Slammed (Cinta Terlarang)
Colleen Hoover @ 2012
Shandy Tan (Terj.)
GPU. – April 2013
336 Hal.
6 bulan setelah ayahnya meninggal, ibu Layken –
Julia, memutuskan untuk mengajak keluarganya pindah ke daerah Michigan. Tak disangka ternyata di sinilah
Layken bertemu dengan seorang cowok keren, pecinta Slams atau puisi bebas, yang
sanggup membuatnya ‘klepek-klepek’ dalam waktu yang singkat. Will Cooper, tak
hanya bisa mengambil hati Layken, tapi juga mendapat persetujuan Julia. Bahkan
adik Will, Caulder juga menjadi sahabat bagi Kel, adik Layken.
Namun, cinta yang sedang bersemi itu jadi hancur
ketika mengetahui Will adalah guru Layken. Sebagai ‘orang tua’ bagi adiknya,
Will tidak mau kehilangan pekerjaan karena ketahuan menjalin hubungan dengan
salah satu muridnya. Mau gak mau, Will harus ‘melepaskan’ Layken. Susah bagi mereka untuk bersikap netral. Rasa sayang di
antaranya masih ada, tapi ada juga rasa sakit. Ditambah lagi rumah mereka yang
berdekatan.
Wow, gue tak menyangka novel ini bakal bikin gue
rela baca sampai malam demi mencari tahu ending kisah cinta Will dan Layken.
Menurut gue di dalam buku ini, gak melulu mengumbar cinta-cintaan antara dua
anak muda, tapi juga ada cinta dan kehangatan dalam keluarga serta teman-teman.
Will dan Layken dikelilingi oleh orang-orang yang
mendukung mereka apa pun yang terjadi. Mereka punya sahabat, Gavin dan Eddie.
Eddie ini juga cewek rapuh, cuek tapi setia sama sahabat. Meskipun dia tahu
rahasia Layken, ia gak ‘ember’ cerita, bahkan ke cowoknya sekalipun.
Lalu, ada Kel dan Caulder, bocah berusia 9 tahun
ini, memang rada aneh. Tapi mereka cukup dewasa untuk bersikap di tengah-tengah
musibah yang mereka alami. Mereka sama-sama kehilangan orang tua di usia yang
masih belia, dan ‘hanya’ memiliki seorang kakak tempat mereka bergantung.
Will, cowok yang bertanggung jawab, terpaksa
dewasa lebih cepat dari usianya, kehilangan waktu hang out dengan teman-teman,
terpaksa melepas bea siswanya demi
merawat Caulder.
Layken, meskipun sedang patah hati, tapi dia tipe
cewek yang tegar dan berusaha bersikap tegas.
Sosok Julia, sebagai satu-satunya orang tua di
dalam buku ini, menjadikan dia sebagai sosok yang bijaksana dan tetap berpikir
positif meskipun di dalam dirinya sendiri merasakan sakit. Ia gak mau terlihat
sedih di depan anak-anaknya, walaupun saat menyampaikan berita buruk.
Belum lagi puisi-puisi keren yang ada di buku
ini. Puisi Will yang isinya rasa sakit dan kehilangan, atau saat ia
menggambarkan kisah hidupnya sendiri, juga puisi Eddie yang cerita tentang
balon merah jambu, dan puisi dari Joel, ayah angkat Eddie di hari ulang
tahunnya… huhuhu.. ini semua sanggup bikin mewek… Sedia tissue ya, kalo baca
buku ini.
Satu-satunya yang mengganggu adalah terjemahan
dari judul buku ini. Mending dibiarin dalam judul aslinya. Toh pembaca juga
akan ngerti seiring dengan mereka membacanya buku ini.
0 comments:
Post a Comment