantor. Dibaca buat sebagai selingan baca Vienna Blood. Maklum, baca yang berdarah-darah, kaya’nya perlu pengalihan sebentar ke cerita yang ringan. Padahal, bukunya juga lumayan tebel. Karena gak terlalu berkesan… gak banyak comment, deh…

Monday, August 27, 2007

The Liebermann Papers: Vienna Blood

The Liebermann Papers: Vienna Blood
Frank Tallis
Berliani M Nugrahani (Terj.)
Qanita, 2007
592 Hal.

Pembukaan novel ini sudah cukup mengerikan. Diawali dengan matinya seekor ular besar kesayangan kaisar bernama Hiedelgard. Ular ini bukan hanya ‘sekedar’ mati. Yang bikin jadi misteri, karena ular ini ditemukan terpotong-potong menjadi 3 bagian. Inspektur Oskar Rheinhardt-lah yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini. Mengingat ini ular kesayangan kaisar, atasan Inspektur Rheinhardt tentu saja ingin kasus ini segera dituntaskan.

Belum lagi kasus aneh ini ditemukan jawabannya, terjadi lagi pembunuhan yang lebih sadis. Kali ini yang jadi korban bukan binatang, tapi manusia – tidak tanggung-tanggung, 4 korban sekaligus. Tepatnya, 4 orang wanita yang bekerja di rumah bordil. Kondisinya benar-benar mengerikan.

Pembunuhan itu bukan yang terakhir, karena diikuti lagi oleh dua pembunuhan lain yang tak kalah sadisnya. Inspektur Rheinhardt diliputi kebingungan memecahkan kasus pembunuhan berantai itu. Bahkan untuk pertama kalinya, ia merasa tidak aman meninggalkan keluarganya di rumah.

Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, disimpulkan korban dibunuh dengan pedang – bukti yang mengarah pada para tentara. Apalagi,dari hasil interogasi dengan saksi, rumah bordil itu sering didatangi para tentara yang ingin bersenang-senang. Lalu, ditemukan pula sebuah simbol aneh.

Inspektur Rheinhard meminta bantuan sahabatnya, Max Lieberman, yang mencoba menganalisa melalui sisi psikologisnya. Miss Lydgate juga kembali muncul untuk membantu Rheinhardt dan Lieberman.

Dari hasil penelitian Miss Lydgate, ditemukan beberapa hal yang menarik, yang sangat membantu Rheinhardt dan Lieberman dalam mengambil kesimpulan tentang si pelaku pembunuhan itu.

Pemecahan kasus ini seolah tidak mungkin, Rheinhardt dan Lieberman curiga tentang keterlibatan sebuah kelompok rahasia yang tidak akur dengan pihak kepolisian, dan mereka juga tidak begitu saja membiarkan orang luar masuk ke dalam ritual rahasia mereka. Tapi, demi mencegah terjadinya pembunuhan berikut yang diduga akan terjadi pada saat mereka menggelar ritual pengangkatan anggota baru, pimpinan organisasi itu terpaksa membiarkan Lieberman datang, meskipun untuk mencapai tempat yang ditentukan, mata Lieberman harus ditutup dan harus berjanji untuk tidak melibatkan pihak kepolisian.

Oh ya.. .satu lagi tentang Max Lieberman. Di buku ini, diceritakan, kalau Lieberman tengah dilanda kebimbangan dengan pertunangannya dengan Clara. Perasaan Lieberman mulai terombang-ambing, antara maju terus atau berhenti saja.

Kalau dibandingkan dengan novel pertamanya, A Death in Vienna, kasus di buku ini lebih sadis, lebih banyak korban dan lebih rumit. Masih dihiasi dengan musik-musik klasik dan makanan yang manis-manis tapi yummy. Satu lagi yang lucu, Lieberman terkagum-kagum dengan teknologi baru yang dipakai Rheinhardt yaitu… lampu senter. Sementara Miss Lydgate – yang menghadapi masalah gender di kampusnya - juga terlihat ‘keren dan cool’ dengan caranya menganalisa darah hewan dan darah manusia, plus waktu Rheinhardt harus menepuk-nepuk karung untuk ‘memisahkan’ debu.

Monday, August 20, 2007

The Secret of Moon Castle

The Secret of Moon Castle
Enid Blyton
Award Publication Limited – 2nd Edition, 2003
166 Hal.

Nora, Peggy, Jack dan Mike adalah anak-anak dari Mr. & Mrs. Arnold. Mereka berteman dengan Paul, seorang pangeran dari sebuah negara bernama Baronia. Mereka sudah sering menghabiskan liburan bersama yang pastinya diisi dengan petualangan.

Biasanya Paul hanya sebentar bersama anak-anak itu sampai akhirnya ia harus kembali ke Baronia. Kali ini ada kejutan yang menyenangkan, karena Ratu Baronia memutuskan untuk berlibur ke Inggris bersama keluarga Arnold. Ratu Baronia sudah meminta Mrs. Arnold mencari tempat yang cocok untuk mereka semua menghabiskan liburan musim panas kali ini.

Mrs. Arnold pun sibuk mencari sebuah kastil yang cocok untuk Ratu Baronia. Tapi, tampaknya tidak ada yang berkenan di hati Mrs. Arnold. Anak-anak nyaris kecewa. Mereka memutuskan untuk memlih sendiri kastil yang sesuai, karena Paul pasti bisa mengira-ngira selera ibunya.

Sambil menikmati menu piknik yang lezat, mereka melihat brosur-brosur, tidak ada yang menarik hati mereka, sampai akhirnya mereka menemukan sebuah brosur yang menawarkan Moon Castle. Mereka langsung jatuh hati, dan memaksa Mrs. Arnold untuk segera mengajak mereka melihat Moon Castle. Meskipun agak berat hati, Mrs. Arnold pun setuju.

Di toko es krim yang mereka singgahi untuk beristirahat, pelayan di sana memberikan informasi yang aneh. Katanya, tidak ada yang pernah mau untuk tinggal di sana, karena banyak keanehan yang terjadi di Moon Castle. Tapi, anak-anak itu pantang menyerah, justru mereka menantang berbagai misteri yang mungkin muncul.

Jalan menuju Moon Castle juga tidak bagus dan sepi, tidak ada rumah-rumah penduduk yang lain. Sampai di sana, mereka disambut pelayan yang bersikap tidak ramah – Mrs. Brimming, Eddie dan Hannah Lots. Bahkan mereka mengusir keluarga Arnold dengan mengatakan tempat itu tidak disewakan dan tidak mengijinkan ada orang asing yang boleh datang ke sana apalagi menetap. Ketika anak-anak itu hendak menjelajah salah satu menara, muncul lelaki berwajah seram yang langsung marah-marah dan mengusir mereka, ternyata laki-laki itu adalah Guy, anak Mrs. Brimming.

Mrs. Arnold akhirnya memutuskan untuk menyewa kastil itu, berpegang pada surat dari agensi yang mengiklankan kastil tersebut. Persiapan sudah dilakukan, anak-anak sudah tidak sabar menanti liburan mereka. Tapi, ada saja yang mengganggu dan nyaris membatalkan liburan mereka. Mrs. Arnold harus menemani suaminya yang seorang penerbang menguji coba pesawat baru, lalu Ratu Baronia mengabarkan kedatangannya ditunda karena salah satu saudara Paul terkena cacar air dan harus dikarantina.

Untung saja Mrs. Arnold mengijinkan anak-anak berangkat lebih dulu ditemani Dimmy, pelayan rumah tangga mereka dan Ranni, pengawal pribadi Paul.

Benar saja, banyak keanehan yang terjadi selama mereka di sana. Mulai dari muncul suara-suara misterius, buku-buku yang jatuh sendiri dari lemarinya, tempat tidur yang berpindah sendiri, lukisan-lukisan yang tampak hidup dan sikap para pelayan di sana yang semakin misterius.

Kelima anak itu bertekad menyelidiki rahasia di balik keanehan itu. Mereka tidak percaya adanya tahayul dan mencoba memecahkannya dengan logika mereka.

Buku ini mengingatkan gue pada buku-buku petualangan Lima Sekawan. Bahasanya sederhana, meskipun petualagan mereka lebih simple dibanding yang ada di Lima Sekawan. Gak ketinggalan limun, biscuit sandwich, kue cokelat yang besar dan es krim yang menemani mereka bertualang… hmmmm… Jadi bernostalgia sama Enid Blyton, nih…

O ya, untuk seri Secret ini, buku The Secret of Moon Castle (1953) adalah bagian terakhir, seri lainnya adalah: The Secret Island (1938), The Secret of Spiggy Holes (1940), The Secret Mountain (1941) dan The Secret of Killimooin (1943).

Thursday, August 16, 2007

Minoes

Minoes
Annie M. G. Schmidt
R. Indira Ismail (Terj.)
GPU, Juli 2007
200 Hal.

Tibbe adalah seorang pemuda yang bekerja sebagai wartawan di koran Killendoornse Courant. Sebenarnya sih, tulisan-tulisan Tibbe cukup bagus, karena memang Tibbe berbakat dalam hal tulis-menulis. Tapi sayang, Tibbe orang yang pemalu, tulisan-tulisannya hampir selalu berkisar tentang kucing. Oleh karena itu, meskipun bagus, menurut pemimpin redaksi koran itu, tulisan Tibbe kurang layak untuk masuk dalam koran. Tibbe harus mencari sesuatu yang baru dan menarik, kalau tidak, ia akan dipecat.

Tibbe bingung, ia memang menyukai kucing, dan menganggap berita tentang kucing selalu menarik baginya. Ternyata, kucing memang memberinya jalan keluar. Di tengah kebingungannya, ia melihat seorang perempuan muda yang bersikap aneh, karena tiba-tiba saja ia memanjat pohon tapi tidak berani turun. Semakin aneh lagi, karena Tibbe melihat perempuan bernama Minoes itu bertingkah seperti kucing.

Ternyata, Minoes memang ‘mantan’ kucing. Tiba-tiba saja ia berubah wujud jadi manusia. Maka itu, ia masih bisa berkomunikasi dengan bahasa kucing dengan para kucing yang berkeliaran di kota itu. Karena tidak punya tempat tinggal, ia bingung harus ke mana. Si Burik, kucing liar, memberi saran untuk tinggal di tempat Tibbe, yang juga memiliki seekor kucing bernama Fluff.

Tiba-tiba saja Minoes muncul di atap tempat tinggal Tibbe. Tadinya Tibbe keberatan dengan keberadaan Minoes. Tapi, ketika Minoes menyampaikan berita-berita yang bisa jadi bahan tulisan untuk Tibbe, Tibbe pun ‘mengangkat’ Minoes menjadi sekretarisnya. Minoes mendapatkan berita-berita itu dari obrolannya dengan para kucing, seperti kucing pabrik parfum, kucing sekolah, kucing gereja dan masih banyak lagi, yang tergabung dalam Kantor Berita Kucing.

Suatu hari, Si Burik yang baru melahirkan itu, mengalami kecelakaan. Setelah diusut, kecelakaan itu melibatkan orang penting di kota itu, bernama Meneer Ellemeet. Meneer Ellemeet dikenal sebagai orang yang berpengaruh dan punya berbagai macam kedudukan penting. Bahkan, ia baru saja diangkat sebagai Ketua Perlindungan Binatang.

Tapi, sebenarnya, Meneer Ellemeet tidaklah sebaik dan sehebat yang dikira orang. Belum lagi kasus Si Burik terselesaikan, ada berita baru yang menyatakan bahwa Meneer Ellemeet terlibat dalam kecelakaan dengan tukang ikan sebagai korban.

Para saksi sudah disuap agar tidak buka mulut. Tibbe menuliskan berita ini di koran, tapi langsung mendapatkan kritik pedas dan komentar sinis dari para pembaca yang mengenal sosok Meneer Ellemeet sebagai tokoh masyarakat yang baik hati. Gak ada yang percaya sama berita yang ditulis Tibbe.

Tibbe dipecat. Bukan itu saja, ia pun diusir dari tempat tinggalnya oleh induk semangnya yang pengagum Meneer Ellemeet.

Minoes dan rekan-rekan kucingnya berusaha mencari jalan untuk membantu Tibbe. Berhasilkah Minoes? Minoes sendiri sedang menghadapi dilema apakah ingin tetap jadi manusia atau kembali menjadi kucing.

Salah satu yang menarik dari buku ini adalah ilustrasinya Carl Holliander. Gue bukan penggemar kucing (malah cenderung sebel ngeliat kucing dan mendengar kucing yang mengeong-ngeong), tapi, gara-gara baca buku ini, gue jadi ngebayangin tiap ada kucing lagi mengeong, kira-kira ada berita apa hari ini? Satu lagi, gue inget dulu juga ada cerita Disney yang judulnya ‘Kucing Ningrat’. Jarang-jarang kucing jadi ‘tokoh utama’, selama ini kaya’nya kebanyakan anjing yang selalu diceritain sebagai ‘sahabat manusia.’

Monday, August 06, 2007

Century

Century
Sarah Singleton
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – 2007
248 Hal.

Mercy dan adiknya, Charity, tinggal di sebuah rumah bernama Century dalam musim dingin panjang yang sepertinya tidak akan pernah berakhir. Mereka tinggal bersama ayah mereka, Trajan Verga, dan dua orang pelayan – Aurelia dan Galatea yang masih terhitung kerabat mereka. Sedangkan ibu mereka, Thecla, sudah meninggal. Di sekitar rumah mereka, tidak ada rumah-rumah lain. Mereka benar-benar hidup sendiri.

Keluarga Verga menjalani ritme kehidupan yang aneh. Mereka menjalani hari-hari yang ‘terbalik’. Mereka bangun ketika matahari terbenam dan tidur menjelang fajar. Seperti layaknya anak-anak normal, Mercy dan Charity juga belajar di bawah pengawasan Galatea. Sementara Aurelia lebih banyak mengurus dapur. Mercy dan Charity juga berjalan-jalan di luar rumah, hanya saja semua itu dilakukan di malam hari.

Mercy memiliki kelebihan, yaitu bisa melihat hantu. Tapi, tidak satu pun hantu itu bisa membuatnya takut. Sampai di satu malam, Mercy berjalan-jalan ke kolam di dekat rumahnya. Di kolam yang membeku itu, ia melihat hantu wanita yang seolah ingin mengatakan sesuatu. Berbeda dengan biasanya, kali ini Mercy merasa ketakutan.

Sejak saat itu, di kepala Mercy timbul berbagai pertanyaan. Selain masalah hantu wanita di kolam es itu, Mercy menemukan sekuntum bunga snowdrop di bantalnya, bunga tanda musim semi tiba, sebuah musim yang sudah lama tidak pernah ia jumpai. Ditambah lagi dengan kemunculan laki-laki misterius bernama Claudius, yang mengatakan bahwa Mercy bisa bebas dan bisa melihat ibunya lagi. Mulailah Mercy bertanya-tanya kepada Trajan dan juga Galatea tentang ibunya. Karena ia merasa, ia tidak ingat kapan ibunya meninggal, bahkan kenangan tentang ibunya pun sudah memudar dari ingatannya. Tapi, Trajan dan Galatea bersikap tertutup, menghindar dari pertanyaan-pertanyaan Mercy.

Mercy semakin merasa banyak kejanggalan dalam rumah mereka. Sampai akhirnya, berkat ‘tuntunan’ hantu gadis kecil yang sering dilihatnya, Mercy menemukan sebuah pintu yang akan menuju kepada sebuah jawaban misteri rumah mereka. Ternyata ada labirin-labirin yang menyelubungi rumah mereka, dan Mercy harus mematahkan sebuah mantra untuk bisa membebaskan mereka semua. Mercy harus menulis ulang kisah hidup mereka, seperti yang sudah dilakukan Trajan.

Ada alasan kenapa Trajan menulis sebuah kisah yang membuat mereka ‘tersembunyi’ dari dunia luar. Keluarga Verga ini bisa dibilang kaya’ Highlander, mereka bisa hidup ‘abadi’, kecuali karena terbunuh. Atau.. bisa juga kaya’ vampire, minus darah, karena mereka hidup di malam hari. Karena alasan ‘berbeda’ dengan orang biasa-lah, Keluarga Verga pindah dari Italia – yang mereka sebut negara lama - ke Inggris. Dengan harapan tidak ada yang memperhatikan perbedaan mereka. Masalah sebenarnya berawal ketika Claudius jatuh cinta pada Marietta yang ‘orang biasa’.

Kalau dipikir-pikir, Claudius dan Trajan seperti seorang ‘psikopat’ yang gak mau kehilangan apa yang mereka miliki… terutama karena cinta sih… misalnya Claudius yang ingin mengambil ‘roh’ Marietta agar Marietta bisa hidup abadi, juga Trajan yang langsung ‘down’ karena kematian Thecla. Kesannya egois banget.

Waktu ngeliat cover-nya, gue jadi inget cerita ‘The Ghost Writer’. Agak membingungkan di awal, soalnya, kita gak tahu asal mula kenapa keluarga Verga selalu hidup di malam hari. Dan… seperti biasa… selalu gak comfort kalo baca cerita yang ada hantu-hantu melayang-layang… ehh.. pake ditambah hantu di dalam kolam itu. Hehehe… tapi.. tetap aja, pengen baca. Sempet pengen berhenti di tengah jalan.. tapi, penasaran juga sih…

Thursday, August 02, 2007

Glonggong

Glonggong
Junaedi Setiyono
Penerbit Serambi – Cet. 1, Juli 2007
293 Hal.

Glonggong, adalah sebuah permainan daerah, permainan perang-perangan dengan menggunakan pedang glonggong – pedang dari tangkai daun pepaya - sebagai senjata.

Buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang anak keturunan priyayi di Jawa yang kemudian lebih dikenal dengan nama ‘Glonggong’. Glonggong tidak mengenal siapa ayah kandungnya, ia hanya tahu sosok ibunya yang lebih sering mengurung diri di kamar. Ayah tirinya pun lebih banyak berada di luar rumah dan jarang pulang.

Meskipun anak seorang Raden, Glonggong lebih banyak bermain dengan anak-anak kampung untuk bermain glonggong. Awalnya ia hanya duduk memperhatikan anak-anak lain bermain, tapi, semakin ia besar, ia mulai diperbolehkan ikut bermain glonggong. Makin lama, Glonggong dikenal sebagai ‘petarung’ yang tangkas, tidak ada lagi yang memanggil nama aslinya, kecuali dua orang pembantu di rumahnya. Ia semakin dikenal dengan nama ‘Glonggong’, nama yang akan menentukan jalan hidupnya di kemudian hari.

Dari permainan glonggong itu, ia menemukan kawan dan juga lawan. Tidak hanya dari kalangan pribumi, tapi juga dua orang anak Belanda yang kemudian memberikannya sebuah glonggong istimewa dan buku ‘Gulliver’s Travel’.

Di usia 17 tahun, Glonggong harus kehilangan ibunya. Rumahnya terbakar. Glonggong hidup sebatang kara. Ia diajak bekerja sebagai ‘centeng’ di rumah seorang bangsawan Jawa. Ketika itu, masa perang Pangeran Dipanegara. Banyak bangsawan Jawa yang lebih memilih untuk tunduk kepada pemerintah Belanda dibanding memberontak. Glonggong merasa beruntung bisa bekerja pada seseorang yang ternyata berpihak pada Pangeran Dipanegara.

Sambil bekerja, Glonggong terus mencari tahu keberadaan ayahnya dan juga keluarganya yang lain. Tapi, ternyata, Glonggong sering dikhianati oleh orang yang ia percaya. Berkali-kali Glonggong harus berhadapan dengan lawan yang selama ini ia tahu adalah temannya.

Ada kebanggaan tersediri ketika akhirnya Glonggong mendapat kesempatan untuk ikut membantu membawa barang berharga milik Pangeran Dipanegara. Di tengah jalan, ada komplotan perampok yang mencegatnya, dan mencuri barang berharga itu. Meskipun sudah melawan, tapi tetap Glonggong harus mengalami luka parah.

Glonggong termasuk orang yang pantang menyerah. Demi tugasnya, ia bertekad mencari tahu di mana barang berharga itu ada dan mengembalikan pada pemilik sahnya.

Dalam perjalanannya, glonggong-lah yang selalu setia menemani Glonggong. Ia tidak mau membawa senjata tajam, pistol atau apa pun selain glonggong.

Cerita di buku ini berlatar belakang Perang Pangeran Dipanegara (Diponegoro). Gue jadi inget film ‘November 1828’. Biarpun pusat ceritanya hanya pada satu orang, tapi, gak bikin buku ini jadi membosankan... malah, ternyata.. asyik banget… biasanya, gue termasuk yang lama kalo baca buku ‘serius’ begini, tapi… hmmm… lumayan.. gak sampe satu minggu udah selesai.

Setiap pergantian bab, ditulis dalam bahasa Jawa. Sempet bikin kening berkerut juga karena gak ngerti apa artinya, bolak-balik ke halaman paling belakang, ternyata ada Glosari-nya.

Tuesday, July 31, 2007

The Floods: Playschool (Keluarga Flood: Sekolah Sihir)

The Floods: Playschool (Keluarga Flood: Sekolah Sihir)
Colin Thompson
Shinta Harini (Terj.)
Penerbit Atria, Cet. 1 – Juli 2007
226 Hal.

Seperti yang sudah diceritakan di buku pertama, anak-anak Keluarga Flood bersekolah di sekolah sihir yang letaknya nun jauh di sana, melewati samudera, pegunungan dan terjangan badai dengan kendaraan naga sangat cepat, jadi meskipun ada toilet di dalamnya, berpikirlah dua kali sebelum menggunakannya. Sekolah sihir itu bernama Quicklime College, letaknya di Pegunungan Patagonia

Quicklime College didirikan oleh kakek buyut Nerlin Flood, yang letaknya gak akan bisa ditemukan di peta mana pun. Di tempat itulah, pertama kalinya, Merlin Floos Kelimat Belas datang bumi, untuk menciptakan beberapa legenda bagi manusia. Ketika pertama kali melihat tempat itu, yang ada di pikiran Merlin Flood saat itu, salah satunya adalah “ Lembah ini cantik juga.” (Hal. 9).

Maka dibangunlah Quicklime College yang memakan waktu sangat lama, karena Merlin Flood sempat membantu Raja Arthur dalam berbagai petualangan. Quicklime College resmi berdiri 750 tahun yang lalu.

Untuk memperingati hari jadi ke 750 tahun itu, maka Hari Olahraga tahun ini menjadi begitu istimewa. Acara tahunan yang penuh dengan olahraga aneh bin ajaib yang tidak akan bisa ditemui di mana pun kecuali di dunia sihir a la Quicklime College.

Acara itu disambut dengan meriah oleh semua murid, tidak terkecuali anak-anak Keluarga Flood. Di Quicklime College, anak-anak keluarga Flood termasuk anak yang berprestasi dan popular. Hampir di setiap mata pelajaran, mereka mendapat nilai tinggi dan bintang emas.

Tapi, ternyata, ada satu orang murid yang gak menyukai anak-anak keluarga Flood, namannya Orkward Warlock. Ia membenci semua orang, sama seperti semua orang juga gak menyukai dirinya. Bahkan keluarganya sendiri pun enggan mengakui Orkward sebagai anak. Gak ada yang mau berteman dengannya, kecuali si Katak – yang dulunya anak laki-laki bernama Charles.

Dengan bantuan si Katak, Orkward merancang strategi untuk menghancurkan keluarga Flood sekaligus, di hari yang sangat penting yaitu, Hari Olahraga.

Satu lagi yang jadi misteri, adalah keberadaan Narled, ‘seseorang’ atau makhluk yang bentuknya mirip koper. Si Narled ini gemar ‘membersihkan’ barang-barang yang berceceran. Konon kabarnya, Narled mempunyai gua tempat menyimpan harta karunnya. Dan, ternyata Orkward yang tamak ini juga mengincar harta karun Narled.

Seperti buku pertama, buku ini juga dihiasi berbagai gambar tokoh-tokoh yang aneh bin ajaib. Juga diceritain berbagai mata pelajaran yang aneh dan kadang terkesan sadis. Sama seperti buku sebelumnya juga, ending si tokoh antagonis harus berakhir dengan tragis dan sadis juga. Hiii… tapi, tetap aja, kocak dan lucu.

Browsing websitenya Colin Thompson, ternyata dia juga bikin picture book Keluarga Flood. Wah… pastinya makin banyak, gambar otak, darah, dan berbagai isi perut, plus gambar lain yang aneh-aneh…

Monday, July 30, 2007

Different Ugliness, Different Madness

Different Ugliness, Different Madness (Balada Seorang Penyiar)
Marc Males
Rosi L. Simamora (Terj.)
GPU – Juli 2007
126 Hal.

Llyod Goodman, adalah seorang penyiar terkenal di tahun 30an. Tapi, dia tidak pernah mau menunjukkan ‘muka’nya di hadapan publik, malah ia lebih memilih menyewa orang untuk tampil sebagai dirinya. Lebih aneh lagi, di tengah masa jayanya, Lloyd tiba-tiba menghilang, meninggalkan para penggemar setianya.

Tidak ada yang tahu, bahwa produser radio CBN melakukan kebohongan dengan menampilkan sosok palsu dari Lloyd Goodman.

Di tempat lain, seorang wanita ‘berkelana’ dari satu kota ke kota lain dengan hanya membawa sebuah koper. Helen, nama wanita itu, seolah pergi tanpa tujuan. Helen punya satu keanehan, yaitu ia suka berbicara pada bayangannya sendiri di cermin, yang disebutnya sebagai Mary. Seolah-olah Helen memiliki kepribadian ganda.

Helen menumpang mobil-mobil untuk sampai ke tujuan berikut, atau dengan kereta api. Menginap di penginapan murah. Sampai satu hari, ia sampai di sebuah rumah yang seolah tanpa penghuni.

Ketika ia sedang asyik melihat mobil tua di rumah itu, tiba-tiba seorang laki-laki berwajah buruk rupa muncul. Tapi, entah kenapa, Helen tidak takut dengan laki-laki itu. Bahkan ia menerima tawaran laki-laki itu untuk bermalam.

Di rumah laki-laki itu, herannya tidak ada cermin. Padahal, Helen sangat membutuhkan cermin. Untuk itu, ia menyediakan cermin bagi Helen. Dan, secara tidak sengaja, ia melihat Helen sedang ‘berbicara’ sendiri dengan bayangannya di cermin.

Untuk membalas budi baik laki-laki itu, Helen memasak, mencuci pakaian dan berbenah. Baik Helen maupun laki-laki itu sama tertutupnya. Mereka punya rahasia masing-masing.

Tak disangka-sangka ternyata, perkenalan beberapa hari itu membuat si laki-laki yang ternyata Llyod Goodman itu jatuh cinta pada Helen. Ia mengutarakannya di stasiun saat Helen sedang menunggu kereta menuju tempat selanjutnya.

Akhirnya, rahasia diri masing-masing terkuak. Masing-masing bercerita tentang apa yang membuat mereka sama-sama ingin menyendiri.

Novel grafis ini gak terlalu tebal. Helen tua bercerita di sebuah stasiun kenangannya kepada Linda, anaknya. Di saat yang sama, sebuah stasiun televise mengangkat kisah tentang Lloyd Goodman, penyiar legendaris yang menghilang di saat ia sedang di puncak.

Yang sedikit mengganggu, adalah gambaran sosok Helen. Harusnya ia terlihat cantik, tapi di sini, justru seperti cewek macho, berbadan besar dan potongan muka yang juga besar… kesannya gagah banget, malah kadang terkesan serem (kadang cocok sih, dengan sosok Helen yang misterius itu)
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang