Tuesday, January 18, 2022

...

 


Suddenly... i miss writing in this Blog 😊

Apa kabar, hai Lemari Bukuku? 4 tahun ya udah dibiarin berdebu.

Baca masih jalan.. meskipun kecepatan baca, gak sebanding dengan tumpukan buku yang menggunung.

Mood booster ... selalu jadi alasan untuk beli buku, biar mood wfh 😆

Ditambah lagi seringnya periplus, gramedia ada program discount yang lumayan di web atau bahkan dijapri sama mas-mas admin-nya peri+. Belum lagi godaan yang ada di instagram. 

semoga yah, kali2 ini jadi awal untuk mulai nulis-nulis lagi di sini.




Wednesday, July 18, 2018

Eleanor Oliphant is Completely Fine



Eleanor Oliphant is Completely Fine

Gail Honeyman
HarperCollinsPublishers AU, 2017
400 hal.

Eleanor Oliphant… kesan pertama adalah.. orang yang kaku, gak punya social life, terpaku dengan rutinitas yang sama setiap hari, aneh, membosankan. Eleanor Oliphant, tinggal seorang diri. Bekerja sebagai akuntan,  mengenakan pakaian dan sepatu dengan model yang sama setiap hari, mencuci gelasnya sendiri, berbicara dengan bahasa yang baku, belanja di tempat yang sama, makan dengan menu yang itu-itu aja, setiap istirahat sendirian, ngerjain teka-teki silang. Acara televisi yang ditontonnya adalah acara dokumenter. Haduh… kurang membosankan apa coba Elanor ini….

Rekan-rekan di kantornya juga sedikit banyak menganggap dia aneh. Sosok yang misterius tapi tetap aja, gak pengen bikin orang penasaran seperti apa sih dia sebenarnya. Bekas luka di wajahnya juga sedikit banyak membuat Eleanor ‘terkucilkan’.

Satu-satunya yang bikin dia semangat adalah sosok seorang vokalis band setempat yang bikin Eleanor jatuh cinta. Dia merasa sang vokalis inilah sosok yang tepat untuk dijadikan pasangan hidup. Mulailah segala acara stalking social media si vokalis ini, bahkan diam-diam mengendap-endap ke apartmentnya, lalu mulailah membayangkan kehidupan indah dan romantic bersama si vokalis band itu.

Hidup Eleanor mulai berubah ketika ia mengenal Raymond, pegawai IT di kantor yang sama dan secara tak sengaja, bersama-sama menyelamatkan hidup seorang pria tua. Meskipun awalnya Eleanor sebal dengan berbagai kebiasaan Raymond, tapi perlahan Eleanor merasakan sebuah kehangatan memiliki teman bicara dan seseorang yang ternyata juga sangat memperhatikan dirinya. Perkenalan dengan orang-orang baru, pengalaman baru, membawa dirinya menjadi sosok Eleanor yang baru dan lebih berani. Eleanor lebih berani membuka diri dan meninggalkan jejak masa lalunya.

Kesan awal tentang Eleanor yang gemes-gemes ngeselin ini, berubah menjadi Eleanor yang bikin pengen gue jadiin temen, yang bisa dijadiin temen curhat. Karena gue yakin, Eleanor ini akan jadi pendengar yang baik, yang bakal bikin loe comfort dan lebih tenang. Pokoknya.. Eleanor bikin ‘ngangenin’.

Buku ini akan membawa loe pelan-pelan mengenal sosok Eleanor. Apa penyebab dia jadi orang yang kaku, seperti apa sebenarnya Ibu yang selalu ‘diajak’ ngobrol setiap minggu sama Eleanor, dan apa yang sebenarnya terjadi sehingga meninggalkan ‘jejak’ di wajah Eleanor. Buku yang awalnya menyenangkan.. tau-tau di tengah mendadak jadi ‘gelap’. Tapi, meskipun begitu, ending-nya bener-bener sesuai sama judulnya. Yes.. she will be fine…

Wednesday, January 31, 2018

Laut Bercerita


Laut Bercerita

Leila S. Chudori
Kepustakaan Populer Gramedia, Oktober 2017
389 hal.

Judul dan cover yang langsung menarik perhatian gue. Dan tentu saja nama Leila S. Chudori. Gue mulai menyukai karya beliau sejak membaca 9 dari Nadira.

Cerita tentang Biru Laut, seorang mahasiswa, aktif dalam organisasi yang dianggap ‘terlarang’ oleh pemerintah ketika itu, ketika Pak Harto masih menjabat sebagai presiden. Bersama teman-temannya, Laut bermimpi ingin mewujudkan Indonesia yang lebih baik, pemerintah yang peduli dengan rakyatnya. Tapi sayang, pemerintah ketika itu tidak bisa menerima kritik dengan baik. Para demonstran dianggap sebagai penentang pemerintah.

Tahun 1998, ketika politik Indonesia memanas, Laut dan teman-temannya jadi incaran karena dianggap pengkhianat. Laut hidup dalam bayang-bayang, mencari sudut yang remang-remang, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, hingga pada akhirnya, Laut disergap di rumah susun tempat ia bersembunyi.

Dengan mata tertutup, tangan terikat, ia dibawa ke sebuah tempat. Berbulan-bulan Laut, dan juga teman-teman yang lain, disekap, diinterogasi, disiksa dengan berbagai cara yang mengerikan dan tak terbayangkan betapa ada manusia yang sedemikian keji. Ada satu titik, di mana gue berhenti membaca, karena gue gak sanggup membayangkan penderitaan yang dialami Laut dan teman-temannya.

Hari demi hari, mereka bertanya-tanya, kapan ini akan berakhir, sampai titik mana mereka semua berhenti.

4 tahun kemudian….. Laut dan beberapa temannya masih belum kembali. Keluarga mereka masih menanti dan berharap, bahwa mereka baik-baik saja, masih hidup di suatu tempat untuk suatu saat kembali bersama keluarga.

Asmara Jati, adik Laut, bersama Anjani, kekasih Laut dan juga, Alex, teman Laut yang akhirnya dibebaskan bergabung dengan Komisi Orang Hilang, mencoba mencari jejak mereka yang hilang.

Buku ini bercerita tentang seorang aktifis yang berjuang, rela berjauhan dari keluarga demi memperjuangkan cita-citanya, tentang keluarga yang kehilangan, yang sesekali hidup dalam ‘denial’, tentang bagaimana para korban yang sempat tertangkap dan dibebaskan bergulat dengan trauma berkepanjangan.

Bolehlah siap-siap tissue… bukan adegan romantis yang bikin baper yang akan bikin loe sedih, tapi bagaimana seorang kakak menitipkan pesan rahasia pada sang adik, bagaimana orang tua yang hidup dalam ‘kepompong’, bercengkerama dalam ilusi yang mereka ciptakan. Banyak bagian-bagian yang bikin emosi jadi ‘teraduk-aduk’….  Mulai dari awal buku ini sampai akhir…

Tahun 1998,  waktu itu gue masih kuliah.. sekali ikut demo di dalam kampus… abis itu gak boleh lagi sama ortu gue… dan.. gue berterima kasih kepada orang-orang seperti Biru Laut yang membuat gue bisa membaca karya Pramoedya Ananta Toer.

Gue suka bagaimana sosok Biru Laut diceritakan – bukan yang sosok yang terlalu idealis dengan pidato yang berapi-api, tapi mampu ‘membius’,  sosok yang juga jahil dan kakak yang protektif. Dan gue suka bagaimana ending untuk Biru Laut diciptakan., meskipun sedih, tapi begitulah rasanya Laut harus berakhir… kalo gak bakal jadi rada klise.. (eh.. ini menurut gue lohhhh)

Monday, September 18, 2017

Lockwood & Co. #4: Creeping Shadow


Lockwood & Co. #4: Creeping Shadow (Bayangan Mengendap)

Jonathan Stroud @ 2016
Poppy D. Chusfani (Terj.)
GPU – 2017
496 Hal.

Selepas dari agensi Lockwood & Co., Lucy Carlyle memilih untuk menjadi tenaga lepas. Dengan kemampuan Daya Dengar yang langka, tak kesulitan bagi Lucy untuk mendapatkan tawaran pekerjaan. Meskipun begitu, terkadang ia merindukan teman-teman lamanya, tapi yah, ia lebih memilih untuk memantau mereka dari berita-berita di koran dan tinggal di apartemen sempit bersama si tengkorak dalam toples. Meskipun sangat ngeselin, tapi Tengkorak ini juga banyak membantu Lucy dalam pekerjaannya.

Suatu hari, Lucy dikagetkan dengan kedatangan Lockwood di apartemennya. Ternyata Lockwood meminta bantuan Lucy dalam sebuat kasus yang juga melibatkan agensi ternama, yaitu Fittes. Demi hubungan professional (dan juga karena kangen sih….), Lucy menerima tawaran Lockwood.

Oleh Agensi Fittes, Lockwood & Co diminta bantuan untuk mengatasi kanibal yang bangkit dari kematian. Ternyata kerjasama Lockwood dan Lucy tidak berakhir di sini. Ada yang mengincar tengkorak dalam toples juga, dan mencurinya dari Lucy. Tak hanya itu, keselamatan Lucy juga terancam. Maka, Lockwood menawarkan perlindungan demi keamanan Lucy, dan sebagai balasannya, Lucy juga menerima ajakan Lockwood untuk menangani sebuah kasus di mana wabah hantu tiba-tiba mengepung sebuah desa dan menyebabkan teror bagi penduduk desa.

Tiba-tiba saja, kasus ini tak hanya sebagai kasus perburuan hantu, tapi juga melibatkan agensi besar lainnya dan juga perdagangan artefak gelap. Mereka tak hanya berususan dengan makhluk halus, tapi juga harus menghadapi manusia-manusia yang berbahaya.

Di tengah-tengah ‘pertempuran’, sesekali tercipta ‘awkward moment’ di antara Lockwood dan Lucy. Tak hanya itu saja, ketegangan antara Lucy dan Holly juga mencair, tercipta pengertian di antara mereka berdua.

Selain itu, tambahan anggota baru yang tak diduga, yaitu Quill Kipps, mantan agen Fittes, yang seiring dengan bertambahnya usia, maka kemampuannya untuk melihat hantu juga berkurang bahkan menghilang. Ia kini hanya bertugas sebagai pengamat. Dan tak disangka-sangka, sebagai mantan saingan, dan meskipun tetap saling ejek, Kipss mampu bekerja sama dengan tim Lockwood.

Tapi ya, apa yang ditampilkan di cover tidaklah ‘semengerikan’ cerita utama dalam buku ini. Malah membuat sedikit kecewa karena campur tangan orang-orang yang tak bertanggung jawab. Lebih mirip seperti operasi militer dalam bentuk ‘hantu’.  Gue lebih merinding dengan kasus pertama di buku ini, tentang hantu perempuan atau kasus kanibal Earling.

Tapi jangan khawatir, buku ini tetap seru dan membuat gue nyaris gak bisa berhenti sampai selesai. Ada rasa sedih .. karena konon kabarnya, buku kelima akan jadi buku terakhir dari kisah Lockwood & Co. Apakah ramalan Pemuda Berongga (di buku ketiga) akan jadi kenyataan? L




Submitted for: Fantasy Fiction

Wednesday, September 13, 2017

Yawning is Delicious


Yawning is Delicious
Kang Ji Yong
Putu Primana Adnyana (Terj.)
Penerbit Haru – Juni 2017
336 Hal.

Salahkan Goblin dan Oppa Gong Yoo, sampai akhirnya gue beli buku ini. Masih baper, gue pun nyari-nyari buku berbau Korea di Gramedia.Karena gue kurang suka romance Korea dalam bentuk buku, gue nyari yang rada-rada misteri, ketemulah buku ini.

Melihat judulnya, buat lucu menurut gue. Tapi, gak dengan ceritanya. Rada-rada ‘creepy’ malah. Buku ini bercerita tentang ‘pertukaran tubuh’.

Lee Kyeong, seorang remaja, bertubuh gemuk dan pendek. Kehidupan sehari-hari kondisinya kurang bagus. Terlilit hutang karena ulah ayahnya, sementara sang ayah sendiri ada di sanatorium. Ia bekerja sebagai tenaga magang di perusahaan kebersihan khusus. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa yang membersihkan tempat-tempat perkara pembunuhan.

Da Woon, seorang gadis canti dan kaya raya. Tapi hidupnya juga tidak bahagia, ia diatur oleh ibunya yang ambisius. Masa lalunya juga tak ‘secantik’ dan seindah kehidupannya saat ini.

Ketika mereka tertidur, satu sama lain ‘terperangkap’ dan bertukar dalam mimpi. Anehnya, apa yang dilihat Lee Kyeong adalah kejadian di masa lampau dan apa yang dilihat Da Woon adalah kejadian di masa depan.

Lee Kyeong menyadari hal ini ketika ia sedang membersihkan apartemen yang ia sadari pernah ia lihat di dalam mimpi.

Awalnya, Lee Kyeong merasa ia harus menyelamatkan Da Woon. Tapi ketika cerita berjalan, banyak hal yang mengejutkan. Yang ada malah mereka berusaha saling menguasai. Ending-nya sendiri cukup mengejutkan.

Okelah, sinopsis cerita sudah menarik perhatian gue, ending-nya juga oke, tapi lama-lama gue suka kehilangan arah, alurnya agak membingungkan, dan makin akhir, koq malah makin banyak tokoh jahat dan sadis. Gue malah jadi pusing sendiri dan ikutan ngantuk. Sepanjang cerita maunya dibuat terus tegang, tapi yang ada malah bingung. Mungkin aku pusing, membayangkan tokohnya  kali-kali ada yang seganteng Grim Reaper …




Submitted for: Asian Literature

Friday, May 26, 2017

Book Scavenger


Book Scavenger
Square Fish (2015)
350 hal.

Ketika Emily dan keluarganya pindah ke San Fransisco, Emily super semangat. Karena di sinilah Garrison Griswold, pencipta permainan Book Scavenger berasal. Karena pekerjaan orang tua Emily yang ‘unik’, Emily terpaksa harus hidup berpindah-pindah tempat. Orang tua Emily bertekad untuk tinggal di 50 negara bagian di Amerika Serikat. Mereka mencatat dan menyimpan cerita perjalanan mereka dalam blog dan sedang dalam penjajakan untuk menerbitkan sebuah buku.

Awalnya sih mungkin asyik ya, bisa berkunjung ke tempat-tempat yang baru. Tapi, efeknya, Emily jadi gak punya teman akrab. Emily cenderung untuk ‘menenggelamkan’ dirinya ke dalam buku. Dan Book Scavenger adalah salah satu yang membuat ia bersemangat. Book Scavenger, adalah permainan berburu buku, di mana para pemain bisa menyembunyikan buku atau mencari buku dengan mengikuti petunjuk dan teka teki yang ada. Ada level-level tertentu dalam permainan ini.

Garrison Griswold, si pencipta Book Scavenger sendiri, adalah sosok yang unik dan ‘nyentrik’. Sebetulnya, para penggemar Book Scavenger sedang menunggu teka-teki terbaru dari Mr. Griswold ini, di mana ada sebuah buku berharga yang berhubungan dengan hadiah utama dalam permainan Book Scavenger. Tapi, dalam perjalanan menuju sebuah stasiun radio, di mana Mr. Griswold akan membuat pengumuman penting, ia mengalami cedera yang serius karena diserang oleh dua orang perampok yang mengincar buku berharga itu.

Emily dan teman barunya, James, dibantu juga oleh Matthew, kakak Emily, berusaha memecahkan teka-teki berdasarkan petunjuk Mr. Griswold, yang membawa mereka ke dalam petualangan seru, dan mereka juga harus berhati-hati terhadap sekelompok orang yang mengincar buku berharga itu.

’I love it .. I love it … I love it…!!!’ From the very beginning until the end of the story …. Gabungan antara Mr. Lemoncello sama Willy Wonka … Ini seru banget … seandainya mungkin di Indonesia, ada permainan kaya’ gini juga. Tapi ya, ngeri aja gitu, kalo tiba-tiba, buku kita ditemuin sama orang yang gak terlalu suka buku, terus buku itu diperlakukan dengan tidak sepatutnya.

Dan yang pasti, dari buku yang bertema buku, pastinya banyak referensi buku-buku menarik. Selain itu, buku, teka-teki plus petualangan yang seru jadi buku ini makin menarik. Apalagi ya itu pas Emily sama James bikin tebak-tebakan pake simbol-simbol, dan ternyata Matthew sendiri yang terlihat cuek dan awalnya ogah-ogahan, tapi ternyata memberikan bantuan yang gak diduga.




Submitted for: Children Literature

Friday, May 19, 2017

Scheduled Suicide Note


Scheduled Suicide Note
Akiyoshi Rikako
Penerbit Haru - 2017

Sejak ayah Ruri menikah lagi, iya yakin ibu tirinya itu punya niat yang tidak baik. Kecewa terhadap ayah tirinya yang seolah mencari pengganti ibunya. Sementara ibu tiriya di mata Ruri, juga terlihat ingin ‘menguasai’ usaha ayah Ruri.Ayah Ruri adalah chef ternama di Jepang, ia memiliki restoran yang unik, di mana semua – interior, menu, disusun berdasarkan feng shui.

Ketika ayah Ruri meninggal, Ruri yakin pasti ibu tirinya yang membunuh ayah Ruri. Maka ia bertekad untuk membuktikan bahwa ibu tirinya itu bersalah. Pergilah Ruri ke sebuah desa kecil, dengan perencanaan yang matang, ia sudah mantap untuk mengakhiri hidupnya. Ruri meninggalkan catatan yang detail mengenai kecurigaannya tersebut. Hatinya lebih tenang karena sesudah ia meninggal nanti, ia akan bertemu kembali dengan ayah dan ibunya.

Tapi ketika saat Ruri sedang bersiap untuk melaksanakan niatnya tersebut, ia malah terjatuh dan bertemu dengan sosok hantu anak laki-laki, yang memprotes tindakan Ruri tersebut. Pada akhirnya, mereka berdua membuat kesepakatan. Hantu anak laki-laki itu akan membantu Ruri membongkar kedok ibu tiri Ruri. Dan jika dalam waktu 7 hari, Ruri tidak menemukan bukti apa pun, maka Ruri boleh melakukan niat awalnya itu.

Cover yang kelam ini seolah ingin mendukung judul buku yang juga gak kalah seramnya, ditambah lagi dengan sinopsis yang membawa-bawa sosok hantu. Gue udah bersiap-siap untuk merinding, karena gue gak terlalu suka cerita-cerita hantu, tapi gue malah nekat milih buku ini. Berharap ada kejutan-kejutan yang bikin emosi gue teraduk-aduk, berharap ada ketegangan yang makin menambah rasa penasaran gue.

Tapi siapa sangka buku ini tak segelap penampilannya, malah jujur gue jadi sedikit ‘kecewa’. Sejak awal gue malah rada terganggu dengan Ruri yang kaya’nya koq gampang banget ambil kesimpulan buruk tentang ibu tirinya, tapi gimana sosok ibu tirinya ini digambarkan, sedikit banyak memang berhasil menggiring gue untuk ikut sebal dan langsung ikut berprasangka buruk.

Yang menarik dari buku ini adalah betapa mudahnya seorang anak remaja memutuskan untuk bunuh diri. Seperti si hantu anak laki-laki dalam buku ini, karena depresi, stress, tekanan orang tua, membuat dia gak tahan dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sedikit banyak

Dan novel yang penuh makanan juga termasuk novel yang langsung ‘menggugah’ selera gue ,begitu baca , gue berasa pengen langsung menuju Marugame dan pesan semangkuk udon.





Submitted for: Buku Penulis 5 Benua

Little Paris Bookshop


Little Paris Bookshop (Toko Buku Kecil di Paris)
GPU – 2017
440 hal.

Jean Perdu hidup dalam kesendirian, merenungi kekasihnya yang pergi meninggalkan dia. Segala kemarahan diredamnya sendiri, tapi tanpa pernah mau tau apa alasan Manon yang sebenarnya. Ia juga tak mau menjalin hubungan dengan perempuan lain. Rutinitasnya adalah menjadi penjual buku di toko buku apung di Sungai Seine, mengotak-atik puzzle (yang akan dibongkarnya kembali lalu disusun lagi), dan juga olahraga.

Suatu hari, ada seorang perempuan, penyewa apartemen, yang menjadi tetangga Jean Perdu. Oleh induk semangnya, Jean Perdu diminta membatu perempuan yang tampaknya sedang dalam kesusahan. Dan tanpa disangka, Jean Perdu kembali dihantui oleh masa lalunya, karena sepucuk surat peninggalan kekasihnya itu. Setelah sekian lama, ia bertahan untuk tidak membaca surat itu, tiba-tiba ia tergoda. Dan apa yang ia temui sungguh mengejutkan. Hingga ia akhirnya nekat meninggalkan Sungai Seine, kemudian dengan toko buku apungnya itu, ia berlayar menuju Perancis Selatan.

Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh Max Jordan, penulis buku yang sedang mengalami ‘writer’s block’, dan juga seorang chef yang juga sedang galau.

Seperti biasa, novel-novel yang di dalamnya berlatar buku, perpustakaan, toko buku, penulis dan lain-lain selalu menarik perhatian gue. Tak terkecuali yang ini, apalagi dengan setting tempatnya di Perancis.

Tapi ternyata, buku ini sedikit membuat gue kecewa.  Tokohnya padahal udah dewasa, tapi menurut gue, kenapa begitu kekanakan?

Gue gak suka dengan tokoh Jean Perdu, pemurung dan menurut gue rada egois. Andaikan dia gak seegois itu, mungkin kisah cinta dia akan berbeda. Max malah jadi favorit gue, keceriaan dan optimisme-nya membuat buku ini jadi lebih hidup. Males gitu kalau buku ‘cantik’ ini jadi suram karena tokohnya yang bermuram durja terus.

Yang bikin gue menyukai buku ini, pertama tentu saja karena toko buku apungnya Jean Perdu. Pengen gitu main-main ke sana, duduk di sofa empuknya, milih-milh buku, sambil sesekali ngeliat menara Eiffel.  Selain itu, perjalanan Jean Perdu menyusuri sungai di Perancis, membuat gue melihat Perancis dengan lebih sederhana, bukan dengan gemerlapnya kota Paris.





Submitted for: Contemporary Romance
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang