Camar Biru
Gagas Media – Cet. II, 2013
280 hal
(hadiah #unforgotTEN)
Rating buku ini di Goodreads cukup tinggi,
rata-rata berbintang 4. Hal ini yang membuat gue memilih jadi salah satu dari
10 pilihan buku hadiah #unforgotTEN dan jadi buku pertama di antara 10 buku itu yang gue baca.
Janji dua orang sahabat, yang kalau sama 10 tahun
kemudian mereka sama-sama belum punya pasangan, maka mereka akan menikah.
Terdengar ‘konyol’, main-main atau sembarangan? Mungkin… tapi itulah yang
diucapkan Nina dan Adith – dengan dua burung camar biru kertas sebagai bukti
janji mereka.
Nina, Adith, Sinar dan Narendra – bagaikan sebuah
bujur sangkar, di mana setiap sisi saling melengkapi sisi yang lain hingga
akhirnya menjadi bentuk yang utuh. Tapi, ketika salah satu sisi itu hilang, sisi yang lain mulai goyah hingga
akhirnya berantakan. Itulah gambaran hubungan mereka berempat. Nina adalah adik
Narendra, Adith adalah adik Sinar. Mereka bertetangga. Sahabat sejak kecil.
Karena Nina adalah perempuan satu-satunya, ketiga laki-laki itu selalu
melindungi Nina. Kedekatan ini yang membuat Nina tak sadar kalau Adith
menyukainya.
Nina adalah gadis cantik, diibaratkan sebagai
putri gulali. Manis, lembut, dan membuat semut-semut jantan ingin dekat dengan
gulali manis ini. Tapi, ketika Narendra pergi, Nina berubah, jadi berantakan,
cuek. Satu per satu orang yang ia cintai dan melindunginya pergi, bahkan orang
tuanya pun tak peduli. Ibunya menuduh Nina jadi penyebab tragedi perginya
Narendra. Tapi, ada Adith yang selalu setia, jadi pelindung, penjaga Nina.
Meski, ternyata bukan kepergian Narendra awal Nina jadi berubah, tapi satu
kejadian yang terjadi jauh sebelum itu.
Tema percintaan antara sahabat yang akhirnya jadi
pacar bukan hal yang baru. Tapi entah kenapa membaca buku ini rasanya ‘nyaman’
aja. Menggunakan bahasa yang sangat santai, loe-gue, masih suka cela-celaan, tapi
terkadang terselip hal-hal yang manis. Sikap cuek antara Nina dan Adith,
romantisme mereka berdua, kekonyolan disajikan dengan pas. Gimana seseorang
yang sudah bersama-sama selama berpuluh tahun, tau gimana baik-jeleknya, tapi
justru malah masih bisa bikin deg-degan dan menimbulkan sensasi ‘kupu-kupu’.
Menurut gue, Adith jauh lebih dominan. Dan apa
yang menyebabkan Nina berubah hanya sedikit diceritakan. Padahal, karakter Nina
yang rapuh ini justru kaya’nya menarik kalau di-explore lebih lagi.
Gue juga suka ketika Sinar yang sebelumnya hanya
muncul lewat cerita-cerita mereka tiba-tiba hadir dalam bentuk email-email yang
ditujukan ke Narendra. Biar pembaca kenal sama Sinar dan tahu juga apa yang ada di hati dia. Seolah ini sebagai pengantar hadirnya Sinar dalam sosok
yang ‘utuh’ ke babak selanjutnya.
Tapi ya… kenapa blurb di cover belakang itu
menurut gue rada gak nyambung dengan cerita dan tokoh di dalam buku ini. Gak
sesuai banget dengan karakter Nina dan Adith. Mau terkesan romantis, tapi
jujur, masih kurang ‘nendang’ buat gue. Mungkin kalo gak gak karena
bintang-bintang yang bertaburan di goodreads, belum tentu gue milih buku ini….
(eh, bener sih… saat ngeliat di toko buku, gue hanya baca sekilas – tertarik
karena judulnya aja, terus udah ditaro lagi setelah ngeliat belakang cover-nya)
Overall… gue kasih empat camar biru lagi ya buat
Nina dan Adith, biar dua camar biru yang udah lecek-lecek itu ada temennya.
2 comments:
review yang blak-blakan,nice post...ditunggu kunnjungan baliknya ke http://antologisi.tk
@Faizal: terima kasih, mas
Post a Comment