Friday, February 22, 2013

A Tale Dark & Grimm




A Tale Dark & Grimm
Adam Gidwitz @ 2010
Khairi Rumantati (Terj.)
Penerbit Atria – Cet. II, Oktober 2011
226 hal.
(Sewa di ReadingWalk)

Gue selalu tertarik untuk membaca novel yang diadaptasi dari dongeng-dongeng yang biasa saya dengar atau baca waktu kecil. Bahwa ending-nya tak selalu happily ever after, atau perjalanan sang tokoh yang tak sekedar naik ke menara yang tinggi lalu menyelamatkan sang putrid. Atau tokoh yang selama ini dikenal baik, justru menyimpan sifat buruk. Ada beberapa buku jenis ini yang pernah gue baca, contohnya The Book of Lost Thing – John Connoly, Sisters Red – Jackson Pearce atau The Sisters Grimm – Michael Buckley.

Nah, di dalam A Tale Dark & Grimm tokoh utama ada Hansel dan Gretel. Di cerita dongeng yang kita kenal, Hansel dan Gretel tersesat di hutan, dan tergiur melihat rumah dari roti bertabur cokelat warna-warni, di mana ternyata sudah menunggu nenek sihir yang konon gemar memakan anak-anak.

Buku ini diawali dengan kakek dari Hansel dan Gretel – raja dari Kerajaan Grimm yang mangkat. Sebelum meninggal ia berpesan kepada pelayannya yang setia untuk membimbing Putera Mahkota yang akan segera menjadi raja. Raja berpesan agar jangan membuka satu kamar yang berisi lukisan putri yang sangat cantik. Karena jika sampai Pangeran melihat lukisan itu, ia akan jatuh cinta dan akan membuat nyawanya terancam.

Tapi, dasar ya, pangeran ini masih muda, masih belum bijaksana, jadi maksa-maksa si pelayan untuk buka kamar itu. Dan inilah awal segala malapetaka….

Ya, singkat kata, si pangeran menikah dengan putri cantik ini dan melahirkan si kembar Hansel dan Gretel. Tapi, ada saja yang harus dikorbankan untuk bisa hidup tenang dan sejahtera.

Hansel dan Gretel kecewa dengan kedua orang tuanya dan memilih untuk kabur. Mulailah petualangan mereka – bertemu dengan nenek sihir di dalam rumah roti, pindah lagi bertemu dengan sepasang suami istri yang mendambakan anak perempuan, berpisah karena Hansel yang ditangkap pemburu, bertemu Iblis dan akhirnya memburu naga demi menyelamatkan Kerajaan Grimm.

Ok, pertama, ini memang gak cocok untuk anak-anak. Terlalu kelam, gelap. Nanti diceritain begini pada takut lagi. Banyak adegan yang mengerikan, seperti adegan potong jari, pemenggalan kepala, pembunuhan… yah, banyak darah deh.

Lalu, kedua, yang rada ngeselin adalah selingan dari narrator di tengah-tengah cerita. Mungkin maksudnya biar rada ‘lucu’ tapi  buat gue ini ngeselin. Gak usah pake selingan-selingan garing begitu kaya’nya lebih pas.

Sekuel dari buku ini adalah In a Glass Grimmly - yang mengadaptasi Jack and the Beanstalk

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang