Sherlock Holmes versus Kapten Kidd: Misteri Kapal
House-Boat
(The
Pursuit of the House-Boat)
John Kendrick Bangs @ 1897
Istiani Prajoko (Terj.)
Visi Media – Cet. I, Maret 2013
230 hal
(hadiah dari Visi Media dan @gila_buku)
Para arwah berkumpul, mereka
kebingungan. Kapal pesiar tempat biasa mereka berkumpul, menghilang. Kapal
bernama House-Boat ini diduga dibawa kabur oleh bajak laut terkenal bernama
Kapten Kidd. Celakanya lagi, di dalam kapal itu tertinggal para perempuan –
istri, adik, keponakan atau kekasih mereka.
Arwah-arwah ini, bukan sembarang arwah, melainkan
para tokoh-tokoh terkenal - entah yang
memang dari dunia nyata, atau tokoh terkenal dari buku-buku. Sebut saja, ada
Socrates, Nabi Nuh, Julius Caesar, Shakespeare, Napoleon Bonaparte, Mozart, dan
lain-lain, lalu di antara para arwah
perempuan ada Ratu Elizabeth, Cleopatra, Helen dari Troya, Delilah, Portia –
tokoh dari The Merchant of Venice.
Para arwah seleb ini biasa
berkumpul di House-Boat untuk ya… bergaul gitu deh. Minum-minum, makan, atau
sekadar ngobrol-ngobrol. Arwah ternyata butuh bergaul juga ya.. hehehe….
Saat para arwah laki-laki sedang berkumpul,
mencari cara untuk menyelamatkan para arwah perempuan, munculnya arwah tak
dikenal dengan sikap yang sok tahu dan sok yakin – yaitu arwah Sherlock Holmes.
Sherlock Holmes menjabarkan teorinya tentang ke mana kapal itu dibawa oleh
Kapten Kidd.
Tapi, ya dasarnya mereka ini arwah orang-orang ‘hebat’,
mereka suka gak mau ngalah atau nerima pendapat yang lain. Saling cela teori
yang dikemukakan, bahkan Sherlock Holmes pun sempat dipandang sebelah mata.
Sementara para arwah laki-laki sibuk berpikir,
apa yang terjadi dengan arwah perempuan? Arwah perempuan ini ternyata
cerdas-cerdas, mereka juga mencari cara untuk bisa lolos dari Kapten Kidd. Biar
seharusnya dalam keadaan ‘genting’, mereka ini tetap tenang.
Jangan bayangkan sosok Sherlock Holmes seperti
yang bisa ditemui di buku-buku karya Sir Arthur Conan Doyle. Sherlock Holmes di
sini, meskipun tetap dengan pengamatannya yang teliti, tapi agak ‘tinggi hati’.
Ia menikmati kekaguman para arwah itu terhadap analisanya, karena dia kesal
karena ketenarannya ‘dimatikan’ oleh sang penulis. Kali ini Holmes tidak
ditemani sama sahabatnya, dr. Watson.
… “Mulai
sekarang … aku bisa kembali ke bumi lagi,
bebas dari biaya, terlepas dari kenyataan pencipta agungku menginginkan
aku di sana
atau tidak. Aku tidak pernah menyetujui dia mematikanku seperti yang
dilakukannya itu padahal aku sedang berada di puncak ketenaran.” (hal. 57)
Mungkin pada awalnya, agak kesulitan membaca buku
ini, karena banyaknya tokoh yang terlibat. Tak ada tokoh sentral atau utama,
bahkan Sherlock Holmes yang disebutkan dalam judul pun, tak terlalu dominan.
Yang menarik dalam buku ini adalah isu ‘girl
power’. Para arwah perempuan ini menuntut
kesetaraan. Keadaan sudah berubah – dibandingkan saat mereka masih hidup –
mereka menuntut persamaan hak. Dan ini sempat membuat arwah laki-laki itu
kebat-kebit, kebingungan.
Para tokoh di buku ini memang
ditampilkan berbeda dari pada dalam cerita aslinya. John Kendrick Bangs membuat
parodi atas tokoh-tokoh cerita maupun yang nyata. Hingga akhirnya, kita akan
mendapati sosok yang mungkin konyol. Misalnya saja Nabi Nuh yang mengeluh
ketika kapalnya diejek oleh para arwah yang lain. Atau terkadang mereka juga
saling menyindir.
0 comments:
Post a Comment