Thursday, January 31, 2013

Hetty Feather




Hetty Feather
Jacqueline Wilson @2009
Nick Sharratt (Ilustrasi)
Deci Natalia (Terj.)
GPU – Maret 2012
Untuk anak 12 tahun ke atas
(hadiah dari Secret Santa)

Berada di Foundling Hospital sejak bayi, membuat Hetty Feather berkhayal tentang sosok ibu kandungnya. Ia sangat yakin, bahwa ibunya itu terpaksa menitipkan dirinya di panti asuhan, ia juga yakin, ibunya sudah memberi nama yang indah untuk dirinya. Bukan Hetty Feather, atau Hetty ‘Bulu’. Bahkan Hetty berkhayal bagaimana saat ia masih bayi. Hetty tau siapa perawat yang baik dan siapa perawat yang jahat. Meskipun yah, rasanya gak mungkin ada seseorang yang bisa mengingat bagaimana ia ketika masih bayi kan?

Para bayi di Foundling Hospital akan di’ambil’ sementara oleh ibu asuh. Bersama Gideon, Hetty diasuh oleh pasangan Peg dan John. Di keluarga itu, selain anak-anak kandung mereka – Jem, Nat, Rossie dan Eliza, juga ada anak asuh lain – Marth dan Saul. Di dalam keluarga itu, Hetty merasa bahagia. Ia akrab dengan Jem – bahkan punya mimpi bersama Jem. Hetty tak menyangka bahwa suatu hari, saat umurnya sudah cukup, ia akan dikembalikan ke Foundling Hospital.

Suatu hari, di dekat tempat tinggal mereka, kedatangan rombongan sirkus keliling ‘Tanglefield’. Seorang penari berambut merah yang melakukan atraksinya dengan kuda langsung menarik perhatiannya. Hetty yakin bahwa perempuan itu – Miss Madeline – adalah ibu kandungnya. Dan mulailah ia kembali berkhayal

Meskipun, Hetty sudah melihat saat Martha dan Saul terpaksa pergi, ia tak pernah siap menghadapi hari di mana ia harus meninggalkan keluarga itu. Kembali ke Foundling Hospital, Hetty dianggap anak yang nakal. Foundling Hospital adalah sebuah panti asuhan yang sangat kaku. Hetty yang terbiasa hidup bebas, langsung merasa terkekang dengan peraturan yang ada di sana. Ia juga tidak gampang bergaul. Tapi, ada beberapa orang yang menyayanginya di sana, seperti si pelayan Ida Battersea atau Suster Winnie. Sahabatnya hanya satu, yaitu Polly. Padahal saat ia kembali ke Foundling Hospital, Hetty berharap, paling tidak, ia punya satu keluarga di sana, yaitu Martha. Tapi, sayangnya, Martha memilih untuk menjauh dan berteman dengan yang lain. Karena sikapnya yang cenderung nakal, Hetty kerap mendapat hukuman. Tempat ini bukanlah tempat untuk memilik mimpi dan cita-cita yang tinggi. Mereka hanya diberikan pendidikan yang cukup sebagai bekal kala mereka menjadi seorang pelayan.

Tapi, meski demikian, pencarian Hetty akan ibu kandungnya tidak pernah berhenti. Bahkan, saat anak-anak panti Foundling Hospital datang ke perayaan peringatan 50 tahun Ratu Victoria bertahta, Hetty pun sempat melarikan diri, saat ia tahu Sirkus Keliling Tanglefield juga ada di dekat sana. Hetty bertekad untuk bertemu kembali dengan Miss Madeline.

Hetty Feather mengingatkan gue pada sosok Anne dalam cerita Anne of Green Gables. Karakternya yang ceria meskipun ia tak kenal siapa orang tuanya. Sosok anak yatim piatu yang jadi tokoh utama – tapi gak mengumbar kesedihan. Dalam penderitaan atau kesusahan yang dialami, dia selalu terlihat tabah dan ceria. Contoh lain, adalah Harry Potter. Pasti ada orang-orang yang membenci dia, tapi ada juga yang sayang dan perhatian.

Meskipun saat cerita ini berakhir, gue sedikit berharap, sosok si ibu kandung masih tetap misterius. Biar baca sekuel-nya lebih seru.. hehehe… Ada dua lanjutan dari buku Hetty Feather – yaitu Sapphire Battersa dan Emerald Star.

---

Special thanks untuk my Secret Santa – ANGELA NOVIANA

Semoga tebakanku bener ya? Ma’af lho kalo salah.

Kejadian tahun lalu terulang lagi. Saat gue masih mencari dan menebak-nebak siapakah sosok si Santa, eh, temen-temen yang lain rata-rata udah pada tau. Clue-nya membuat gue harus membuka satu per satu blog member BBI. Satu ‘tersangka’ ketemu. Tapi, koq gak match dengan clue yang lainnya.

Ada dua ‘tersangka’, yang sama-sama mulai nge-blog di bulan September, tapi berdasarkan resi pengiriman bukunya, itu dari Jakarta. Jadi yang satu ini harus dicoret dari daftar… tapi… eh.. bisa aja kan, minta dikirimin sama teman atau saudara yang di Jakarta… jadi… bingung lagi…

Kenapa akhirnya dari dua nama ini gue memilih Angela, pertama: pertama nge-blog di bulan September 2011, kedua: dari nama blog-nya ada ‘Queen’-nya. Memang sih, gak persis sama, tapi blog-nya Angela adalah: http://www.resensiharlequin.com/

Ini adalah hasil analisa ‘bodoh’ku, jadi ma’af ya, Secret Santa-ku, kalau tebakanku salah. Itu artinya kamu terlalu pintar membuat ‘clue’

Dan ada sedikit ‘kejadian’ saat gue mau mulai baca buku ini. Kebiasaan gue kalo mau mulai baca, gue suka membolak-balik halamannya. Lalu, gue liat ada halaman yang terlipat, dan kosong. Antara halaman sebelum dan berikutnya gak nyambung.


Duh, sempat kesal dan bingung. Khawatir, kalau ditukar di toko buku, mereka gak akan mau terima kalau gak ada struk pembelian.


Tapi, gue coba bawa ke Gramedia Plasa Semanggi. Gue bilang, kalau buku ini hadiah dan gue gak punya struk pembeliannya. Gue tunjukkin beberapa halaman yang hilang itu. Dan, ternyata cepet aja tuh. Mereka check di komputer, ada gak stock untuk buku ini, dan langsung deh, buku gue ini diganti dengan yang baru. Terima kasih lho, untuk Customer Service di Gramedia Plasa Semanggi.


(1) Posting ini dibuat untuk Posting Bersama BBI – buku dari Secret Santa (thanks to Oky dan Ndari... )





Wednesday, January 30, 2013

Wishful Wednesday 21


Hasil dari ubek-ubek amazon.com, eh, menemukan buku ini. Cover-nya koq terkesan spooky dan suram. Ceritanya juga tampak gelap. Hehehe.. gak kalah ‘aneh’ dengan foto si penulis yang gue temukan di goodreads.


Di tahun 2008, Laura Amy Schlitz berhasil menjadi pemenang Newberry Awards lewat bukunya yang berjudul Good Masters! Sweet Ladies!: Voices from a Medieval Village



Berikut synopsis-nya:

The master puppeteer, Gaspare Grisini, is so expert at manipulating his stringed puppets that they appear alive. Clara Wintermute, the only child of a wealthy doctor, is spellbound by Grisini’s act and invites him to entertain at her birthday party. Seeing his chance to make a fortune, Grisini accepts and makes a splendidly gaudy entrance with caravan, puppets, and his two orphaned assistants.

Lizzie Rose and Parsefall are dazzled by the Wintermute home. Clara seems to have everything they lack — adoring parents, warmth, and plenty to eat. In fact, Clara’s life is shadowed by grief, guilt, and secrets. When Clara vanishes that night, suspicion of kidnapping falls upon the puppeteer and, by association, Lizzie Rose and Parsefall.

As they seek to puzzle out Clara’s whereabouts, Lizzie and Parse uncover Grisini’s criminal past and wake up to his evil intentions. Fleeing London, they find themselves caught in a trap set by Grisini’s ancient rival, a witch with a deadly inheritance to shed before it’s too late.

Seperti biasa, rules untuk ikutan Wishful Wednesday, adalah:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Where We Belong



Where We Belong
(e-book)


Sinopsis  via goodreads

The author of five blockbuster novels, Emily Giffin, delivers an unforgettable story of two women, the families that make them who they are, and the longing, loyalty and love that binds them together.

Marian Caldwell is a thirty-six year old television producer, living her dream in New York City. With a fulfilling career and satisfying relationship, she has convinced everyone, including herself, that her life is just as she wants it to be. But one night, Marian answers a knock on the door . . . only to find Kirby Rose, an eighteen-year-old girl with a key to a past that Marian thought she had sealed off forever. From the moment Kirby appears on her doorstep, Marian’s perfectly constructed world—and her very identity—will be shaken to its core, resurrecting ghosts and memories of a passionate young love affair that threaten everything that has come to define her.

For the precocious and determined Kirby, the encounter will spur a process of discovery that ushers her across the threshold of adulthood, forcing her to re-evaluate her family and future in a wise and bittersweet light. As the two women embark on a journey to find the one thing missing in their lives, each will come to recognize that where we belong is often where we least expect to find ourselves—a place that we may have willed ourselves to forget, but that the heart remembers forever.

----

There's a place that I know
It's not pretty there and few have ever gone
If I show it to you now
Will it make you run away

Or will you stay
Even if it hurts
Even if I try to push you out
Will you return?
And remind me who I really am
Please remind me who I really am

Everybody's got a dark side
Do you love me?
Can you love mine?
Nobody's a picture perfect
But we're worth it
You know that we're worth it
Will you love me?
Even with my dark side?

Membaca 3 bab awal di buku ini, langsung terngiang lagu Kelly Clarkson yang berjudul ‘Dark Side’. Setiap orang punya rahasia masing-masing, ada yang sanggup untuk dibagi dengan orang-orang terdekat, ada yang memilih menyimpan rapat-rapat. Marian Caldwell, memilih yang kedua. Selama 18 tahun, ia berhasil menyembunyikan ‘aib’ itu.

Bisa dimengerti, betapa berat di saat usia 18 tahun, ternyata ia tahu dirinya hamil. Well… berani berbuat harus berani menanggung resiko kan? Sebuah pilihan yang berani ketika Marian memutuskan untuk mempertahankan kandungannya, tapi, sayangnya, sebuah ketakutan lain malah membuat Marian lebih memilih untuk berbohong pada Conrad. Dan juga… akhirnya berbohong pada ayahnya, keluarga, kerabat, teman-teman, dan Peter, kekasih Marian. Kenapa? Pastinya ‘dunia’ akan langsung menghujat saat seorang gadis hamil di luar nikah, belum lagi kedudukan ayahnya sebagai seorang pengacara yang cukup terkenal di kota tempat mereka tinggal. Kehidupan sosial mereka pasti akan ikut terkena dampaknya. Beruntung, Marian memiliki ibu yang berbesar hati, tak menimpakan kesalahan pada anaknya, karena ia tahu, tanpa perlu ada kemarahan, Marian juga sudah menyesal dan cukup menderita. Dengan munculnya Kirby, berarti sudah waktunya Marian untuk berani membuka rahasia masa lalunya. Yang meskipun berat, bisa diterima dengan baik oleh Peter.

Dari sisi Kirby, beruntung dia memiliki orang tua angkat yang baik. Kedua pasangan ini memang menantikan anak, dan memutuskan untuk mengadopsi Kirby. Pasangan Rose tak pernah  menyembunyikan kenyataan bahwa Kirby bukan anak kandung mereka. Dan Kirby pun, meski sedikit cuek, tapi Kirby tetap menghormati dan menyayangi mereka sebagai orang tua yang sudah membesarkannya. 

Bagian yang paling bikin ‘mules’ dalam buku ini adalah detik-detik ketika Marian harus berpisah dengan Kirby, untuk kemudian diserahkan ke keluarga Rose. 

Semua tokoh dalam cerita ini, memiliki hati yang besar dan ikhlas. Coba lihat, keluarga Rose, ketika Kirby memutuskan untuk menemukan keluarga biologisnya. Meski ada rasa sedih dan takut ditinggalkan, keluarga Rose memberikan kebebasan pada Kirby. Lalu, keluarga Caldwell, yang bisa menerima Kirby dengan tangan terbuka (meskipun ada kekakuan di pihak Ibu Marian). Condrad, meskipun sinis terhadap Marian, tapi langsung bisa menerima Kirby. Yah, pasti kaget lah ya… 18 tahun gak dikasih tau kalo sebenernya dia punya anak.

Kurangnya buku ini, rasanya kurang konflik yang lebih ‘mengaduk-aduk’ emosi. Tak ada penolakan dari pihak mana pun, membuat cerita ini jadi lancar dan mengalir dengan tenang.

Moral of the story dari buku ini adalah belajar berbesar hati seperti para tokoh dalam buku ini, belajar untuk menerima kenyataan dan berani bercerita, sharing dengan orang-orang terdekat. Saat kita gak bisa menyelesaikan masalah kita sendiri, akan ada orang lain yang senantiasa membantu kita, at least untuk mendengarkan. 

At the end of the story… I feel… I wish there were more about Conrad... hehehe...

Tuesday, January 29, 2013

The Street Lawyer




The Street Lawyer (Pengacara Jalanan)
John Grisham @ 1998
Listiana Srisanti (Terj.)
GPU – 1998
480 hal

Michael Brock, adalah seorang pengacara muda di sebuah firma hukum – Drake & Sweeney. Masa depan yang menjanjikan sudah terbentang di depan mata. Ia termasuk salah satu ‘mesin pencetak uang’ bagi firma hukum tersebut. Jam kerjanya padat, ia harus menghitung setiap detik yang ia pergunakan agar bisa mendapat bonus yang besar setiap tahun (hmmm… looks familiar). Tapi, karir yang sukses tak menjamin rumah tangga yang bahagia. Pernikahannya di ambang kehancuran. Istrinya sendiri sibuk sebagai dokter bedah.

Di suatu hari yang tampak normal. Semua berjalan sesuai rutinitas. Rapat-rapat penting di kantor, perjanjian dengan klien. Michael sudah mempersiapkan hari itu dan tak menduga akan ada kejadian yang akan mengubah jalan hidupnya. Seorang tunawisma, yang minta dipanggil sebagai Mister, menyandera beberapa pengacara – termasuk Michael di ruang rapat mereka. Drama penyanderaan itu berakhir dengan tewas sang Mister yang belakangan diketahui bernama DeVon Hardy.

Bagi rekan-rekannya sesama korban penyanderaan, kejadian itu berlalu begitu saja. Tapi tidak bagi Michael. Ia ‘terguncang’, ada sesuatu yang mengusik hati nuraninya. Maka ia pun melakukan penyeledikan, apa hubungan antara DeVon Hardy dengan Drake & Sweeney. Apa yang ia temukan, akhirnya membuat Michael mengambil keputusan besar yaitu mengundurkan diri dari Drake & Sweeney dan bergabung dengan Mordecai Green – seorang pengacara yang membantu para tunawisma untuk mendapatkan hak-hak mereka.

Segera saja, Michael menjadi ‘musuh’ bagi Drake & Sweeney. Meski tau, apa yang telah ia lakukan itu illegal, tapi Michael tak gentar. Ia bertekad membuktikan bahwa Drake & Sweeney telah melakukan sebuah pekerjaan kotor dan mengakibatkan sejumlah orang kehilangan tempat tinggal.

Setelah sempat kecewa membaca Theodore Boone yang ketiga, saya jadi ‘ingat’ kenapa saya suka membaca buku-buku John Grisham. Ini adalah salah satu buku lamanya John Grisham. Drama di dunia hukum ternyata tak kalah menegangkan dengan thriller lain yang penuh dengan adegan-adegan ‘berdarah’, kekerasan dan yang bikin deg-degan.

Yang menegangkan saat membaca buku ini adalah ketika Michael berhasil memperoleh bukti-bukti yang akan sangat mencoreng nama besar Drake & Sweeney, lalu ketika Michael membuat analisa yang menghubungkan nama-nama yang bersangkutan.

Saya salut dengan sosok Michael Brock yang rela melepaskan karir yang cemerlang, penghasilan yang besar demi membantu orang-orang yang tidak mendapatkan hak mereka. Apa yang mereka minta kadang-kadang simple aja – misalnya kupon makan yang tak bisa ditukar. Atau ada yang lebih berat, pengen bisa lepas dari ketergantungan obat biar bisa ketemu sama anak kandungnya.


Posting ini dibuat dalam TBRR Mystery Reading Challenge (bulan Januari: tema legal thriller) à tadinya sih yang masuk di daftar itu Theodore Boone #3, tapi ternyata kurang ‘thriller’, jadi ganti haluan ke buku ini.

Monday, January 28, 2013

Harry Potter and The Philosopher’s Stone




Harry Potter and The Philosopher’s  Stone
(Harry Potter dan Batu Bertuah)
JK Rowling @ 1997
Listiana Srisanti (Terj.)
GPU – September 2000
384 hal.
Untuk anak 12 tahun ke atas
(Gramedia – Hero Gatot Subroto)

“Harry Potter… “ (ucapkan dengan nada a la Profesor Snape)

Entah sudah berapa kali saya membaca buku Harry Potter dan Batu Bertuah ini, dan gak ada bosennya. Membaca buku ini, malah membuat saya bernostalgia, mengenang ‘perkenalan’ saya dengan Harry Potter dan teman-temannya. Bisa dibilang agak terlambat saya mengenal Harry Potter. Saat pertama saya membaca buku ini, buku kedua juga sudah diterjemahkan. Adalah ‘mantan’ pacar saya yang bilang “Beli Harry Potter deh, katanya bagus tuh.” Dan… saya tak menyesal sudah membeli buku ini.

Susah ya, untuk mereview buku pertama ini. Karena saya harus berusaha ‘menghilangkan’ sosok terakhir dari Harry Potter. Gak perlu kali ya ditulis sinopsis atau sekilas cerita, pastinya udah pada hafal lah cerita Harry Potter yang pertama ini.

Membaca seri pertama ini, saya langsung terkagum-kagum dengan imajinasi dari seorang JK Rowlings. Yah, buku yang mengantarkan beliau menjadi salah satu orang terkaya di Inggris.

-          Dimulai dari surat yang berterbangan di rumah Paman Vernon, yang mengikuti keberadaan Harry Potter sampai di pondok terpencil saat badai hebat sedang berlangsung.

-          Lalu, daerah Diagon Alley. Dengan berbagai toko perlengkapan sihir, seperti kuali berpantat emas dan berbagai jenis kuali lainnya. Toko tongkat sihir-nya Oliver yang bernurut gue paling kental nuansa magisnya.

-          Kemegahan Sekolah Sihir Hogwarts, dengan segala sihir yang ada di dalamnya. Hantu-hantunya, kastil-kastil tua, guru-guru yang sifatnya beraneka ragam. Bahkan bisa-bisanya JK Rowlings kepikiran untuk bikin tokoh guru dalan sosok hantu untuk pelajaran sejarah sihir.

-          Tak ketinggalan Quidditch. Sampai gue nonton film-nya, gue gak punya bayangan, seperti apa permainan Quidditch ini.

-          Tokoh-tokoh yang selain Harry Potter tentunya, yang juga memberi kesan ‘mendalam’ saat membaca buku ini, tanpa mereka, Harry Potter gak akan lengkap:

a.      seperti Ron – sahabat Harry Potter dengan ciri khas rambut merahnya, agak sinis, pengen juga tampil hebat seperti Harry. Ron yang takut dengan laba-laba dan jago banget main catur. Di akhir buku pertama ini, Ron bahkan berhasil mengalahkan catur yang sudah disihir oleh Profesor McConagal.

b.      Hermione, gadis ‘muggle’ yang pintar. Kepintarannya melebih penyihir berdarah murni sekalipun. Sempat jadi sosok yang menyebalkan untuk Harry dan Ron, tapi gara-gara troll mereka pun bersahabat.

c.      Neville – yang gugup dan penakut, tapi pintar di pelajaran Herbiologi.

d.      Si kembar, Fred dan George Weasley (duh, jadi sedih kalo inget si kembar ini). Mereka ini isengnya bukan main, tapi malah jadi membuat Hogwarts lebih ceria.

e.      Tak ketinggalan Draco Malfoy – si ganteng yang jadi tokoh antagonis. Dari kecil keliatan banget sombongnya.

f.        Profesor Snape yang selalu sinis sama Harry Potter. Yeah, di buku pertama ini, beliau jadi sosok  yang menyebalkan dan ngeselin

g.      Guru-guru yang baik, seperti Profesor McGonagal, Dumbledore

h.      Nyaris beneran pingsan kalo ngebayangin Profesor Quirell yang berbau bawang putih itu (hmm… lebay sih gue)

i.      Tak ketinggalan hantu-hantu dari tiap menara. Mereka ini seolah jadi maskot dari masing-masing menara. O ya, ada Peeves si hantu jail, plus Flich dan si kucing Mrs. Norris.

j.    Voldermort, musuh  besar Harry Potter. Kalo mau dibilang, seri Harry Potter ini adalah masalah pribadinya Harry Potter dengan Voldermort, tapi bikin seluruh dunia penyihir jadi kacau balau. Sosoknya yang dingin, bikin saya merasa berdekatan dengan es. Serius nih… Gak heran, keberadaannya sering bikin kepala Harry  sakit, karena bekas luka di kepalanya itu yang berdenyut-denyut hebat.

k.    Jubah gaib, cermin tarsah, permen kodok, permen yang rasanya macem-macem itu, foto yang bisa bergerak, hutan terlarang, topi seleksi…. Duh, banyak lagi hal-hal gaib dan unik di dalam buku ini.

Aduh, apa lagi ya yang terlewat? Ma’af kalo ada yang ketinggalan.

Di buku pertama ini, tak hanya Harry harus berjuang melawan musuh besarnya, tapi juga pencarian jati diri akan siapakah dia sebenarnya. Identitas yang dirahasiakan oleh Paman Vernon dan Bibi Petunia. Di Hogwarts pun, Harry harus bersikap ‘biasa’ ketika orang memandangnya dengan kagum, mencoba berkenalan dengannya, atau bahkan merasa kasihan. Sementara Harry sendiri tak tahu, kejadian hebat yang membuat dirinya terkenal. Bijaksana bagi Dumbledore untuk menitipkan Harry di keluarga Durdsley, agar dirinya tak jadi sombong.

Harry Potter membuat saya menyukai fantasi. Tanpa perlu berkhayal dengan susah payah, membayangkan seperti apa dunia Harry Potter itu. Gak seperti saat saya membaca Trilogi Lord of The Rings. Ceritanya pun, meskipun serius, tapi tak terasa berat. Adanya para muggle, membuat cerita ini jadi lebih ‘dekat’. Terus, ngelirik kiri-kanan.. hmm… jangan-jangan, di sekitar saya ada penyihir… atau malah berkhayal, pengen jadi ‘wizard’ juga… hehehe…

Kembali ke buku pertama, bikin kangen, pengen nonton dan baca lagi.. lagi dan lagi…

*review edisi nostalgia… hehehe*

Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam:


-    Event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee (bulan pertama: kategori Bildungsroman) 


Friday, January 25, 2013

Bliss' Giveaway: The Winner...

Bliss' Giveaway photo BlissGiveaway_zps7daa35a1.jpg


Terima kasih ya, teman-teman, untuk yang udah ikutan giveaway di blog ini. Komentar kalian sukses membuat saya ‘ngiler’.  Yummy.. semuanya... Tapi, hanya ada satu pemenang yang beruntung, adalah:

Peni Astiti

Selamat buat, mbak Peni :)

Ini nih cerita tentang kue favorit-nya:

red velvet cake! yum!

pertama ngeliat sih ngeri... warnanya merah manyala begitu... karena penasaran, saya coba icip-icip punya temen.


di suapan pertama...


haduuuuh... cheese creamnya so melted in my mouth... menyebar di seluruh penjuru ruangan berdinding gigi itu... sensasinya itu... bikin menggelenyar... cake coklatnya yang berwarna merah itu, lembuuuuuut banget. manisnya pas. berpadu sama si krimcis...


sebetulnya, icip-icip itu kan jatahnya sesuap aja, ya... tapi tanganku nggak sadar menyendok suapan kedua... lagi-lagi saya berasa terbang... kayak di komik, mungkin saya menangis bahagia karena red velvet yang saya cicipi waktu itu... surga banget!


saya nggak sadar menyendok terus, sampai suapan errr.. kelima? seseorang memandangi saya dengan tatapan murka.


ah! dia memutus kesenangan saya! akhirnya saya berhenti menikmati red velvet cake itu.

malu, sih. tapi.... worth it. hahaha....


lalu, waktu saya order sendiri... saya selalu bisa merasakan surga dunia... hahaha....



--- ditunggu giveaway lain di blog ini  ya ---

Wednesday, January 23, 2013

Wishful Wednesday 20




Ini judulnya adalah *iri.com*, saat gue ngeliat Profile Picture-nya Astrid…

Jadi nih, liat cover-nya aja yang nge-jreng udah langsung menarik hati (memang… sebagian besar yang ada di Wishful Wednesday gue ini, dipilih berdasarkan cover.. hehehe…), lalu judulnya yang panjang itu, dan berhubungan dengan ‘buku’ atau ‘toko buku’. Well… gue pun langsung membayangkan bahwa si Mr. Penumbra ini, adalah sosok  yang ‘nyentrik’, mirip-mirip Willy Wonka.


Mari, silahkan disimak sinopsinya:

A gleeful and exhilarating tale of global conspiracy, complex code-breaking, high-tech data visualization, young love, rollicking adventure, and the secret to eternal life—mostly set in a hole-in-the-wall San Francisco bookstore.

The Great Recession has shuffled Clay Jannon out of his life as a San Francisco Web-design drone—and serendipity, sheer curiosity, and the ability to climb a ladder like a monkey has landed him a new gig working the night shift at Mr. Penumbra’s 24-Hour Bookstore. But after just a few days on the job, Clay begins to realize that this store is even more curious than the name suggests. There are only a few customers, but they come in repeatedly and never seem to actually buy anything, instead “checking out” impossibly obscure volumes from strange corners of the store, all according to some elaborate, long-standing arrangement with the gnomic Mr. Penumbra. The store must be a front for something larger, Clay concludes, and soon he’s embarked on a complex analysis of the customers’ behavior and roped his friends into helping to figure out just what’s going on. But once they bring their findings to Mr. Penumbra, it turns out the secrets extend far outside the walls of the bookstore.

With irresistible brio and dazzling intelligence, Robin Sloan has crafted a literary adventure story for the twenty-first century, evoking both the fairy-tale charm of Haruki Murakami and the enthusiastic novel-of-ideas wizardry of Neal Stephenson or a young Umberto Eco, but with a unique and feisty sensibility that’s rare to the world of literary fiction.
Mr. Penumbra’s 24-Hour Bookstore is exactly what it sounds like: an establishment you have to enter and will never want to leave, a modern-day cabinet of wonders ready to give a jolt of energy to every curious reader, no matter the time of day.


Seperti biasa, rules untuk ikutan Wishful Wednesday, adalah:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Theodore Boone #3: The Accused




Theodore Boone #3: The Accused (Sang Tertuduh)
John Grisham @ 2012
Fanny Yuanita (Terj.)
GPU – Desember 2012
(Gunung Agung Senayan City)

Buku ini dibuka dengan sidang lanjutan dari terdakwa pembunuhan, Pete Duffy. (baca buku Theodore Boone #1). Tapi, sidang yang ditunggu-tunggu oleh Theodore Boone ini justru membuatnya kecewa. Karena Pete Duffy menghilang, tak muncul di persidangan. Diduga ia melarikan diri ke luar negeri.

Lepas dari masalah kasus tersebut, Theo sendiri menghadapi masalah lain. Locker-nya di sekolah dibongkar orang, ban sepedanya bolak-balik bocor – terlihat ada yang sengaja menggemboskan ban sepeda Theo itu, kaca di ‘kantor pribadi’nya dilempar batu oleh orang tak dikenal. Tak cukup hanya itu, tiba-tiba saja, Theo dituduh mencuri seperangkat alat telepon genggam dan notebook.  Hah, sebuah tuduhan yang sangat tak masuk akal. Tapi, sebagian teman-temannya di sekolah sudah terlanjur memberi cap sebagai ‘pencuri’.

Sebagai anak ‘baik-baik’ dengan orang tua yang cukup terpandang di kota tempat ia tinggal, Theo tidak terima diperlakukan seperti itu. Ia bertekad untuk menemukan siapa pelaku sebenarnya dan membersihkan namanya dari tuduhan tersebut.

Sebenernya pengen deh cerita panjang lebar tentang buku ini. Tapi, sayangnya, jujur buku ini rada membuat gue kecewa. Dalam benak gue, sudah ‘tertanam’ bahwa Theodore Boone adalah seorang ‘pengacara cilik’, pengacara wanna be. Yang bakal menganalisa sebuah kasus dengan canggih. Tapi, hmm… title yang ‘menjual’ sosok si Theo itu justru nyaris gak muncul di dalam buku ini… Cuma ada dikittt banget. Malahan, si Uncle Ian yang lebih banyak muncul dan sibuk dengan kasus yang dihadapi Theo.

Gue yakin sih, buku ini bakalan ada lanjutannya karena kasus si Pete Duffy masih  menggantung dan ada kecenderungan pengacara Pete Duffy ‘mengincar’ Theo. Semoga aja bakal lebih seru.

Wednesday, January 16, 2013

Wishful Wednesday 19




Saat pertama melihat buku ini di Facebook, gue langsung berkata dalam hati “Harus punya buku ini.” Bukan hanya karena cover-nya yang bagus, tapi juga karena gue memang menyukai tulisan-tulisan Agustinus Wibowo. Buat gue, tulisan Agustinus Wibowo bukan hanya membawa kita ke tempat lain, bukan sekedar tujuan wisata, tapi juga memperkaya ‘batin’ .. *uhuk*. Bahwa ke belahan dunia lain, bukan hanya untuk bersenang-senang, ke tempat yang indah dan nyaman, tapi justru di tempat yang tak nyaman, bisa ditemukan keindahan yang lain (hmmm… silahkan artikan sendiri ya, maksud kalimat gue ini.. hehehe)

Hmmm… rasanya cocok untuk dijadikan Wishful Wednesday kali ini… kali-kali ada yang ngeliat dan bakal jadiin buku ini kado untuk ulang tahun gue… #kode-sekode-kode-nya

Berikut sekilas info dari Fan Page-nya AgustinusWibowo:




Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan (2013)
Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 7 Februari 2013

Jauh. Mengapa setiap orang terobsesi oleh kata itu? Marco Polo melintasi perjalanan panjang dari Venesia hingga negeri Mongol. Para pengelana lautan mengarungi samudra luas. Para pendaki menyabung nyawa menaklukkan puncak.

Juga terpukau pesona kata “jauh”, si musafir menceburkan diri dalam sebuah perjalanan akbar keliling dunia. Menyelundup ke tanah terlarang di Himalaya, mendiami Kashmir yang misterius, hingga menjadi saksi kemelut perang dan pembantaian. Dimulai dari sebuah mimpi, ini adalah perjuangan untuk mencari sebuah makna.

Hingga akhirnya setelah mengelana begitu jauh, si musafir pulang, bersujud di samping ranjang ibunya. Dan justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini terabaikan.

------------
Agustinus telah menarik cakrawala yang jauh pada penulisan perjalanan (travel writing) di Indonesia. Penulisan yang dalam, pengalaman yang luar biasa, membuat tulisan ini seperti buku kehidupan. Titik Nol merupakan cara bertutur yang benar-benar baru dalam travel writing di negeri ini.

—Qaris Tajudin, editor Tempo dan penulis novel.

Seperti biasa, rules untuk ikutan Wishful Wednesday, adalah:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Because of Winn-Dixie




Because of Winn-Dixie (Karena Winn-Dixie)
Kate DiCamilo – 2000
Diniarty Pandia (Terj.)
GPU – Desember 2004
Untuk anak 9 tahun ke atas
(Via bukumoo123)

India Opal Buloni (namanya unik banget) semakin merasa kesepian sejak ia harus pindah ke Naomi, Florida, ke tempat tugas ayahnya yang baru. Ayah India adalah seorang pendeta. India hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Ibu India pergi meninggalkan mereka berdua dan tak pernah ada kabar beritanya lagi.

Karena masih baru, Opal belum punya teman. Suatu hari saat ia pergi ke sebuah toserba, terjadi keributan. Kaleng-kaleng, sayur mayur semua berjatuhan. Penyebabnya adalah seekor anjing yang lusuh. Bulunya botak dan berantakan. Badannya kotor. Tapi, saat melihat anjing itu, seketika Opal langsung jatuh cinta. Langsung saja ia mengakui bahwa anjing itu adalah miliknya. Dan anjing itu diberi nama Winn-Dixie.

Musim panas berubah menjadi menyenangkan berkat Winn-Dixie. Opal memberanikan diri bertanya tentang ibunya kepada ayahnya. Opal dan Winn-Dixie juga berteman dengan beberapa warga di Naomi. Yang lucunya semua orang dewasa. Ada anak sebaya yang ingin berteman dengan Opal, tapi karena mereka selalu mengganggunya, Opal jadi segan berteman dengan mereka.

Ada Otis, si pemilik Toko Binatang Getrude. Opal bekerja di sini, demi bisa membeli kalung untuk Winn-Dixie. Lalu, ada Gloria Dump – perempuan tua yang di’gosip’kan adalah seorang nenek sihir. Rumahnya di dalam hutan, mirip banget sama kisah Hansel and Gretel. Dan, adalagi Amanda Wilkinson, pengunjung setia Perpustakaan Herman W. Block Memorial yang selalu bermuka masam.

Perpustakaan Herman W. Block Memorial ini dimiliki oleh Miss Franny Block. Jangan bayangkan, perpustakaan ini adalah sebuah gedung atau bangunan. Tapi ternyata, ini adalah sebuah rumah mungil yang hangat. Perpustakaan ini adalah hadia ulang tahun untuk Miss Franny Block (ahh.. langsung terbayang betapa nyamannya rumah ini). Saat-saat Opal di perpustakaan, adalah scene favorit saat membaca buku ini. Si Miss Franny Block, nenek lincah dan menyenangkan ini, sering bercerita tentang kisah keluarganya yang juga menakjubkan.


Dengan adanya Winn-Dixie dan juga teman-teman barunya, Opal tak lagi merasa kesepian. Meskipun ia selalu merindukan ibunya, tapi ia tahu ada orang-orang lain yang menyayanginya. Bahkan ayahnya yang kaku berubah menjadi lebih santai.

Akhirnya, saya ‘berhasil’ baca semua novel Kate DiCamillo yang sudah diterjemahkan. Yang jadi ciri khas di karya Kate DiCamillo adalah selalu ada tokoh hewannya, ada tikus, kelinci, gajah, anjing bahkan harimau. Kisah-kisahnya simple, tentang mimpi si tikus yang jadi ksatria berbaju besi, petualangan sebuah boneka kelinci porselen, gajah yang selalu sedih, harimau yang ingin bebas dan anjing yang seolah selalu tersenyum.

Because of Winn-Dixie meraih beberapa penghargaan untuk buku anak-anak antara lain: pemenang Josette Frank Award (2000) ,Honor Books – Newberry Award (2001) dan pemenang Mark Twain Award (2003).


Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee (bulan pertama: kategori Award’s Winner)
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang