Thursday, January 30, 2014

Nancy Drew on Campus #9 - Broken Promises



Nancy Drew on Campus #9: Broken Promises

Archway Paperback, May 1996
182 Hal.

Nancy Drew sedang sibuk dengan persiapan sebuah acara di kampusnya. Tapi meski begitu, kesempatan ini dipergunakan untuk lebih mengenal lebih jauh pacar barunya – Jake.

Sementara itu, teman-temannya yang lain, Bess tetap asyik dengan party-party-nya, sampai-sampai teman sekamarnya, Leslie, merasa Bess kurang serius dengan kuliahnya. Tidak seperti Bess, Leslie memang sangat serius, tanpa hari tanpa belajar. Maka ketika ia merasa kesulitan dengan pelajara kalkulus, bantuan dari Profesor Davis untuk belajar secara pribadi di kediaman Profesor Davis tidak ditolaknya, meskipun sempat terbersit rasa tak nyaman datang ke kediaman Profesor tersebut.

Dan benar saja, Profesor Davis punya niat tak baik. Karena Leslie berani menolak dan melawannya, maka Profesor Davis memberinya nilai buruk, suatu hal yang sangat membuat Leslie terpukul.

Tak berapa lama kemudian, Profesor Davis ditemukan tewas di rumahnya. Leslie menjadi tersangka utama. Tapi, insting Nancy Drew yakin bahwa Leslie tak  bersalah. Maka Nancy pun bertekad menemukan siapa pelaku yang sebenarnya.

Hmm… perkenalan pertama gue ini bisa dibilang sedikit mengecewakan. Yah, gue berharap misterinya lebih  banyak gitu, tapi yang ada di buku ini, lebih banyak masalah romance-nya. Misalnya, Nancy yang lagi pdkt sama Jake, atau Ginny – gadis keturunan Cina, yang bingung gimana memperkenalkan Ray, pacarnya yang pemusik, tato-an, pake anting – ke keluarganya yang jelas-jelas ‘menuntut’ Ginny untuk mencari pasangan sesama keturunan Cina.

Buku ini terbitan tahun 1996, hehehe.. gaya penulisan untuk menggambarkan gaya pacarannya masih terbilang sopan. Coba deh bandingin dengan buku-buku young adult sekarang. Pasti bakalan lada yang ebih dari adegan ‘kissing’.


Submitted for:





And the Mountains Echoed


And the Mountains Echoed (Dan Gunung-Gunung pun Bergema)

Berliani M. Nugrahani (Terj.)
Qonita – Cet. I, Juli 2013
516 hal.

Kulihat peri kecil muram
Di keteduhan pohon kertas
Kumengenal peri kecil muram
Yang tertiup angin suatu malam

Ini adalah jenis buku yang bikin bingung gimana mau nulis review-nya. Gak mungkin gue cuma bilang, buku ini bagus, siapin tissue, buat jaga-jaga kalo tiba-tiba mewek pas lagi baca. Tapi, seperti biasa - setelah The Kite Runner dan A Thousand Splendid Suns – And the Mountains Echoed juga sebuah buku yang indah dan menguras emosi. Meskipun kadar air mata yang keluar gak sederas ketika membaca dua buku sebelumnya.

Perpisahan Abdullah dan Pari baru awal cerita ini, awal penyesalan dari seorang laki-laki bernama Nabi. Tak hanya itu, ada rasa kesepian Suleiman Wahdati dengan cintanya yang terpendam, kehidupan Nina Wahdati dengan rasa kesendiriannya di balik gaya hidupnya yang glamour, cerita Markos, seorang dokter yang menjadi penghubung antara Abdullah dan Pari, kesengsaraan Iqbal, adik tiri Abdullah, yang digambarkan dari cerita-cerita Gholam, rasa sayang bercampur iri dalam diri Parwana terhadap adiknya, atau rasa bersalah Idris, dokter dari Kabul yang bermukim di Afganishtan, keinginannya untuk membantu para penduduk Kabul terkubur di balik rutinitas dan kesibukannya sehari-hari.

Buku ini jadi bagaikan kumpulan cerpen, tapi tetap memberi sebuah kesatuan yang utuh dari awal sampai akhir. Meskipun fokusnya adalah pada Abdullah dan Pari, tapi gak melulu mereka yang jadi tokoh utama. Malah, Abdullah seakan tenggelam di tengah cerita. Sempat terpikir, ini ngapain ya, semua orang diceritain sampai detail? Jadinya gimana urusan Abdullah dan Pari? Tapi, lewat semua tokoh itu, kita dibuat ‘mengerti’ akan peranan mereka dalam kehidupan Abdullah dan Pari selanjutnya. Ada latar belakang, mengapa mereka datang ke Kabul atau pergi dari Kabul. Berkelilinglah kita ke Kabul yang berdebu, Paris yang kaya’nya jadi suram, Yunani yang eksotis dan atau ke San Fransisco untuk mencari kebab. Sebagai pembaca gue salut dan kagum dengan Khaled Hoseini yang bisa membuat pembaca ikut menangis tanpa harus mendramatisir penderitaan tokoh utama.

Para tokoh tercerai-berai, ada yang memang ingin melarikan diri dari kakunya kehidupan rumah tangga, ada yang juga melarikan diri dari kacau Afghanistan karena perang, atau bahkan ada yang sengaja datang ke Kabul dengan tujuan yang berbeda. Seorang anak bahkan mempertanyakan arti kepahlawanan ayahnya, ketika ia tahu ternyata ayahnya menyebabkan penderitaan bagi orang lain, sedangkan di sisi lain, ayahnya dipuja-puji.

Membaca buku ini, bagaikan sebuah perjalanan panjang, atau menyusun sebuah puzzle, mencari kepingan yang hilang dalam sejarah hidup seseorang. Betapa sebuah keluarga itu penting, selalu ada kesempatan kedua untuk memperbaiki segala sesuatunya dan yang penting selalu ada kata ma’af… karena itu sih yang bikin hati jadi damai dan tenang…


And the Secret Santa is…..:

  
Dan sekarang adalah saatnya menungkapkan siapa sosok si Secret Santai itu. Berdasarkan petunjuk yang gue peroleh:

1. Resi pengiriman dengan kode DPS ‘tersangkanya’ ada 3 orang: Mia, Ndari atau Asrina

2. Tulisan di label pengiriman, tampak sangat kenal dengan tulisan itu. Hehehe.. soalnya hampir tiap bulan ada paket dengan tulisan tangan itu.

3. Sebuah souvenir cantik dengan quote yang sangat dikenal dari sebuah blog.

Jadi, dengan penuh keyakinan, gue menebak, (Secret) Santa gue adalah ….

 
Bener gak ya?? Hayooo.. mengakulah, Santa… Tapi anyway, terima kasih untuk buku yang dipilihkan untukku … karena ternyata kamu gak salah pilih… thank you.. thank you.. thank you…



Submitted for:


Baca Bareng BBI – Januari 2014 - tema: buku dari Secret Santa




Wednesday, January 29, 2014

Wishful Wednesday 56




Ternyata, gue baru sekali ikutan WW di tahun 2014 ini… maklum deh… as usual, karena kerjaan… tapi, biar hari Rabu yang mendung ini jadi lebih ceria, gue mau menambah panjang daftar wishlist gue.

Minggu lalu, mbak Maria Hobby Buku, lagi-lagi kirim BM yang isinya update buku-buku terbaru… aduh.. duh.. duh.. dilema nih, antara mau PO atau berhemat. Dan… oopsss… whatsapp menjawab pertanyaanku… karena batere BB sekarat, tiba-tiba matilah dia, dan begitu gue nyalain, message dari Mbak Maria udah ilang.. hehehe… jadi hilang pulang dilema gue… (dan dudulnya… gue justru lupa-lupa inget… apa iya buku ini ada di daftar PO-nya mbak Maria.. hehehehe)

Tapi, ya sudahlah, tetap buku ini masuk ke dalam daftar, mari simak dulu sinopsisnya:


 “Now, for those of you who know anything about blind children, you are aware that they make the very best thieves. As you can well imagine, blind children have incredible senses of smell, and they can tell what lies behind a locked door—be it fine cloth, gold, or peanut brittle—at fifty paces. Moreover, their fingers are so small and nimble that they can slip right through keyholes, and their ears so keen that they can hear the faint clicks and clacks of every moving part inside even the most complicated lock. Of course, the age of great thievery has long since passed; today there are few child-thieves left, blind or otherwise.

At one time, however, the world was simply thick with them. This is the story of the greatest thief who ever lived. His name, as you’ve probably guessed, is Peter Nimble.”


Silahkan lihat rules di bawah ini untuk ikutan Wishful Wednesday ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Will Grayson, Will Grayson



Will Grayson, Will Grayson

Speak, 2011
310 hal.

Will Grayson: berteman dengan Tiny Cooper – cowok yang tidak malu-malu ‘memplokamirkan’ dirinya sebagai gay, sempat membuat Will dijauhi oleh teman-teman satu sekolahnya yang lain gara-gara hal ini. Tapi, Will sendiri cowok normal, beda dengan Tiny – yang meskipun namanya Tiny, postur tubuhnya tidaklah ‘seimut’ namanya. Tiny Cooper adalah remaja yang ceria dan super pe-de, rasanya dunia Tiny selalu berwarna.

will grayson: cowok gay, tidak terlalu populer di sekolah, punya teman di dunia maya bernama Isaac. Suatu hari, mereka berencana ‘kopi darat’.

Dalam sesi yang seharusnya jadi kopi darat itulah, kedua Will Grayson bertemu di sebuah porn stor.  Will Grayson ada di sana karena gak tau mau ke mana lagi sembari menunggu Tiny dan Jane nonton sebuah konser, sementara will grayson, ada di sana karena di tempat itulah Isaac berjanji akan menemuinya. Well.. malam itu jadi malam yang sangat menyebalkan untuk mereka berdua.

Tiny Cooper membuat hidup kedua Will Grayson berubah. Sebagai seorang sahabat  bagi Will Grayson dan juga seorang ‘kekasih’ bagi will grayson.

Unik… itu menurut gue ketika gue selesai membaca buku ini. 3 tokoh utama dengan karakter yang berbeda, tapi mempunyai inti yang sama  - yaitu pencarian jati diri seorang remaja, yang menuntut pengakuan dan penghargaan dari dunia luar. Dua penulis yang berkolaborasi, dengan gayanya masing-masing, tapi berhasil membuat suatu novel yang utuh.

Cara penulisan Will Grayson bagian John Green dengan bagian David Levithan juga dibedakan. Bagian John Green, nama ditulis dengan huruf besar – Will Grayson, penulisan juga normal. Sementara bagian David Levithan, ditulis dengan huruf kecil – will grayson, menurut gue, semakin menunjukkan karakter dari will grayson, yang agak kurang pe-de, lebih suka ‘bersembunyi’ di dunia maya, dan juga rada tertutup.

Awalnya, gue sempat nyaris putus asa baca buku ini, sedikit flat di bagian awal, gue nyaris sebal dengan Tiny Cooper yang ‘mendominasi’ bagian Will Grayson. Sehingga, Will Grayson tertutup di balik Tiny Cooper yang besar itu. Dan… astaga… gue jadi membayangkan Tiny Cooper seperti Ivan Gunawan… yang semakin lama, gue semakin gak rela dengan bayangan gue itu. Tapi, ke belakang, Tiny Cooper berhasil menarik simpati gue… dengan curhatnya ke will grayson di ayunan… ooo… ternyata hidupnya gak seindah dan seceria sikap yang selama ini ditampilkan.

Tokoh-tokoh dalam novel ini sederhana, seperti tokoh yang dekat dan mungkin ada di antara teman-teman kita (atau mungkin mirip dengan gue sendiri), Willl dan will, mereka berdua gak mau dunia tahu permasalahan mereka, mereka tertutup, beda dengan Tiny yang sampai bikin drama musikal tentang kehidupan pribadinya. Ada ups and downs dalam hubungan persahabatan dan juga percintaannya. Ada juga cerita tentang keluarga Will dan will, dan juga bagaimana Tiny yang terbuka dengan pilihan kehidupan seksualnya.

Bintang di goodreads cukup tinggi, rata-rata kasih bintang 4 – 5 untuk Will Grayson, Will Grayson. Tapi, kenapa akhirnya gue pun ikut ‘tergerak’ membaca buku ini, tak lain karena, pertama, gue ‘terpengaruh’ sama beberapa tweet dari Ika Natassa atau Amrazing, yang bilang It’s a must read. Apalagi, dalam program LitBox, buku ini jadi salah satu pilihan Ika Natassa. Dan ternyata, di buku ini bertaburan quote-quote keren dan ‘menyentuh’ hati…

Endingnya sih manis…. Tapi… hmmm.. kenapa ada adegan yang rada-rada sinetron sih… :D, tapi… so far… buku ini masuk sebagai buku favorit gue…

Will Grayson… will grayson … Tiny Cooper …. I appreciate you


Submitted for:





Monday, January 27, 2014

The Jungle Book



The Jungle Book

Rudyard Kipling
Anggun Prameswari (Terj.)
Penerbit Atria – Cet. 1, September 2011
239 Hal.

The Jungle Book – identik dengan cerita seorang anak laki-laki bernama Mowgli yang diasuh oleh keluarga serigala. Mowgli ini nyaris dimangsa oleh Shere Khan, si harimau pincang. Tapi, dengan jaminan yang diberikan oleh Bagheera, harimau kumbang dan Baloo, beruang hitam, maka Akela, sang pemimpin serigala pun mengijinkan Mowgli dirawat oleh Mama dan Papa Serigala. Meski demikian, Sharee Khan tidak pernah berhenti untuk memburu Mowgli.

Baloo dan Bagheera mengajarkan Mowgli bagaimana bertahan hidup di dalam Rimba, agar selalu waspada dan tidak mudah terpengaruh. Bahkan Mogwli pun juga harus waspada terhadap kawanan kera, yang lucu tapi iseng dan terkadang licik. Untuk ada Kaa, ular piton yang baik hati, tapi ditakuti para monyet.

“Kita ini satu darah, kau dan aku,” jawab Mowgli. “Aku berutang nyawa padamu, malam ini. Buruanku akan menjadi buruanmu jika kau lapar, wahai Kaa.”

Meskipun ada saatnya Mowgli bergaul dengan para manusia, ia justru merasa tidak betah. Dan memilih kembali kepada keluarganya di hutan, meski harus melewati sebuah ‘pertarungan’ dengan Sharee Khan.

Ternyata The Jungle Book ini bukan semata kisah tentang Mowgli dan keluarganya di hutan, tapi juga ada puisi-puisi dan cerita pendek lainnya – seperti kisah Kotick, si Anjing Laut Putih, yang mencoba menyelamatkan teman-temannya dari manusia yang suka menguliti para anjing laut dengan mencari pulau baru sebagai tempat tinggal, yang jauh dari tempat manusia.

Lalu, ada cerita Rikki-Tikki-Tavi, tentang seekor mongoose, yang melindungi tuannya, keluarga manusia. Dan ditutup dengan cerita Toomai, sang Penakluk Gajah.

Cerita-cerita sederhana dalam buku ini yang disajikan lewat narasi para binatang, di mana di dalamnya terdapat banyak pesan moral, misalnya tentang persahabatan, pelajaran untuk tidak serakah, tentang bagaimana bertahan hidup – tak hanya di dalam hutan, tapi juga berlaku juga di dalam kehidupan manusia, di mana harus saling menghormati dan menghargai.

Karena nonton film-nya dulu baru baca bukunya, jadinya sedikit terpengaruh dengan penggambaran yang dibuat oleh Disney.


Submitted for:

Baca Bareng BBI – Januari 2014 - tema: Fabel



Friday, January 24, 2014

Wonderstruck



Wonderstruck

Macalais Fransisca (Terj.)
Mizan Fantasi – Cet. I, December 2013
646 Hal.

Karena suka banget sama The Invention of Hugo Cabret, maka ketika melihat terjemahan buku ini ada di toko buku, tanpa berpikir panjang lebar, gue pun langsung membelinya.

Dan bener aja… gue kembali ‘terpukau’ dengan cerita dan ilustrasinya yang keren. ditambah dengan detail-detail tentang museum, perpustakaan, bahasa isyarat, tentang perbintangan.  Belum lagi detail tentang pakaian dan suasanan di dalam dua kurun waktu yang berbeda.

Padahal, antara narasi dan ilustrasi, di dua bagian pertama mungkin bakal bikin bingung karena gak nyambung, tapi dua-duanya menceritakan kisah tersendiri, yang pada akhirnya akan memecahkan rahasia di bagian ketiga.

Intinya, berkisah tentang dua anak di dalam dua periode yang berbeda – Ben, di tahun 1977, tinggal di Gunflint Lake, Minnesota dan Rose di tahun 1927, ada di kota Hoboken, New Jersey. Keduanya sama-sama bermasalah dengan pendengaran.

Bagian Ben diceritakan dalam bentuk narasi, tentang seorang anak yang mencari jejak ayah kandungnya lewat sebuah buku berjudul ‘Wonderstruck’ yang ia temukan di kamar mendiang ibunya.

Sedangkan bagian Rose, diceritakan dalam bentuk ilustrasi. Di sini nih yang menurut gue sangat keren, karena tanpa kata-kata, keseluruhan ilustrasi mampu bercerita tentang apa yang dialami oleh Rose. Mimik wajah Rose yang digambarkan begitu jelas, plus detail-detail lain, yang kembali membuat gue seolah lagi nonton film.

Semua bagian bisa membuat gue ikut merasakan rasa sedih dan kesepian Ben karena kehilangan seorang ibu. Tapi menurut gue, Ben adalah anak yang berani, dengan kekurangan yang dideritanya tak menyurutkan semangatnya. Sementara, Rose juga meninggalkan kesan sebagai anak yang sedih karena ditolak ibunya, anak yang ‘terkurung’ karena menurut orang tuanya, amat berbahaya bagi Rose untuk ‘berkeliaran’ di luar rumah.

Dalam menulis cerita ini, Brian Selznick terinpirasi oleh cerita From the Mixed up Files of Mrs. Basil E. Frankweiler, karya E.L. Koningsburg.

Ah ya sudahlah, gue gak perlu berkomentar apa-apa lagi deh, pokoknya baca dan nikmati aja buku ini.

Satu hal yang sedikit mengganggu di dalam buku ini, adalah kalimat dalam lembaran kertas yang terpotong di tengah halaman, terkadang pas kita baca jadi rada aneh karena ‘sambungan’ yang gak lurus.

Penghargaan yang diterima untuk buku ini adalah:


Submitted for:


Tuesday, January 21, 2014

Lost Man’s Lane



 

Lost Man’s Lane: A Second Episode in the Life of Amelia Butterworth

(Lost Man’s Lane: Rumah Tua, Kereta Hantu dan Jalan Penuh Misteri)

Anna Katherine Green
Selviya Hanna (Terj.)
Visi Media – Juli 2013
380 Hal.

Kembali Miss Amelia Butterworth diminta bantuan oleh Mr. Gryce dari kepolisian. Kali ini kasusnya menyangkut misteri lenyapnya beberapa orang di ujung jalan di sebuah desa yang terpencil. Untuk melakukan penyelidikan tersebut, Miss Butterworth harus meninggalkan kenyaman kehidupannya di kota New York dan pergi ke kota X. Kebetulan di Kota X itu juga tempat kawan lama Miss Butterworth, mendiang Althea Knollys tinggal. Sudah lama Miss Butterworth berjanji untuk berkunjung, tapi sampai Althea meninggal, keinginan itu belum terlaksana. Jadi, kebetulan deh, ada alasan untuk berkunjung ke kota X tanpa dicurigai sedang menyelidiki sebuah kasus.

Sambutan yang dingin datang dari anak-anak Althea – Lucetta yang mudah gugup, Loreen, perempuan yang tampak lebih tegas dan selalu sibuk dan William, sosok yang sangat tidak ramah dan cenderung kasar. Terlebih lagi, keluarga Knollys tinggal di jalan misterius itu.

Sejak malam pertama Miss Butterworth tinggal di rumah tua itu, ada berbagai keanehan dan hal yang mencurigakan. Misalnya Miss Butterworth yang ditempatkan di kamar yang sangat jauh dari ruang utama, pintu kamar yang dikunci dari luar, ditemukan tanda-tanda prakter yang illegal dan sikap ketiganya yang aneh.

Jadi, apakah anak-anak Mrs. Knollys punya peranan dalam lenyapnya orang-orang tersebut? Lalu, siapa sebenarnya sosok Bunda Jane – perempuan tua yang hidup sendiri, Mr. Thorm yang ramah-tamah dan sanggup membuat Miss Butterworth jadi malu-malu atau Deacon Spear, duda kaya raya yang misterius?

Amelia Butterworth adalah sosok perempuan lajang yang mandiri. Ia tidak keberatan dengan statusnya yang masih single, ia punya ketetapan hati dan punya tekad. Kalau dia penasaran sama sesuatu, maka ia akan segera mencari tahu, biar tuntas rasa penasarannya. Yang lucunya, meskipun Mr. Gryce yang minta bantuan Miss Butterworth, tapi suka jadi ‘saingan’ gitu. Mereka kerap berdiskusi, tapi suka kadang-kadang gak mau ngalah. Tapi, serunya, nih dari hasil diskusi mereka, akan muncul hal-hal baru yang bikin seseorang yang awalnya dicurigai, malah berganti ke tokoh lainnya.

Novel ini sendiri bernuansa gelap, mulai dari judul dan covernya yang bikin jadi rada horror. Ditambah dengan mitos yang beredar di masyarakat tentang kereta hantu, atau orang tua yang patah hati karena anaknya kawin lari.

Hmmm.. ada bagian-bagian yang menurut gue rasanya terlalu bertele-tele, ya khas novel klasik kali ya. Tutur kata yang penuh basa-basi. Dan satu terjemahan yang rada aneh menurut gue, yaitu sebutan ‘Bunda Jane’, ketika tokoh lain disebut dengan Miss, Mister atau Madam, kenapa harus muncul ‘Bunda’? Gue gak tau sih aslinya gimana, tapi gue akan lebih sreg kalau gak usah diterjemahkan seperti yang lainnya, atau dengan sebutan Mama Jane mungkin, atau Mother Jane.


Submitted for:





 

Friday, January 10, 2014

The Ocean at the End of the Lane



The Ocean at the End of the Lane (Samudera di Ujung Jalan Setapak)

Neil Gaiman @ 2013
Tanti Lesmana (Terj.)
GPU – Cet. I, Juli 2013
264 Hal.
  
Hmmm … hmm … mikir dulu mau nulis apa ya …. masih berasa merinding - rasanya dingin banget – dingin karena ngebayangin air di samudra yang luas, karena angin yang bisa bikin menggigil, juga karena membayangkan helaian kain yang tercabik-cabik dan melambai-lambai ditiup angin, plus lagi seolah ada bisikan halus dari sebuah makhluk tak berwujud … Bersiaplah untuk menghadapi mimpi buruk ...

Ini cerita tentang seorang pria yang mengingat kembali sebuah pengalamannya ketika berusia 7 tahun. Pria ini tak bernama, gak disebutin namanya siapa hingga akhir cerita. Di waktu kecil, ia bukan termasuk anak yang popular, tak ada yang menghadiri pesta ulang tahun yang sudah disiapkan ibunya, di sekolah sering jadi bahan ejekan, tapi ia merasa gak masalah, selama ia bisa tenggelam ke dalam dunia yang ia temukan lewat buku-buku yang ia baca.

Hidupnya berubah ketika ia bertemu Lettie Hempstock dan keluarganya – ibu dan nenek Lettie. Mereka ini rada aneh, dalam bayangan gue mereka adalah keluarga penyihir baik. Mereka ini memiliki kemampuan melihat hal-hal yang gak keliatan, melihat mimpi-mimpi atau pendatang asing. Sejak itu, ada saja kejadian aneh yang menimpa anak laki-laki itu – misalnya ia tiba-tiba tersedak koin, muntah darah, telapak kakiknya kemasukan cacing, dan tau-tau datanglah seorang pengasuh cantik bernama Ursula Monkton, lalu, ayahnya yang baik jadi bersikap kejam ketika ia tidak mau makan masakan Ursula dan tidak mau minta ma’af. Ursula berhasil memikat adiknya, bahkan ayahnya pun berhasil digoda dengan kecantikannya itu.

Ia minta bantuan keluarga Hempstock untuk mengusir makhluk jahat yang bersemayam dalam diri Ursula. Dan tentu saja… tidak mudah untuk membuat Ursula pergi dari kehidupan yang nyaman.

Di luar dugaan, gue suka dengan novel Neil Gaiman satu ini, bahkan lebih menikmatinya dibandingkan ketika baca The Graveyard Book. Nuansanya gelap banget. Rasanya ketika baca, gue bersiap-siap akan adanya mimpi buruk, rasa ikut dikejar-kejar sampai kehabisan napas.

Dan dalam buku ini, si bocah nih, bilang kalau orang dewasa sering gak ngerti apa yang ada di pikiran anak-anak, sering memaksakan kehendak, sehingga anak-anak sering takut untuk bicara apa yang mereka ketahui.

Meskipun tokoh utama di dalam buku ini adalah anak-anak, tapi tampaknya ini bukan konsumsi untuk anak-anak di bawah usia 15 tahun deh, karena selain ada tentang pembunuhan, juga ada adegan yang untuk konsumsi orang dewasa meskipun sedikit.

Di setiap buku Neil Gaiman, gue selalu menemukan ‘dunia’ yang rasanya kita kenal jadi sangat berbeda. Di balik dunia yang tampak normal, dibuat sebuah cerita yang gelap, bikin bergidik. Kolam bebek bisa diputar-balikkan jadi samudra yang dalam. Sebuah cermin bisa jadi jalan masuk ke dunia lain, suasana bawah tanah kota London bisa jadi penuh cerita misterius, pemakaman yang biasanya dihindari bisa jadi tempat yang penuh sahabat dan tempat belajar yang berbeda untuk seorang anak kecil.

Dongeng-dongeng Neil Gaiman bukanlah cerita dongeng yang indah, penuh dengan putri cantik, pangeran tampan atau istana yang indah penuh bunga-bunga dan gemercik air mancur, tapi sebuah dongeng yang tetap bisa memikat meskipun ada rasa ngeri dan gak nyaman ketika membacanya. Gue – yang gak suka cerita horror – tetap bisa ikut berimajinasi melalui rangkaian kalimat yang dibuat sama Neil Gaiman.

Submitted for:



Wednesday, January 08, 2014

Wishful Wednesday 55






Yeayy… Wishful Wednesday pertama di tahun 2014.  Resolusi setiap tahun adalah hemat… menahan diri gak berlebihan beli buku… tapiiii… gimana dong? ‘Dikelilingi’ para penimbun buku, update buku-buku baru via twitter… bahkan sale buku-buku second pun sangat menggoda…

Seperti buku satu ini… bukunya John Grisham. Udah lama sih, gue gak beli dan baca buku John Grisham. Terakhir mungkin seri Theodore Boone. Padahal ya, di awal-awal gue mulai jadi ‘pembaca’ novel tebal, John Grisham salah satu yang karyanya rajin gue baca. Bokap gue pun rajin beliin gue buku John Grisham kalo abis jalan-jalan. Dan untuk mengobati ‘kerinduan’ gue sama karyanya John Grisham, gue pilih buku ini masuk ke dalam Wishful Wednesday. Semoga kesampain buat ikutan event baca bareng novel John Grisham di bulan Maret nanti.




Seorang pria tak bersalah akan dihukum mati. Hanya satu orang yang bisa menyelamatkannya: si pembunuh yang sebenarnya.

Travis Boyette sangat beruntung. Pada tahun 1998 dia menculik, memerkosa, dan membunuh seorang pemandu sorak di Slone, kota kecil di Texas Timur. Dia terheran-heran ketika polisi menangkap dan menghukum Donté Drumm, pemain football lokal, dan menjadikannya terpidana mati.

Sembilan tahun berlalu. Travis baru saja mendapatkan pembebasan bersyarat untuk sebuah kasus kriminal lain; Donté akan dihukum mati empat hari lagi. Travis mengidap tumor otak yang tak bisa dioperasi, dan untuk pertama kali dalam hidupnya yang kacau, dia memutuskan untuk bertindak benar dan membuat pengakuan.

Tapi bagaimana caranya meyakinkan para pengacara, hakim, dan politisi bahwa orang yang akan mereka hukum mati sebetulnya tidak bersalah?


Silahkan lihat rules di bawah ini untuk ikutan Wishful Wednesday ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Tuesday, January 07, 2014

A Corner of the Universe



 

A Corner of the Universe

Scholastic - 2004
189 hal
Untuk usia 8 tahun ke atas

Hattie Owen, tinggal bersama keluarganya di sebuah kota kecil bernama Millerton. Orang tua Hattie mengelola ‘boarding house’ – jadi selain Hattie dan kedua orang tuanya, juga tinggal di rumah mereka Miss Hagerty, wanita tua yang gemar menjahit dan merajut, Mr. Penny, yang di kamarnya banyak beraneka jenis jam dan Angel Valentine, seorang gadis cantik yang bekerja di bank.

Hattie memiliki kakek dan nenek – Papa dan Nana, yang di Millerton cukup terpandang di antara para warga. Di dekat mereka berdua, Hattie harus selalu tampak sempurna, tanpa cela.

Saat liburan musim panas, Hattie kesepian, karena sabahat satu-satunya, Betsy, pergi berlibur ke luar kota bersama keluarganya. Hattie menghabiskan waktu dengan membaca.

Tapi, liburan musim panas kali ini tidaklah sama. Ada Adam, paman Hattie yang baru kali ini ia temui dan sebuah rombongan karnaval yang datang ke Millerton. Di musim panas ini, hidup Hattie ikutan bagai roller coaster.

Adam, adalah sebuah pribadi yang unik. Berusia 22 tahun, tapi bertingkah seperti anak kecil. Ada hari baik, ada hari buruk. Penggemar berat I Love Lucy, sitcom yang paling happening di tahun 1960an. Terlepas dari penyakit autis yang dideritanya. Adam menjadikan hari-hari liburan musim panas itu lebih berwarna. Ada kegembiraan – melihat Adam yang polos, yang begitu antusias dan ceria, tapi juga ada kegetiran dan rasa sedih, karena sosok Adam, seolah menjadi ‘aib’ dalam kehidupan Papa dan Nana yang sempurna itu. Apalagi, ketika itu, di tahun 1960an, pengetahuan tentang autis belum begitu canggih. Millerton yang tenang jadi sedikit terguncang dengan kedatangan Adam. Penduduk kota Millerton ‘mencela’ kekurangan Adam, sementara Nana tetap berlindung di balik kesempuranaan, dan Hattie seolah bertindak sebagai pembela Adam.

“No one knows, says Adam, “what it is like.”
(hal. 112)

Tapi, Adam mengajarkan Hattie keberanian untuk bicara dan mengemukakan keinginanannya sendiri, untuk tidak malu dengan kekurangan orang lain, bahwa tidak semua orang itu sempurna. Kepolosan Adam menjadikan Hattie lebih dewasa.

Cerita ‘A Corner of the Universe’ cukup menyentuh, meskipun gue berharap sedikiiiiit lagi lebih banyak tentang Adam dan Hattie. Tapi biar begitu, di bagian-bagian yang kadang terasa singkat itu, gue bisa ikutan merasa deg-degan ketika Adam ‘ngamuk’ di Ferris wheel. Dan paling seneng kalo Adam udah manggil Hattie.. berasa ikutan seneng. Gue jadi terbayang Dustin Hoffman di Rain Man – salah satu film favorit gue.


Submitted for:









 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang