Thursday, September 17, 2015

Cupcakes at Carrington’s


Cupcakes at Carrington’s
Nurkinanti Larakusuma (Terj.)
GPU 2015
368 hal

Georgie Hart bekerja di bagian penjualan tas mewah di Carrington, sebuah department store di kota tepi pantai. Terkadang, saat ia ingin santai, ia mampir ke café milik temannya yang terletak di department store yang sama. Di sana, ia berpuas-puas diri untuk mengudap cupcakes yang super enak.

Karena resesi ekonomi, maka Carrington pun terkena dampaknya. Diputuskan untuk melakukan peremajaan. Pimpinan Carrington mendatangkan seorang wanita bertangan besi, bernama Maxine. Ia dipercaya untuk melakukan perombakan demi menyelamatkan Carrington.

Semua pegawai, tak terkecuali Georgie, dituntut untuk menunjukkan performance terbaik mereka agar bisa mempertahankan pekerjaan mereka.

Georgie harus bersaing dengan rekan kerjanya, James plus Tom, pegawai baru yang ganteng dan bikin Georgie deg-degan. Jadinya, selain galau karena kerjaan, Georgie juga galau, pilih James apa Tom … soalnya dua-duanya ganteng sih ….

Tapi, Georgie merasa ada yang gak beres dengan Maxine. Maka ia pun bertekad mencari latar belakang Maxine dan berusaha membongkar kebusukan dan permainan kotor Maxine, meskipun pekerjaannya jadi taruhan.

Sebenernya sih, tipikal cewek dalam buku – Georgie Hart, gak jauh bedalah sama rata-rata buku chicklit lainnya. Kehidupan percintaan yang gak terlalu oke, terbelit hutang di bank, doyan ngemil tapi gak mau gemuk, dan kadang-kadang bersikap konyol. Tapi, masa lalu Georgie yang rada suram membuat gue jadi simpati sama Georgie. Ibunya meninggal, sementara ayahnya di penjara, hingga Georgie harus tinggal bersama orang tua asuh. Ia tidak mendapatkan perawatan yang layak, dan ketika ia dewasa ia ingin membuktikan bahwa ia bisa menjadi orang yang lebih baik.

Buat gue, buku ini pas banget dibaca setelah baca Everything I Never Told You yang muram itu. Buku ini juga pas dibaca sambil santai-santai, ngupi-ngupi cantik sambil ngemil cupcakes. Pas kan sama judul bukunya … cover cantiknya juga ‘menggugah’ selera, hingga akhirnya gue memutuskan membaca buku ini. Buku yang menghibur.


Submitted for:

Lucky No. 15 Reading Challenge – kategori: Cover Lust
New Author Reading Challenge 2015
Project Baca Buku Cetak 2015


Wednesday, September 16, 2015

Everything I Never Told You


Everything I Never Told You
Black Friars
297 hal

Kalau mood lagi kurang bagus, sebaiknya jangan baca buku ini. Karena keseluruhan isi buku ini bakal bikin tertekan dan depresi.

Lydia ditemukan tewas, tenggelam di danau dekat rumah mereka. Berbagai pertanyaan timbul di benak Marilyn dan James Lee. Lydia yang mereka kenal adalah anak yang penurut, pintar dan selalu mengikuti apa yang diinginkan oleh orang tua mereka, terutama mengikuti keinginan Marilyn berambisi mewujudkan impian masa mudanya pada diri Lydia. Sementara James, ingin Lydia jadi anak yang supel, mudah bergaul dengan teman-temannya. Tapi mereka berdua tidak pernah bertanya apa yang sesungguhnya diinginkan Lydia. Apa Lydia benar-benar menyukai segala pelajaran sains atau matematika? Apa benar Lydia punya teman-teman dekat seperti yang diyakini James? Lydia selalu menjadi favorit kedua orang tuanya, hingga kadang mereka lupa, masih ada Nathan dan Hannah.

Terlahir dari keluarga campuran Amerika – Cina, membuat Lydia sedikit sulit dalam pergaulan. Sebagai minorita, Lydia kerap jadi olok-olokan karena berbeda. Banyak teman-temannya yang hanya memanfaatkan kepintaran Lydia, tapi tak mengajak Lydia untuk bergaul.  Karena ini membahagiakan ibunya, maka Lydia berjanji untuk selalu patuh. Ia melakukan apa pun yang diinginkan ibunya meskipun tersiksa.

Sementara itu, Nathan, kakak Lydia merasa, Jack, salah satu pemuda di lingkungan mereka punya andil dalam perubahan sikap Lydia di hari-hari terakhir menjelang ia menghilang. Lalu, Hannah, si anak terkecil yang sering tidak dianggap, justru yang paling mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.

Dalam suasana duka, keluarga ini membuka rahasia-rahasia yang selama ini menghantui diri mereka masing-masing.

Marilyn, si gadis kulit putih, gadis yang cerdas, yang punya cita-cita tinggi ingin jadi dokter, tapi akhirnya melupakan impan itu ketika menikah dengan James, seorang pemuda keturunan imigran Cina. Ia harus meyakinkan ibunya sendiri, bahwa pilihannya tepat. Gagal dengan cita-ditanya itu, ia pun berharap sangat besar sama Lydia. Sejak kecil, Lydia sudah dibiasakan untuk menghafal perkalian, fisika, anatomi tubuh manusia. Di kamarnya ada poster rumus kimia, hadiah ulang tahun berupa stetoskop dan buku-buku yang super tebal. Karena Lydia tidak pernah mengeluh, maka Marilyn pun gak sadar ada yang salah sama anaknya.

James, si pemuda minoritas, seorang dosen yang terkadang dianggap sebelah mata karena perbedaannya itu. Ia ingin anak-anaknya bisa bebas bergaul dengan siapa saja. Sementara itu, ia juga merasa ada yang salah dengan pernikahannya, ia beranggapan Marilyn tidak bahagia.

Nathan, yang berjuang sendiri agar diperhatikan orang tuanya. Sebenernya nih, Nathan ini juga pintar, ia tahu apa yang ia inginkan, minatnya ke mana. Tapi ,sayangnya, perhatian orang tuanya tercurah sama Lydia, hingga kadang mereka gak liat kemampuan anan tertua mereka ini. Selain itu, Lydia sendiri takut, suatu hari nanti abangnya ini akan meninggalkan dia sendirian, menghadapi segala tekanan dari orang tua, ejekan dari teman-temannya. Padahal nih, Nathan sendiri sempat merasa benci sama Lydia.

Si kecil Hannah, menyerap semua kejadian di sekitarnya dalam diam. Tapi, ia sebenarnya yang mengerti dan memahami semua rahasia dalam diri Lydia.

Jadi, apa sih yang menyebabkan kematian Lydia? Apakah ada orang yang jahat? Apa ini bunuh diri seperti yang diduga polisi? Tapi yang jelas, di dalam buku ini ada tentang bullying, tentang orang tua yang berharap terlalu besar sama anaknya, sampai lupa tanya si anak ini maunya apa sih? Sementara keterbukaan di antara mereka, komunikasi juga minim.

Apa yang bikin baca buku ini jadi membuat gue ikut depresi? Karena suasana yang muram dari awal, karena semua orang jadi merasa bersalah. Jujur aja, gak ada ‘keceriaan’ dalam buku ini. kadang 'aura' dalam buku, ikut pengaruh sama yang baca... bener gak sih? Baca buku ini, selain depresi, bikin jadi gregetan dan ngeselin. Cuma rasa penasaran yang udah dari awal, sejak kalimat pertama baca buku ini, yang akhirnya bikin gue bisa bertahan. 

Submitted for:

Lucky No. 15 Reading Challenge – kategori: Favorite Color
New Author Reading Challenge 2015

Project Baca Buku Cetak 2015
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang