Dari buku-buku yang gue baca selama tahun 2009, buku-buku favorit gue adalah:
1. The Thirteenth Tale - Dianne Setterfield
2. Q&A (Teka-Teki Cinta Sang Pramusaji) – Vikar Swarup
3. Anne of Green Gables – L. M. Montgomery
4. Taj Mahal – John Shors
5. Honeymoon with My Brother – Franz Wisner
6. Metropolis – Windry Ramadhina
7. Orange – Windry Ramadhina
8. Negeri van Oranje - Wahyungirat, Adept Widiarsa, Nina Riyadi & Rizki Pandu Permana
9. 9 Matahari – Adenita
10.Anne of Avonlea – L. M. Montgomery
11.Anne of the Island – L. M. Montgomery
12.How the World Makes Love – Franz Wisner
13.Perahu Kertas – Dewi Lestari
14.The Palace of Illusions - Chitra Banerjee Divakaruni
15.Kelas Memasak Lilian - Erica Baurermeister
16.Anne of Windy Poplars – L. M. Montgomery
17.Unaccustomed Earth – Jhumpa Lahiri
18.George’s Secret Key to the Universe – Lucy & Stephen Hawking
Kalau dari cover, favorit gue adalah:
1. The Thirteenth Tale - Dianne Setterfield
2. The Mysterious Benedict Society – Trenton Lee Stewart
3. Metropolis – Windry Ramadhina
4. Botchan - Natsume Soseki
5. George’s Secret Key to the Universe – Lucy & Stephen Hawking
6. Joshua Files: The Invisible City – M. G. Harris
Thursday, December 31, 2009
Silver Phoenix
Silver Phoenix
Cindy Pon @ 2009
Maria Lubis (Terj.)
Mahda Books, Cet. I - Desember 2009
391 Hal.
Adat istiadat di Cina jaman baheula, setiap anak perempuan yang (dianggap) sudah gadis, akan segera dijodohkan untuk kemudian dinikahkan. Demikian juga dengan Ai Ling, di usianya yang ke-17, ibunya memberikan sebuah buku berjudul ‘Buku tentang Penyatuan Dua Sejoli’ – yang berisikan dengan hubungan pria dan wanita. Tidak seperti gadis-gadis lainnya, yang penurut, Ai Ling termasuk anak yang keras kemauannya. Orang tua Ai Ling tidak terlalu kolot. Mereka mengijinkan Ai Ling belajar, sehingga pikirannya lebih terbuka. Tapi, tetap saja, tradisi adalah tradisi – Ai Ling harus tetap menjalankan yang namanya perjodohan.
Waktunya tiba. Tanpa Ai Ling sadari sebelumnya, ternyata ia bisa mendengar apa yang ada di benak calon ibu mertuanya. Perjodohan itu sendiri gagal. Ai Ling tidak sedih karena gagal, tapi ia sedih karena dampak buruk yang akan diterima orang tuanya.
Ternyata kegagalan perjodohan itu membawa Ai Ling pada sebuah petualangan tak terduga dan penuh bahaya. Ayah Ai Ling pergi untuk menunaikan tugas negara. Tapi, sampai beberapa bulan, ayahnya tak juga pulang. Kondisi ini dimanfaatkan oleh seorang laki-laki bernama Master Huang yang hendak menjadikan Ai Ling sebagai istrinya dengan dalih untuk membayar hutang-hutang ayah Ai Ling. Namun, Ai Ling tidak percaya dan memilih pergi dari rumah untuk mencari ayahnya.
Dari awal perjalanannya, Ai Ling bertemu berbagai makhluk aneh yang selama ini ia ketahui dari membaca ‘Buku Kematian’ – buku yang dibaca Ai Ling diam-diam, tanpa sepengetahuan ayahnya. Makhluk-makhluk aneh yang berbeda terus mengikuti Ai Ling sepanjang perjalanan menuju Istana Mimpi-Mimpi yang Harum. Beruntung di tengah jalan, Ai Ling bertemu dengan Cheng Yon, pemuda yang juga dalam pengembaraan mencari jejak orang tuanya, dan kemudian bertemu juga dengan Li Rong, adik Cheng Yon.
Meskipun mendapatkan berkat dari seorang pendeta, tetap saja, makhluk berbahaya dan mematikan terus mengincar mereka. Ternyata, seorang perempuan yang cemburu, mengirim makhluk-makhluk itu untuk membunuh Ai Ling. Tak disangka-sangka, Ai Ling adalah reinkarnasi dari perempuan pujaan penasihat Kaisar bernama Zhong Ye, yang begitu terobsesi pada Silver Phoenix. Ai Ling tidak hanya harus membebaskan ayahnya, tapi juga harus berhadapan dengan Zhong Ye.
Gak hanya orang tua Ai Ling yang punya rahasia, tapi Cheng Yong sendiri juga penuh misteri yang bikin Ai Ling penasaran… ehemmm…
Khas buku fantasi, ada naga, ada makhluk-makhluk aneh, ditambah lagi kekhasan negeri Cina yang penuh persembahan dan dewa-dewi, makanan eksotis dari negeri Cina yang menemani Ai Ling dan Cheng Yong membuat gue terbayang-bayang masakan Cina. Yummm… Tadinya gue pikir ini buku fantasi remaja, tapi ternyata… agak dewasa sedikit meskipun tokoh-tokohnya masih sangat muda.
Sebenernya sih, banyak banget yang seharusnya bikin deg-degan dengan seringnya Ai Ling ketemu sama makhluk aneh, terus, suku-suku aneh yang (kata Cheng Yong) ada di Buku Negeri-Negeri di Atas, atau dewa-dewi yang ada dalam Makhluk Abadi. Cuma… kenapa yang, koq gak tegang-tegang banget baca buku ini? Padahal perjalanan Ai Ling berat banget, ceritanya mengalir tenang dan agak kurang greget (apa gue aja yang gak dapet ‘feel’-nya?)
Cindy Pon @ 2009
Maria Lubis (Terj.)
Mahda Books, Cet. I - Desember 2009
391 Hal.
Adat istiadat di Cina jaman baheula, setiap anak perempuan yang (dianggap) sudah gadis, akan segera dijodohkan untuk kemudian dinikahkan. Demikian juga dengan Ai Ling, di usianya yang ke-17, ibunya memberikan sebuah buku berjudul ‘Buku tentang Penyatuan Dua Sejoli’ – yang berisikan dengan hubungan pria dan wanita. Tidak seperti gadis-gadis lainnya, yang penurut, Ai Ling termasuk anak yang keras kemauannya. Orang tua Ai Ling tidak terlalu kolot. Mereka mengijinkan Ai Ling belajar, sehingga pikirannya lebih terbuka. Tapi, tetap saja, tradisi adalah tradisi – Ai Ling harus tetap menjalankan yang namanya perjodohan.
Waktunya tiba. Tanpa Ai Ling sadari sebelumnya, ternyata ia bisa mendengar apa yang ada di benak calon ibu mertuanya. Perjodohan itu sendiri gagal. Ai Ling tidak sedih karena gagal, tapi ia sedih karena dampak buruk yang akan diterima orang tuanya.
Ternyata kegagalan perjodohan itu membawa Ai Ling pada sebuah petualangan tak terduga dan penuh bahaya. Ayah Ai Ling pergi untuk menunaikan tugas negara. Tapi, sampai beberapa bulan, ayahnya tak juga pulang. Kondisi ini dimanfaatkan oleh seorang laki-laki bernama Master Huang yang hendak menjadikan Ai Ling sebagai istrinya dengan dalih untuk membayar hutang-hutang ayah Ai Ling. Namun, Ai Ling tidak percaya dan memilih pergi dari rumah untuk mencari ayahnya.
Dari awal perjalanannya, Ai Ling bertemu berbagai makhluk aneh yang selama ini ia ketahui dari membaca ‘Buku Kematian’ – buku yang dibaca Ai Ling diam-diam, tanpa sepengetahuan ayahnya. Makhluk-makhluk aneh yang berbeda terus mengikuti Ai Ling sepanjang perjalanan menuju Istana Mimpi-Mimpi yang Harum. Beruntung di tengah jalan, Ai Ling bertemu dengan Cheng Yon, pemuda yang juga dalam pengembaraan mencari jejak orang tuanya, dan kemudian bertemu juga dengan Li Rong, adik Cheng Yon.
Meskipun mendapatkan berkat dari seorang pendeta, tetap saja, makhluk berbahaya dan mematikan terus mengincar mereka. Ternyata, seorang perempuan yang cemburu, mengirim makhluk-makhluk itu untuk membunuh Ai Ling. Tak disangka-sangka, Ai Ling adalah reinkarnasi dari perempuan pujaan penasihat Kaisar bernama Zhong Ye, yang begitu terobsesi pada Silver Phoenix. Ai Ling tidak hanya harus membebaskan ayahnya, tapi juga harus berhadapan dengan Zhong Ye.
Gak hanya orang tua Ai Ling yang punya rahasia, tapi Cheng Yong sendiri juga penuh misteri yang bikin Ai Ling penasaran… ehemmm…
Khas buku fantasi, ada naga, ada makhluk-makhluk aneh, ditambah lagi kekhasan negeri Cina yang penuh persembahan dan dewa-dewi, makanan eksotis dari negeri Cina yang menemani Ai Ling dan Cheng Yong membuat gue terbayang-bayang masakan Cina. Yummm… Tadinya gue pikir ini buku fantasi remaja, tapi ternyata… agak dewasa sedikit meskipun tokoh-tokohnya masih sangat muda.
Sebenernya sih, banyak banget yang seharusnya bikin deg-degan dengan seringnya Ai Ling ketemu sama makhluk aneh, terus, suku-suku aneh yang (kata Cheng Yong) ada di Buku Negeri-Negeri di Atas, atau dewa-dewi yang ada dalam Makhluk Abadi. Cuma… kenapa yang, koq gak tegang-tegang banget baca buku ini? Padahal perjalanan Ai Ling berat banget, ceritanya mengalir tenang dan agak kurang greget (apa gue aja yang gak dapet ‘feel’-nya?)
Monday, December 28, 2009
Unaccustomed Earth
Unaccustomed Earth
Jhumpa Lahiri @ 2008
Bloomsbury - 2009
333 Hal.
‘Perkenalan’ pertama gue dengan Jhumpa Lahiri di tahun 2008, lewat buku ‘The Namesake’. Gue langsung jatuh cinta dengan tulisannya. Tapi, sayang gue belom sempet baca ‘The Interpreter of Maladies’ karena selalu tergoda sama buku-buku lain. Unaccustomed Earth, gue temukan di rak new release di Times UPH – Karawaci. Iseng-iseng aja sih, gue baca halaman pertama… dan gue langsung tertarik, karena ternyata bahasanya ringan dan mudah diikuti (Inggris-nya gak bikin pusing, dan… discount 20%!)
Unaccustomed Earth merupakan kumpulan cerita pendek. Ada 8 tepatnya, Unaccustomed Earth sendiri adalah cerita pertama dalam buku ini. 5 cerita di bagian pertama adalah cerita-cerita yang gak ada hubungannya satu sama lain, sedangkan di bagian kedua, bercerita tentang perjalanan hidup Hema dan Khausik.
Dari 8 cerita itu, ada ciri khas atau ‘benang merah’nya. Semua bercerita tentang orang-orang India yang ber-imigrasi ke Amerika untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Di tanah rantau, mereka menjalin persahabatan dengan sesama warga India pendatang lainnya. Mereka beranak-pinak di sana, tapi tradisi seolah ‘terhenti’ pada orang tua. Para orang tua masih melalukan ritual mudik setiap tahun, sementara anak-anak mereka sudah terpengaruh budaya modern – menjalin hubungan dengan bukan orang India, jarang menggunakan bahasa Ibu mereka.
Setiap cerita dalam buku ini, meskipun seperti yang gue bilang punya benang merah, tapi menyajikan cerita atau sudut pandang yang berbeda. Tapi, gak usahlah diceritain satu-satu kali ya. Yang pasti, semuanya begitu simple, tapi dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bukan cerita-cerita yang menjual mimpi-mimpi indah atau romantisme belaka, tapi… bahasanya yang sederhana, membuat semua cerita jadi indah (bingung?). Pokoknya gue begitu terhanyut dengan semua cerita dalam buku ini. Cerita favorit gue adalah Unaccustomed Earth dan bagian Hema dan Khausik.
Jhumpa Lahiri @ 2008
Bloomsbury - 2009
333 Hal.
‘Perkenalan’ pertama gue dengan Jhumpa Lahiri di tahun 2008, lewat buku ‘The Namesake’. Gue langsung jatuh cinta dengan tulisannya. Tapi, sayang gue belom sempet baca ‘The Interpreter of Maladies’ karena selalu tergoda sama buku-buku lain. Unaccustomed Earth, gue temukan di rak new release di Times UPH – Karawaci. Iseng-iseng aja sih, gue baca halaman pertama… dan gue langsung tertarik, karena ternyata bahasanya ringan dan mudah diikuti (Inggris-nya gak bikin pusing, dan… discount 20%!)
Unaccustomed Earth merupakan kumpulan cerita pendek. Ada 8 tepatnya, Unaccustomed Earth sendiri adalah cerita pertama dalam buku ini. 5 cerita di bagian pertama adalah cerita-cerita yang gak ada hubungannya satu sama lain, sedangkan di bagian kedua, bercerita tentang perjalanan hidup Hema dan Khausik.
Dari 8 cerita itu, ada ciri khas atau ‘benang merah’nya. Semua bercerita tentang orang-orang India yang ber-imigrasi ke Amerika untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Di tanah rantau, mereka menjalin persahabatan dengan sesama warga India pendatang lainnya. Mereka beranak-pinak di sana, tapi tradisi seolah ‘terhenti’ pada orang tua. Para orang tua masih melalukan ritual mudik setiap tahun, sementara anak-anak mereka sudah terpengaruh budaya modern – menjalin hubungan dengan bukan orang India, jarang menggunakan bahasa Ibu mereka.
Setiap cerita dalam buku ini, meskipun seperti yang gue bilang punya benang merah, tapi menyajikan cerita atau sudut pandang yang berbeda. Tapi, gak usahlah diceritain satu-satu kali ya. Yang pasti, semuanya begitu simple, tapi dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bukan cerita-cerita yang menjual mimpi-mimpi indah atau romantisme belaka, tapi… bahasanya yang sederhana, membuat semua cerita jadi indah (bingung?). Pokoknya gue begitu terhanyut dengan semua cerita dalam buku ini. Cerita favorit gue adalah Unaccustomed Earth dan bagian Hema dan Khausik.
Labels:
fiction,
short stories
Tuesday, December 01, 2009
Anne of Windy Poplars
Anne of Windy Poplars
Lucy M. Montgomery
Yarmanto (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - Oktober 2009
Wah… Anne semakin sukses… Dunianya tidak hanya berkutat di Green Gables, Avonlea atau pun teman-teman masa kecil atau remajanya. Karir Anne di bidang pendidikan semakin melaju. Anne jadi kepala sekolah di Summerside.
Anne nge-kos di sebuah rumah bernama Windy Poplars di sebuah daerah dengan nama jalan Spook’s Lane. Bukan Anne namanya kalau tidak menemukan sisi romantis dari apa saja. Nama Windy Poplars dan Spook’s Lane segera saja membangkitkan segala imajinasi dalam diri Anne. Windy Poplars adalah kepunyaan dua orang janda bernama Bibi Kate dan Bibi Cathy. Di rumah itu, juga ada seorang perempuan lagi bernama Rebecca Dew. Seger
Anne terpaksa menjalani hubungan ‘long distance’ dengan Gilbert Blythe yang juga sedang melanjutkan sekolahnya di bidang kedokteran. Wow… Sebagian besar cerita dalam buku ini berisi surat-surat Anne untuk Gilbert.
Perjalanan Anne menjadi kepala sekolah tidaklah mulus, ada pihak-pihak yang tidak menyukainya dan terus melakukan berbagai cara untuk membuat Anne tidak betah dan menyerah. Mereka adalah keluarga Pringle. Keluarg Pringle bisa dibilang keluarga yang ‘berkuasa’ di daerah Summerside. Berbagai aspek kehidupan di Summerside pastilah ada pengaruh dari keluarga Pringle. Mereka tidak menyukai Anne gara-gara salah seorang saudara mereka gagal jadi kepala sekolah di Summerside, posisi yang sekarang diduduki Anne.
Berbagai cara dilakukan Anne untuk ‘menaklukan’ anak-anak keluarga Pringle yang jadi murid didiknya, tapi, tetap saja tidak berhasil. Malah Anne semakin jadi bulan-bulanan anak-anak keluarga Pringle, terutama Jen yang nakal. Tapi… salah satu rahasia kecil, membuat keluarga Pringle ‘tunduk’ pada Anne. ‘Tetua’ keluarga Pringle – Miss Ellen dan Miss Sarah, langsung ‘turun gunung’ untuk membereskan masalah ini, dan mereka berdua sudah ‘menginstruksikan’ kepada seluruh anggota keluarga Pringle untuk menghormati Anne dan mereka meminta dengan sangat pada Anne agar tidak membocorkan rahasia yang diyakini bisa membuat keluarga Pringle malu berat. Hmmm…
Beres satu masalah… adalagi masalah lain. Masalah dengan rekan sekerjanya, Katherine Broke, yang bawaannya jutek terus. Dengan jiwa romantisnya, Anne yakin bisa merubahh sikap Katherine jadi orang yang lebih ramah.
Selain berteman dengan anak-anak muridnya dan mendapatkan beberapa ‘teman sejiwa’, kali ini Anne banyak bersahabat dengan orang-orang tua yang nyentrik, selain Bibi Kate, Bibi Cathy, lalu Miss Ellen dan Miss Sarah Pringle, ada satu perempuan tua bernama Miss Minerva Tomgallon, yang dengan bangga menceritakan berbagai ‘tragedi kematian’ di keluarganya pada saat Anne diundang bermalam di rumahnya!
Lalu ada lagi perempuan yang kerap dipanggil Bibi Sok Usil, karena suka ikut campur urusan pribadi orang, apalagi untuk urusan percintaan.
Anne juga berkenalan dengan Mr. Franklin Westcott, sosok pria tua yang ditakuti dan terkenal ‘galak’. Bahkan anak gadisnya, Dovie, nekat kawin lari dengan Jarvis, karena takut sama ayahnya. Siapa lagi yang membantu usaha kawin lari dan jadi ‘penanggung jawab’ untuk urusan perdamaian, kalau bukan Anne?
Gilbert di sini hanya tampil sebagai sosok dalam surat-surat Anne, Green Gables juga ‘tampil’ sekilas waktu Anne pulang liburan. Hmmm… kaya’nya akan lebih seru kalo ada ‘konflik’ sedikit antara Anne dan Gilbert. Coba ada sosok cowok lain – guru di sekolah yang sama – yang suka sama Anne… atau gimana ya kalo Anne lagi jealous? Hehehe…
Lucy M. Montgomery
Yarmanto (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - Oktober 2009
Wah… Anne semakin sukses… Dunianya tidak hanya berkutat di Green Gables, Avonlea atau pun teman-teman masa kecil atau remajanya. Karir Anne di bidang pendidikan semakin melaju. Anne jadi kepala sekolah di Summerside.
Anne nge-kos di sebuah rumah bernama Windy Poplars di sebuah daerah dengan nama jalan Spook’s Lane. Bukan Anne namanya kalau tidak menemukan sisi romantis dari apa saja. Nama Windy Poplars dan Spook’s Lane segera saja membangkitkan segala imajinasi dalam diri Anne. Windy Poplars adalah kepunyaan dua orang janda bernama Bibi Kate dan Bibi Cathy. Di rumah itu, juga ada seorang perempuan lagi bernama Rebecca Dew. Seger
Anne terpaksa menjalani hubungan ‘long distance’ dengan Gilbert Blythe yang juga sedang melanjutkan sekolahnya di bidang kedokteran. Wow… Sebagian besar cerita dalam buku ini berisi surat-surat Anne untuk Gilbert.
Perjalanan Anne menjadi kepala sekolah tidaklah mulus, ada pihak-pihak yang tidak menyukainya dan terus melakukan berbagai cara untuk membuat Anne tidak betah dan menyerah. Mereka adalah keluarga Pringle. Keluarg Pringle bisa dibilang keluarga yang ‘berkuasa’ di daerah Summerside. Berbagai aspek kehidupan di Summerside pastilah ada pengaruh dari keluarga Pringle. Mereka tidak menyukai Anne gara-gara salah seorang saudara mereka gagal jadi kepala sekolah di Summerside, posisi yang sekarang diduduki Anne.
Berbagai cara dilakukan Anne untuk ‘menaklukan’ anak-anak keluarga Pringle yang jadi murid didiknya, tapi, tetap saja tidak berhasil. Malah Anne semakin jadi bulan-bulanan anak-anak keluarga Pringle, terutama Jen yang nakal. Tapi… salah satu rahasia kecil, membuat keluarga Pringle ‘tunduk’ pada Anne. ‘Tetua’ keluarga Pringle – Miss Ellen dan Miss Sarah, langsung ‘turun gunung’ untuk membereskan masalah ini, dan mereka berdua sudah ‘menginstruksikan’ kepada seluruh anggota keluarga Pringle untuk menghormati Anne dan mereka meminta dengan sangat pada Anne agar tidak membocorkan rahasia yang diyakini bisa membuat keluarga Pringle malu berat. Hmmm…
Beres satu masalah… adalagi masalah lain. Masalah dengan rekan sekerjanya, Katherine Broke, yang bawaannya jutek terus. Dengan jiwa romantisnya, Anne yakin bisa merubahh sikap Katherine jadi orang yang lebih ramah.
Selain berteman dengan anak-anak muridnya dan mendapatkan beberapa ‘teman sejiwa’, kali ini Anne banyak bersahabat dengan orang-orang tua yang nyentrik, selain Bibi Kate, Bibi Cathy, lalu Miss Ellen dan Miss Sarah Pringle, ada satu perempuan tua bernama Miss Minerva Tomgallon, yang dengan bangga menceritakan berbagai ‘tragedi kematian’ di keluarganya pada saat Anne diundang bermalam di rumahnya!
Lalu ada lagi perempuan yang kerap dipanggil Bibi Sok Usil, karena suka ikut campur urusan pribadi orang, apalagi untuk urusan percintaan.
Anne juga berkenalan dengan Mr. Franklin Westcott, sosok pria tua yang ditakuti dan terkenal ‘galak’. Bahkan anak gadisnya, Dovie, nekat kawin lari dengan Jarvis, karena takut sama ayahnya. Siapa lagi yang membantu usaha kawin lari dan jadi ‘penanggung jawab’ untuk urusan perdamaian, kalau bukan Anne?
Gilbert di sini hanya tampil sebagai sosok dalam surat-surat Anne, Green Gables juga ‘tampil’ sekilas waktu Anne pulang liburan. Hmmm… kaya’nya akan lebih seru kalo ada ‘konflik’ sedikit antara Anne dan Gilbert. Coba ada sosok cowok lain – guru di sekolah yang sama – yang suka sama Anne… atau gimana ya kalo Anne lagi jealous? Hehehe…
Wednesday, November 18, 2009
The Men’s Guide to the Women’s Bathroom
The Men’s Guide to the Women’s Bathroom
(Tak Ada Rahasia di Dalam Kamar Mandi)
Jo Barrett @ 2008
Widyawati Octavia (Ed..)
GagasMedia – Cet. I, 2009
382 Hal.
Setelah bercerai dengan suaminya, Claire St. John, meninggalkan pekerjaannya sebagai pengacara di New York, kembali ke kampung halamannya di Austin, Texas. Claire mencari segala cara untuk menghapus luka di hatinya dan melupakan mantan suaminya.
Ternyata, untuk mendapatkan sebuah nasihat terbaik, entah itu, hanya mencuri dengar atau berbicara secara langsung dengan orang lain, bisa didapatkan di dalam kamar mandi. Segala macam hal bisa didapatkan di kamar mandi, pengalaman, curhatan, atau sekedar memperhatikan tipe-tipe perempuan hanya dari lipstick yang dia pakai, busananya, dan lain-lain.
Nah, dari sinilah, Claire mendapatkan ide untuk menulis sebuah ‘buku panduan’, bukan tipe buku panduan yang serius, tapi, rasa-rasanya akan berguna buat para cowok biar lebih ‘mengerti’ dunia kaum perempuan.
Banyak yang meragukan keputusan Claire untuk jadi penulis, terutama ibunya. Tapi, Claire tetap dengan keputusannya. Teman-temannya, seperti Aaron, Leslie, Heather atau Laura, secara langsung atau pun tidak, ikut memberi kontribusi dalam penulisan guidance itu.
Claire pun menata ulang kembali hidupnya dengan menjalin hubungan dengan pria lain. Hubungan ini nyaris kandas, gara-gara ulah Claire di kamar mandi.
Hmmm… coba perhatiin, deh (khususnya untuk para cowok), cewek-cewek emang seneng pergi ke kamar mandi bareng-bareng. Mungkin lebih nyaman kali ya, kalau ada orang lain yang dikenal di tengah-tengah orang asing. Gue jadi inget waktu jaman-jaman sekolah dulu, kalo lagi jam pelajaran mau ke kamar mandi, pasti ngajak temen… ya, secara kamar mandinya juga agak-agak spooky gitu.
Tapi, di kamar mandi… bener seperti kata Claire, kita bisa melakukan, menemukan apa aja. Bisa curhat, bisa nge-gosip, atau sekedar merenung sendirian… atau ‘melarikan diri’ sejenak seperti Laura – baca majalah, nyelesain novel yang ending-nya bikin penasaran.
Untuk bukunya sendiri, ditulis (diterjemahkan) dengan bahasa yang santai… yak has Chicklit. Untuk isinya sendiri… hmmm.. so-so lah… lumayan deh, buat selingan. Awal gue memutuskan untuk membeli buku ini, karena judulnya. Tadinya, gue pikir ini buku non-fiksi. Dan, buku ini juga sempat ‘terlantar’ selama beberapa waktu.
(Tak Ada Rahasia di Dalam Kamar Mandi)
Jo Barrett @ 2008
Widyawati Octavia (Ed..)
GagasMedia – Cet. I, 2009
382 Hal.
Setelah bercerai dengan suaminya, Claire St. John, meninggalkan pekerjaannya sebagai pengacara di New York, kembali ke kampung halamannya di Austin, Texas. Claire mencari segala cara untuk menghapus luka di hatinya dan melupakan mantan suaminya.
Ternyata, untuk mendapatkan sebuah nasihat terbaik, entah itu, hanya mencuri dengar atau berbicara secara langsung dengan orang lain, bisa didapatkan di dalam kamar mandi. Segala macam hal bisa didapatkan di kamar mandi, pengalaman, curhatan, atau sekedar memperhatikan tipe-tipe perempuan hanya dari lipstick yang dia pakai, busananya, dan lain-lain.
Nah, dari sinilah, Claire mendapatkan ide untuk menulis sebuah ‘buku panduan’, bukan tipe buku panduan yang serius, tapi, rasa-rasanya akan berguna buat para cowok biar lebih ‘mengerti’ dunia kaum perempuan.
Banyak yang meragukan keputusan Claire untuk jadi penulis, terutama ibunya. Tapi, Claire tetap dengan keputusannya. Teman-temannya, seperti Aaron, Leslie, Heather atau Laura, secara langsung atau pun tidak, ikut memberi kontribusi dalam penulisan guidance itu.
Claire pun menata ulang kembali hidupnya dengan menjalin hubungan dengan pria lain. Hubungan ini nyaris kandas, gara-gara ulah Claire di kamar mandi.
Hmmm… coba perhatiin, deh (khususnya untuk para cowok), cewek-cewek emang seneng pergi ke kamar mandi bareng-bareng. Mungkin lebih nyaman kali ya, kalau ada orang lain yang dikenal di tengah-tengah orang asing. Gue jadi inget waktu jaman-jaman sekolah dulu, kalo lagi jam pelajaran mau ke kamar mandi, pasti ngajak temen… ya, secara kamar mandinya juga agak-agak spooky gitu.
Tapi, di kamar mandi… bener seperti kata Claire, kita bisa melakukan, menemukan apa aja. Bisa curhat, bisa nge-gosip, atau sekedar merenung sendirian… atau ‘melarikan diri’ sejenak seperti Laura – baca majalah, nyelesain novel yang ending-nya bikin penasaran.
Untuk bukunya sendiri, ditulis (diterjemahkan) dengan bahasa yang santai… yak has Chicklit. Untuk isinya sendiri… hmmm.. so-so lah… lumayan deh, buat selingan. Awal gue memutuskan untuk membeli buku ini, karena judulnya. Tadinya, gue pikir ini buku non-fiksi. Dan, buku ini juga sempat ‘terlantar’ selama beberapa waktu.
Monday, November 16, 2009
All Those Things We Never Said
All Those Things We Never Said (Toules ces qu’on ne c’est pas dites)
Marc Levy @ 2008
World ++ Translation Service (Terj.)
Penerbit Bentang, Cet. I – July 2009
360 Hal.
Hubungan Julia Walsh dengan ayahnya, Anthony Walsh, memang tidak begitu baik. Sejak kecil, Julia selalu menunggu ayahnya yang kerap sibuk dengan pekerjaannya, sering bepergian ke luar negeri, atau kalau pun mereka berlibur bersama, Anthony sibuk dengan telepon bisnisnya. Hingga, Julia akan menikah, mereka jarang sekali berhubungan. Julia hanya mengirim undangan pernikahannya via pos, tidak meminta ayahnya untuk hadir secara langsung.
Tapi, menjelang detik-detik akhir Hari H pernikahan Julia dan Adam, justru Anthony ‘mengacaukan’ segalanya, hingga Julia dan Adam terpaksa menunda pernikahan mereka. Kenapa? Karena tepat di hari Julia seharusnya menikah, ia justru harus memakamkan ayahnya.
Belum hilang rasa terkejut Julia, meskipun ia tidak terlalu merasa kehilangan mengingat hubungan mereka yang tidak terlalu baik, ia mendapatkan sebuah paket yang isinya sangat aneh – sebuah android, robot ‘manusia’, yang ‘mengambil’ bentuk ayahnya. Lewat robotnya, Anthony mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahannya di masa lalu.
Julia yang keras kepala tidak begitu saja menerima kehadiran android itu, apalagi ketika ‘Anthony’ mengaku sudah ‘mensabotase’ kehidupan masa lalu Julia, cinta pertama Julia dengan seorang komunis asal Jerman.
Julia pun melakukan ‘napak tilas’, menghilang dari tunangannya – karena gak mungkin dong, dia bilang pergi sama ‘ayahnya’? Mulai dari Montreal, sampai ke Jerman. Mencari sosok pria yang ternyata belum sepenuhnya bisa ia hilangkan dari benaknya.
Aneh juga kali ya, tiba-tiba dapet kiriman dalam bentuk orang yang kita tahu udah meninggal. Tapi, gue lebih milih seandainya ceritanya benar-benar tentang ‘ayah dan anak’. Di sini, kaya’nya lebih ke Julia yang mencari cinta pertamanya, dilatarbelakangi sama runtuhnya Tembok Berlin, waktu Julia remaja yang lagi seneng-senengnya memberontak nekat pergi ke perbatasan bareng teman-temannya. Di tengah-tengah peristiwa itulah, Julia bertemu dengan Thomas. Thomas yang idealis
Banyak adegan ‘selisipan’ jalan yang bikin gemes. Sedikit menyisakan ‘pertanyaan’ di akhir cerita. Bukan cerita favorit gue, tapi, rasanya gue ikut ‘tersentuh’ sama usaha Anthony untuk membuat Julia bahagia dan mendapatkan ‘ma’af’ dari Julia di enam hari ‘terakhir’ kebersamaan mereka.
Buku Marc Levy lain yang pernah gue baca adalah If Only It were True, ada hubungannya sama orang yang udah meninggal juga, or at least ‘in between’… apakah buku-bukunya yang lain juga bertema sama, ya?
Marc Levy @ 2008
World ++ Translation Service (Terj.)
Penerbit Bentang, Cet. I – July 2009
360 Hal.
Hubungan Julia Walsh dengan ayahnya, Anthony Walsh, memang tidak begitu baik. Sejak kecil, Julia selalu menunggu ayahnya yang kerap sibuk dengan pekerjaannya, sering bepergian ke luar negeri, atau kalau pun mereka berlibur bersama, Anthony sibuk dengan telepon bisnisnya. Hingga, Julia akan menikah, mereka jarang sekali berhubungan. Julia hanya mengirim undangan pernikahannya via pos, tidak meminta ayahnya untuk hadir secara langsung.
Tapi, menjelang detik-detik akhir Hari H pernikahan Julia dan Adam, justru Anthony ‘mengacaukan’ segalanya, hingga Julia dan Adam terpaksa menunda pernikahan mereka. Kenapa? Karena tepat di hari Julia seharusnya menikah, ia justru harus memakamkan ayahnya.
Belum hilang rasa terkejut Julia, meskipun ia tidak terlalu merasa kehilangan mengingat hubungan mereka yang tidak terlalu baik, ia mendapatkan sebuah paket yang isinya sangat aneh – sebuah android, robot ‘manusia’, yang ‘mengambil’ bentuk ayahnya. Lewat robotnya, Anthony mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahannya di masa lalu.
Julia yang keras kepala tidak begitu saja menerima kehadiran android itu, apalagi ketika ‘Anthony’ mengaku sudah ‘mensabotase’ kehidupan masa lalu Julia, cinta pertama Julia dengan seorang komunis asal Jerman.
Julia pun melakukan ‘napak tilas’, menghilang dari tunangannya – karena gak mungkin dong, dia bilang pergi sama ‘ayahnya’? Mulai dari Montreal, sampai ke Jerman. Mencari sosok pria yang ternyata belum sepenuhnya bisa ia hilangkan dari benaknya.
Aneh juga kali ya, tiba-tiba dapet kiriman dalam bentuk orang yang kita tahu udah meninggal. Tapi, gue lebih milih seandainya ceritanya benar-benar tentang ‘ayah dan anak’. Di sini, kaya’nya lebih ke Julia yang mencari cinta pertamanya, dilatarbelakangi sama runtuhnya Tembok Berlin, waktu Julia remaja yang lagi seneng-senengnya memberontak nekat pergi ke perbatasan bareng teman-temannya. Di tengah-tengah peristiwa itulah, Julia bertemu dengan Thomas. Thomas yang idealis
Banyak adegan ‘selisipan’ jalan yang bikin gemes. Sedikit menyisakan ‘pertanyaan’ di akhir cerita. Bukan cerita favorit gue, tapi, rasanya gue ikut ‘tersentuh’ sama usaha Anthony untuk membuat Julia bahagia dan mendapatkan ‘ma’af’ dari Julia di enam hari ‘terakhir’ kebersamaan mereka.
Buku Marc Levy lain yang pernah gue baca adalah If Only It were True, ada hubungannya sama orang yang udah meninggal juga, or at least ‘in between’… apakah buku-bukunya yang lain juga bertema sama, ya?
Monday, November 09, 2009
Feel: What I Want in Life
Feel: What I Want in Life
Wulan Guritno & Adilla Dimitri @ 2009
Penerbit Edelweiss – Cet. I, Oktober 2009
244 Hal.
Gue menemukan buku ini ketika lagi ‘kehabisan’ bacaan, tapi gak pengen beli buku yang terlalu ‘berat’. Pengen yang simple-simple aja. Dalam bayangan gue sih, gue berharap buku ini, buku ringan yang bisa gue habiskan sekali baca pas weekend.
Jadi, gue baca sambil nungguin Mika main di Lollypop, Senayan City. Tapi, wah… memasuki prolog-nya aja, ternyata dugaan gue salah. Buku ini, sangat serius. Gimana gak serius, ceritanya dibuka di pemakaman. Lalu bergulir ke sebuah petanyaan yang berat, dan susah untuk mencari jawabannya: Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini?
Jadi, ceritanya, Kanya sangat terpukul dengan kematian sahabatnya, Tammy. Kanya merasa bersalah, karena di malam kematian Tammy, mereka berdua dugem bareng, agak-agak mabok, dan Kanya-lah yang mengemudikan mobil ketika kecelakaan itu terjadi. Kalimat terakhir Tammy, adalah sebuah pertanyaan di atas, yang membuat Kanya bengong dan hilang konsentrasi pas lagi nyupir.
Kanya dan Tammy sebenarnya bagaikan kucing dan anjing ketika pertama kali bertemu. Kanya yang manja, anak konglomerat. Sedangkan Tammy, juga anak tunggal, tapi dengan kondisi ekonomi yang berbeda. Suatu kejadian, membuat mereka berdua seolah tak terpisahkan lagi.
Kepergian Tammy – dengan pertanyaan yang menggantung itu – membuat Kanya berpikir, apa yang ia cari dalam hidup ini, apa yang membuatnya bahagia. Untuk mencari jawaban itu, Kanya pergi ke Bali. Tempat yang sebenarnya juga menyisakan duka untuk Kanya dan ayahnya.
Di Bali, Kanya berkenala dengan Gala, seorang musisi independent, anak pemilik rumah yang disewa Kanya. Gala yang cuek, awalnya sering melontarkan kalimat yang membuat Kanya tersinggung, tapi Gala juga yang akhirnya membuka mata hati Kanya, hingga ia bisa memutuskan apa yang ia pilih.
Sebuah novel filosofi dalam bentuk ringan. Ada nuasana roman terselip sedikit. Novel ini emang gue baca langsung habis, tanpa jeda. Tapi, malah bikin mikir… hehehe.. untuk bacaan ringan, gak cocok, tapi, bagus untuk jadi ‘santapan’ selingan yang mengenyangkan.
Sebagai pelengkap, novel ini ada 'soundtrack'nya, ada CD yang diselipkan dalam novel ini, lagu ciptaan Anang Hermansyah (belum sempet gue denger sih, CD-nya). Konon kabarnya, bakal ada filmnya juga, yang akan dibuat sama pasangan suami-istri ini.
Wulan Guritno & Adilla Dimitri @ 2009
Penerbit Edelweiss – Cet. I, Oktober 2009
244 Hal.
Gue menemukan buku ini ketika lagi ‘kehabisan’ bacaan, tapi gak pengen beli buku yang terlalu ‘berat’. Pengen yang simple-simple aja. Dalam bayangan gue sih, gue berharap buku ini, buku ringan yang bisa gue habiskan sekali baca pas weekend.
Jadi, gue baca sambil nungguin Mika main di Lollypop, Senayan City. Tapi, wah… memasuki prolog-nya aja, ternyata dugaan gue salah. Buku ini, sangat serius. Gimana gak serius, ceritanya dibuka di pemakaman. Lalu bergulir ke sebuah petanyaan yang berat, dan susah untuk mencari jawabannya: Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini?
Jadi, ceritanya, Kanya sangat terpukul dengan kematian sahabatnya, Tammy. Kanya merasa bersalah, karena di malam kematian Tammy, mereka berdua dugem bareng, agak-agak mabok, dan Kanya-lah yang mengemudikan mobil ketika kecelakaan itu terjadi. Kalimat terakhir Tammy, adalah sebuah pertanyaan di atas, yang membuat Kanya bengong dan hilang konsentrasi pas lagi nyupir.
Kanya dan Tammy sebenarnya bagaikan kucing dan anjing ketika pertama kali bertemu. Kanya yang manja, anak konglomerat. Sedangkan Tammy, juga anak tunggal, tapi dengan kondisi ekonomi yang berbeda. Suatu kejadian, membuat mereka berdua seolah tak terpisahkan lagi.
Kepergian Tammy – dengan pertanyaan yang menggantung itu – membuat Kanya berpikir, apa yang ia cari dalam hidup ini, apa yang membuatnya bahagia. Untuk mencari jawaban itu, Kanya pergi ke Bali. Tempat yang sebenarnya juga menyisakan duka untuk Kanya dan ayahnya.
Di Bali, Kanya berkenala dengan Gala, seorang musisi independent, anak pemilik rumah yang disewa Kanya. Gala yang cuek, awalnya sering melontarkan kalimat yang membuat Kanya tersinggung, tapi Gala juga yang akhirnya membuka mata hati Kanya, hingga ia bisa memutuskan apa yang ia pilih.
Sebuah novel filosofi dalam bentuk ringan. Ada nuasana roman terselip sedikit. Novel ini emang gue baca langsung habis, tanpa jeda. Tapi, malah bikin mikir… hehehe.. untuk bacaan ringan, gak cocok, tapi, bagus untuk jadi ‘santapan’ selingan yang mengenyangkan.
Sebagai pelengkap, novel ini ada 'soundtrack'nya, ada CD yang diselipkan dalam novel ini, lagu ciptaan Anang Hermansyah (belum sempet gue denger sih, CD-nya). Konon kabarnya, bakal ada filmnya juga, yang akan dibuat sama pasangan suami-istri ini.
Labels:
fiction
Thursday, November 05, 2009
Kelas Memasak Lilian (The School of Essential Ingredients)
Kelas Memasak Lilian (The School of Essential Ingredients)
Erica Baurermeister @ 2009
Bentang, Cet. 1 – September 2009
234 Hal.
Gue selalu tertarik baca novel yang ada hubungannya dengan masakan, makanan… kaya’nya so yummy (Farah Quinn’s tone: on). Dan gue mencari-cari ke-yummy-an itu lagi di buku Kelas Memasak Lilian. Wuiihh… mau nulis ini aja, bikin gue jadi laper…
Lilian mulai memasak untuk membuat ibunya ‘keluar’ dari dunianya sendiri. Ibu Lilian ‘melarikan diri’ ke buku sejak ayahnya pergi meninggalkan mereka. Lilian jadi benci buku. Ia seolah melihat wajah ibunya tergantung dari tokoh dari buku yang dibacanya saat itu. Ia mencoba berbagai masakan untuk menarik perhatiaannya ibunya, ia nyaris putus asa karena malahan masakannya tergantung juga dari apa yang dibaca ibunya. Untung dia pernah berkenalan dengan Abuelita, perempuan pemilik toko rempah-rempah dan bahan makanan. Abuelita memberinya sebuah ‘tongkat ajaib’.
Beranjak dewasa, Lilian pun membuka restoran, sekaligus mengadakan kursus memasak di setiap hari senin, ketika restoran tutup. Peserta kursus itu tidak banyak, tapi datang dari berbagai kalangan – misalnya Claire, seorang ibu rumah tangga, pasangan suami istri Carl dan Helen, Antonia, cewek Italia yang designer interior, ada Tom yang memang pernah berprofesi sebagai koki, lalu Chloe, Isabelle dan Ian. Mereka punya alasan masing-masing hingga mereka sampai di tempat Lilian.
Buku ini gak melulu menceritakan kesibukan di kelas masak itu, dan tidak hanya bercerita dari sisi Lilian. Setiap bab, satu tokoh yang bercerita, kita jadi tahu masa lalu masing-masing tokoh, kehidupan mereka sekarang, kenangan terhadap sebuah masakan atau kegiatan memasak. Misalnya, Claire – kesibukannya sebagai ibu rumah tanggga, mengurus suami dan dua orang anak yang masih kecil, membuat dia merasa gak mengenal dirinya lagi, gak tau lagi apa yang dia inginkan, kursus masak ini seolah jadi ‘me time’ bagi Claire. Lalu, Carl dan Helen, tampak mesra di depan semua murid, seolah mereka adalah pasangan idaman. Tapi, ternyata di balik kemesraan mereka, tersimpan masa lalu yang menyakitkan – cinta, gak berarti membuat pasangan bisa benar-benar setia. The good point is, belajar saling mema’afkan.
Antonia, cewek eksotis dari Italia, rindu kampung halaman – sedang pusing menghadapi klien yang memintanya mendesign sebuah dapur di rumah tua. Antonia yang ingat kampung halamannya, merasa sayang banget kalau dia harus membongkar dapur itu, dapur yang mengingatkannya pada suasana di kampungnya di Italia.
Ian, si ahli computer, diam-diam suka sama Antonia. Kursus memasak adalah hadiah dari ibunya. Si kaku Ian, harus belajar bersosialisi dengan yang lain. Beda dengan Tom, ia ikut kursus masak demi kenangannya akan istrinya yang sudah meninggal. Mendiang istrinya adalah seorang koki.
Isabelle, perempuan tua yang kesepian dan pelupa , dan terakhir si ceroboh, Chloe. Sebagai pelayan restoran, Chloe sangat ceroboh. Entah sudah berapa banyak gelas, piring yang pecah.
Semuanya seolah penuh cinta. Di setiap bab, Lilian juga mengajari seri resep yang berbeda, yang selalu mempunyai cerita atau filosofi di balik resep itu. Selalu menggunakan bahan-bahan yang alami, sentuhan langsung dengan tangan. Tapi, Lilian sendiri ‘digambarkan’ sebagai tokoh yang misterius.
Gue seolah merasakan ‘kehangatan’ di dalam dapur – bukan hanya yang terjadi di kelas memasak itu, tapi di setiap dapur setiap tokoh. Kaya’nya penuh cinta, penuh rasa sayang… hahaha.. kenapa jadi sok romantis gini?!!
Erica Baurermeister @ 2009
Bentang, Cet. 1 – September 2009
234 Hal.
Gue selalu tertarik baca novel yang ada hubungannya dengan masakan, makanan… kaya’nya so yummy (Farah Quinn’s tone: on). Dan gue mencari-cari ke-yummy-an itu lagi di buku Kelas Memasak Lilian. Wuiihh… mau nulis ini aja, bikin gue jadi laper…
Lilian mulai memasak untuk membuat ibunya ‘keluar’ dari dunianya sendiri. Ibu Lilian ‘melarikan diri’ ke buku sejak ayahnya pergi meninggalkan mereka. Lilian jadi benci buku. Ia seolah melihat wajah ibunya tergantung dari tokoh dari buku yang dibacanya saat itu. Ia mencoba berbagai masakan untuk menarik perhatiaannya ibunya, ia nyaris putus asa karena malahan masakannya tergantung juga dari apa yang dibaca ibunya. Untung dia pernah berkenalan dengan Abuelita, perempuan pemilik toko rempah-rempah dan bahan makanan. Abuelita memberinya sebuah ‘tongkat ajaib’.
Beranjak dewasa, Lilian pun membuka restoran, sekaligus mengadakan kursus memasak di setiap hari senin, ketika restoran tutup. Peserta kursus itu tidak banyak, tapi datang dari berbagai kalangan – misalnya Claire, seorang ibu rumah tangga, pasangan suami istri Carl dan Helen, Antonia, cewek Italia yang designer interior, ada Tom yang memang pernah berprofesi sebagai koki, lalu Chloe, Isabelle dan Ian. Mereka punya alasan masing-masing hingga mereka sampai di tempat Lilian.
Buku ini gak melulu menceritakan kesibukan di kelas masak itu, dan tidak hanya bercerita dari sisi Lilian. Setiap bab, satu tokoh yang bercerita, kita jadi tahu masa lalu masing-masing tokoh, kehidupan mereka sekarang, kenangan terhadap sebuah masakan atau kegiatan memasak. Misalnya, Claire – kesibukannya sebagai ibu rumah tanggga, mengurus suami dan dua orang anak yang masih kecil, membuat dia merasa gak mengenal dirinya lagi, gak tau lagi apa yang dia inginkan, kursus masak ini seolah jadi ‘me time’ bagi Claire. Lalu, Carl dan Helen, tampak mesra di depan semua murid, seolah mereka adalah pasangan idaman. Tapi, ternyata di balik kemesraan mereka, tersimpan masa lalu yang menyakitkan – cinta, gak berarti membuat pasangan bisa benar-benar setia. The good point is, belajar saling mema’afkan.
Antonia, cewek eksotis dari Italia, rindu kampung halaman – sedang pusing menghadapi klien yang memintanya mendesign sebuah dapur di rumah tua. Antonia yang ingat kampung halamannya, merasa sayang banget kalau dia harus membongkar dapur itu, dapur yang mengingatkannya pada suasana di kampungnya di Italia.
Ian, si ahli computer, diam-diam suka sama Antonia. Kursus memasak adalah hadiah dari ibunya. Si kaku Ian, harus belajar bersosialisi dengan yang lain. Beda dengan Tom, ia ikut kursus masak demi kenangannya akan istrinya yang sudah meninggal. Mendiang istrinya adalah seorang koki.
Isabelle, perempuan tua yang kesepian dan pelupa , dan terakhir si ceroboh, Chloe. Sebagai pelayan restoran, Chloe sangat ceroboh. Entah sudah berapa banyak gelas, piring yang pecah.
Semuanya seolah penuh cinta. Di setiap bab, Lilian juga mengajari seri resep yang berbeda, yang selalu mempunyai cerita atau filosofi di balik resep itu. Selalu menggunakan bahan-bahan yang alami, sentuhan langsung dengan tangan. Tapi, Lilian sendiri ‘digambarkan’ sebagai tokoh yang misterius.
Gue seolah merasakan ‘kehangatan’ di dalam dapur – bukan hanya yang terjadi di kelas memasak itu, tapi di setiap dapur setiap tokoh. Kaya’nya penuh cinta, penuh rasa sayang… hahaha.. kenapa jadi sok romantis gini?!!
Labels:
fiction
Friday, October 16, 2009
Behaving Badly (Jangan Bandel, Ya!)
Behaving Badly (Jangan Bandel, Ya!)
Isabel Wolf @ 2003
Lina Jusuf (Terj.)
GPU – November 2007
440 Hal.
Miranda Sweet, adalah seorang ahli ‘psikologi hewan’. Ia sempat menjadi dokter hewan, sebelum mendapat ‘pencerahan’ baru. Tapi, kehidupan pribadinya sendiri tampaknya butuh bantuan psikologi.
Dalam masalah percintaan, Miranda baru saja putus dari tunangannya, Alexander, seorang aktor yang diramalkan akan meroket karirnya. Alasan putusnya yang baru diketahui di tengah-tengah cerita ternyata lucu juga. Yang jelas, Alexander tampak bukan tipe pria pelindung perempuan.
Secara kebetulan, melalui Daisy, sahabatnya baiknya, Miranda mendapatkan seorang klien bernama Caroline yang bermasalah dengan anjingnya. Tak disangka-sangka, Miranda malah bertemu suami Caroline, orang dari masa lalu Miranda yang nyaris membuat hidupnya berantakan. Hidup Miranda terkesan biasa-biasa saja, tapi ternyata ia menyimpan rahasia besar – yang kalau sampai terungkap mungkin akan membuat segalanya hancur. Apalagi, James, suami Caroline itu, adalah seorang Menteri Pendidikan, politisi yang punya pengaruh. Andai Miranda berani membocorkan rahasia mereka, bukan tak mungkin James akan menghancurkan Miranda.
Perasaan bersalah membuat Miranda mencari seseorang dari masa lalunya yang sudah sakiti. Miranda dulu adalah seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak binatang. Sikap polosnya sempat membuat ia terjebak dengan orang yang dulu dikenalnya sebagai Jimmy, yang tak lain adalah James di masa kini. Miranda bertekad mencari anak muda yang ia sakiti dulu. Ia ingin mengakui kesalahannya dan berdamai dengan masa lalunya.
Karir Miranda cukup maju. Semakin banyak client, semakin banyak majalah yang ingin mempublikasikan sosok Miranda. Kesempatan baik untuk membuat prakteknya semakin terkenal. Salah satu klien Miranda bekerja di sebuah majalah dan tertarik untuk memuat profil Miranda. Sengaja Miranda minta seorang fotografer yang mungkin saja sosok anak muda yang ia cari.
Selebihnya, mudah ditebak. Si fotografer memang orang yang ia cari, ternyata mereka berdua saling jatuh cinta dan Miranda terjebak dalam sebuah dilema antara takut mengakui kesalahan masa lalunya atau terus berbohong agar tidak kehilang sang fotografer.
Gue suka nih, chicklit yang begini. Yang isinya bukan cewek konyol, yang payah dalam segala hal. Miranda adalah cewek cerdas dan bertanggung jawab. Dan, serunya buku ini, banyak rahasia-rahasia yang diceritain pelan-pelan, baru terungkap di tengah-tengah bahkan nyaris mendekati akhir. Bacaan ringan, tapi gak bikin langsung menguap setelah selesai dibaca.
Isabel Wolf @ 2003
Lina Jusuf (Terj.)
GPU – November 2007
440 Hal.
Miranda Sweet, adalah seorang ahli ‘psikologi hewan’. Ia sempat menjadi dokter hewan, sebelum mendapat ‘pencerahan’ baru. Tapi, kehidupan pribadinya sendiri tampaknya butuh bantuan psikologi.
Dalam masalah percintaan, Miranda baru saja putus dari tunangannya, Alexander, seorang aktor yang diramalkan akan meroket karirnya. Alasan putusnya yang baru diketahui di tengah-tengah cerita ternyata lucu juga. Yang jelas, Alexander tampak bukan tipe pria pelindung perempuan.
Secara kebetulan, melalui Daisy, sahabatnya baiknya, Miranda mendapatkan seorang klien bernama Caroline yang bermasalah dengan anjingnya. Tak disangka-sangka, Miranda malah bertemu suami Caroline, orang dari masa lalu Miranda yang nyaris membuat hidupnya berantakan. Hidup Miranda terkesan biasa-biasa saja, tapi ternyata ia menyimpan rahasia besar – yang kalau sampai terungkap mungkin akan membuat segalanya hancur. Apalagi, James, suami Caroline itu, adalah seorang Menteri Pendidikan, politisi yang punya pengaruh. Andai Miranda berani membocorkan rahasia mereka, bukan tak mungkin James akan menghancurkan Miranda.
Perasaan bersalah membuat Miranda mencari seseorang dari masa lalunya yang sudah sakiti. Miranda dulu adalah seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak binatang. Sikap polosnya sempat membuat ia terjebak dengan orang yang dulu dikenalnya sebagai Jimmy, yang tak lain adalah James di masa kini. Miranda bertekad mencari anak muda yang ia sakiti dulu. Ia ingin mengakui kesalahannya dan berdamai dengan masa lalunya.
Karir Miranda cukup maju. Semakin banyak client, semakin banyak majalah yang ingin mempublikasikan sosok Miranda. Kesempatan baik untuk membuat prakteknya semakin terkenal. Salah satu klien Miranda bekerja di sebuah majalah dan tertarik untuk memuat profil Miranda. Sengaja Miranda minta seorang fotografer yang mungkin saja sosok anak muda yang ia cari.
Selebihnya, mudah ditebak. Si fotografer memang orang yang ia cari, ternyata mereka berdua saling jatuh cinta dan Miranda terjebak dalam sebuah dilema antara takut mengakui kesalahan masa lalunya atau terus berbohong agar tidak kehilang sang fotografer.
Gue suka nih, chicklit yang begini. Yang isinya bukan cewek konyol, yang payah dalam segala hal. Miranda adalah cewek cerdas dan bertanggung jawab. Dan, serunya buku ini, banyak rahasia-rahasia yang diceritain pelan-pelan, baru terungkap di tengah-tengah bahkan nyaris mendekati akhir. Bacaan ringan, tapi gak bikin langsung menguap setelah selesai dibaca.
Thursday, October 15, 2009
Ink Exchange
Ink Exchange (Jalinan yang Memikat)
Melissa Marr @ 2008
Monica Dwi Chresnayani (Terj.)
GPU - September 2009
352 Hal.
Semenjak menjadi Ratu Musim Panas, Aislinn harus melindungi teman-teman mortalnya seperti Seth dan Leslie agar bebas dari gangguan para faery atau fey. Kerajaan Musim Panas bekerja sama dengan Kerajaan Musim Dingin, untuk menciptakan ‘perdamaian’ di antara para faery mereka. Bahkan Ratu Musim Dingin yang baru, Ratu Donia, menghadiahkan musim panas yang datang lebih awal.
Tapi, masih ada yang tidak gembira dengan ‘persekutuan’ kedua kerajaan itu, yaitu para faery di Kerajaan Kegelapan. Bagi mereka, dengan adanya perdamaian, berarti kekacauan berkurang, padahal mereka ‘makan’ dari rasa takut para mortal yang ditimbulkan karena adanya kekacauan itu. Untuk itulah, Irial, Raja Kerajaan Kegelapan, membutuhkan gadis mortal, sebagai penghubung antara faery dan mortal.
Leslie, sahabat baik Aislin, hidup penuh ketakutan dan kekhawatiran semenjak ibunya pergi meninggalkan keluarga mereka. Ayahnya jadi gemar berjudi, kakaknya Ren malah terjerat dalam obat-obat terlarang dan kerap ‘mengorbankan’ Leslie demi menghindar dari hutang. Leslie mencari rasa aman dan nyaman untuk dirinya sendiri. Leslie mencoba lari dari masalahnya. Ia mencari sebuah ‘sarana’ untuk itu. Kegemarannya pada tattoo membuat ia yakin, bahwa dengan merajah tubuhnya, ia akan terbebas dari segala rasa takut itu, ia mereka akan menjadi seorang Leslie yang baru.
Tanpa disadari, Leslie memilih sebuah gambar yang membawa bahaya. Gambar milik Irial, yang dengan ‘tercetak’nya gambar itu di tubuh Leslie, menjadikan Leslie sebagai Gadis Bayang-Bayang Irial. Menjadi ‘milik’ Irial membuat Leslie mabuk kepayang, antara sadar atau tidak, Leslie ‘menuntaskan’ rasa lapar Irial dan faery-faery Kerajaan Kegelapan lainnya.
Niall, salah faery Kerajaan Musim Panas yang ditugaskan menjaga Leslie, berusaha menyelamatkan Leslie. Tapi, ketika mortal sudah jadi ‘milik’ salah satu kerajaan, susah untuk ditarik ke kerajaan lain. Apalagi Niall ternyata jatuh cinta dengan Leslie.
Buku kedua lebih rumit dari buku pertama. Kalau waktu baca Wicked Lovely, gue rada bingung dengan alur ceritnya, maksud ceritanya karena begitu banyak faery yang ‘berkeliaran’. Tapi di buku kedua, gue pelan-pelan mulai mengerti. Kalo di buku ini, lebih banyak Leslie yang yang ‘berperan’ karena memang fokusnya di Leslie.
Faery – apakah ini peri? – berbeda dari gambaran peri-peri imut-imut, mungil, lucu dan baik hati. Justru di sini, faery suka mengganggu manusia. Kalo faery Kerajaan Musim Panas suka pesta, faery Kerajaan Musim Dingin cenderung muram, dan lebih mengerikan faery Kerajaan Kegelapan, mereka suka ‘memikat’ mortal, menyedot habis energi mereka, sehingga para mortal lupa diri. Kadang mortal jadi ‘kecanduan’, dan ketika sudah tidah bisa bertahan, ada yang jadi gila bahkan mati. Faery Kerajaan Kegelapan suka kekacauan, perang atau rumah sakit jiwa – tempat di mana banyak rasa takut.
Tapi, meskipun Irial itu terkesan dingin, gue cukup ‘tersentuh’ ketika Irial menyerahkan takhta Raja Kerajaan Kegelapan kepada Niall, lalu ternyata Leslie berhasil ‘mempengaruhi’ perasaan Irial jadi sedikit lebih ‘manusiawi’ atau lebih lembut.
Melissa Marr @ 2008
Monica Dwi Chresnayani (Terj.)
GPU - September 2009
352 Hal.
Semenjak menjadi Ratu Musim Panas, Aislinn harus melindungi teman-teman mortalnya seperti Seth dan Leslie agar bebas dari gangguan para faery atau fey. Kerajaan Musim Panas bekerja sama dengan Kerajaan Musim Dingin, untuk menciptakan ‘perdamaian’ di antara para faery mereka. Bahkan Ratu Musim Dingin yang baru, Ratu Donia, menghadiahkan musim panas yang datang lebih awal.
Tapi, masih ada yang tidak gembira dengan ‘persekutuan’ kedua kerajaan itu, yaitu para faery di Kerajaan Kegelapan. Bagi mereka, dengan adanya perdamaian, berarti kekacauan berkurang, padahal mereka ‘makan’ dari rasa takut para mortal yang ditimbulkan karena adanya kekacauan itu. Untuk itulah, Irial, Raja Kerajaan Kegelapan, membutuhkan gadis mortal, sebagai penghubung antara faery dan mortal.
Leslie, sahabat baik Aislin, hidup penuh ketakutan dan kekhawatiran semenjak ibunya pergi meninggalkan keluarga mereka. Ayahnya jadi gemar berjudi, kakaknya Ren malah terjerat dalam obat-obat terlarang dan kerap ‘mengorbankan’ Leslie demi menghindar dari hutang. Leslie mencari rasa aman dan nyaman untuk dirinya sendiri. Leslie mencoba lari dari masalahnya. Ia mencari sebuah ‘sarana’ untuk itu. Kegemarannya pada tattoo membuat ia yakin, bahwa dengan merajah tubuhnya, ia akan terbebas dari segala rasa takut itu, ia mereka akan menjadi seorang Leslie yang baru.
Tanpa disadari, Leslie memilih sebuah gambar yang membawa bahaya. Gambar milik Irial, yang dengan ‘tercetak’nya gambar itu di tubuh Leslie, menjadikan Leslie sebagai Gadis Bayang-Bayang Irial. Menjadi ‘milik’ Irial membuat Leslie mabuk kepayang, antara sadar atau tidak, Leslie ‘menuntaskan’ rasa lapar Irial dan faery-faery Kerajaan Kegelapan lainnya.
Niall, salah faery Kerajaan Musim Panas yang ditugaskan menjaga Leslie, berusaha menyelamatkan Leslie. Tapi, ketika mortal sudah jadi ‘milik’ salah satu kerajaan, susah untuk ditarik ke kerajaan lain. Apalagi Niall ternyata jatuh cinta dengan Leslie.
Buku kedua lebih rumit dari buku pertama. Kalau waktu baca Wicked Lovely, gue rada bingung dengan alur ceritnya, maksud ceritanya karena begitu banyak faery yang ‘berkeliaran’. Tapi di buku kedua, gue pelan-pelan mulai mengerti. Kalo di buku ini, lebih banyak Leslie yang yang ‘berperan’ karena memang fokusnya di Leslie.
Faery – apakah ini peri? – berbeda dari gambaran peri-peri imut-imut, mungil, lucu dan baik hati. Justru di sini, faery suka mengganggu manusia. Kalo faery Kerajaan Musim Panas suka pesta, faery Kerajaan Musim Dingin cenderung muram, dan lebih mengerikan faery Kerajaan Kegelapan, mereka suka ‘memikat’ mortal, menyedot habis energi mereka, sehingga para mortal lupa diri. Kadang mortal jadi ‘kecanduan’, dan ketika sudah tidah bisa bertahan, ada yang jadi gila bahkan mati. Faery Kerajaan Kegelapan suka kekacauan, perang atau rumah sakit jiwa – tempat di mana banyak rasa takut.
Tapi, meskipun Irial itu terkesan dingin, gue cukup ‘tersentuh’ ketika Irial menyerahkan takhta Raja Kerajaan Kegelapan kepada Niall, lalu ternyata Leslie berhasil ‘mempengaruhi’ perasaan Irial jadi sedikit lebih ‘manusiawi’ atau lebih lembut.
Tuesday, October 06, 2009
The Secret Garden
The Secret Garden: Persahabatan Sejati di Tengah Taman Rahasia
Frances Hodgson Burnett @ 1909
Rien Chaerani (Terj.)
Qanita, Cet. I - Agustus 2009
460 Hal.
Satu lagi karya klasik diterbitin sama Qanita. Kali ini adalah The Secret Garden (dulu kalo gak salah sih, pernah diterbitin sama Gramedia dengan judul Kebun Rahasia – menyesal buku ini hilang).
Cerita tentang Mary Lennox, anak perempuan yang nyaris sebatang kara. Mary lahir di India. Sejak lahir, ibunya langsung menyerahkan pengasuhan Mary kepada seorang ayah – pengasuh dari kalangan penduduk pribumi, karena ia tidak menginginkan anak perempuan. Mary juga praktis tidak pernah bertemu dengan ayahnya yang sibuk dengan pekerjaannya.
Mary tumbuh menjadi anak yang manja, keras kepala dan pemarah. Ia tidak peduli pada apa pun, sama halnya dengan nyaris tidak ada yang peduli dengan dirinya. Bahkan ia hampir saja terlupakan ketika wabah penyakit menyerang dan orang tua serta ayah-nya meninggal karena penyakit itu. Ia terlupakan di tengah rumah yang besar dan sepi, untung saja ada seorang tentara yang menemukannya.
Mary kemudian pergi ke Inggris, tempat di mana pamannya, Mr. Craven tinggal. Ia adalah wali Mary dan tentu saja wajib untuk mengurus Mary sampai ia dewasa. Mr. Craven sangat misterius, ia sering bepergian dan meninggalkan rumahnya yang besar. Mary tinggal bersama para pelayan dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Mary boleh bermain di mana saja, asal jangan masuk ke sebuh kebun yang tertutup dan terkunci selama sepuluh tahun.
Mary sempat membuat Martha, salah satu pelayan di rumah itu bingung. Mary terbiasa dilayani, bahkan untuk urusan memakai sepatu dan baju. Tingkah laku Mary juga sangat menyebalkan.
Tapi, ketika ia ‘bertualang’ di luar, menghirup udara segar, dan tentu saja mencari kebun rahasia, membuat Mary jadi lebih ceria, jauh berbeda dari saat ia pertama kali datang. Perkenalannya dengan Dickon – adik Martha, juga memberi warna tersendiri dalam hari-harinya. Dickon yang bersahabat dengan berbagai binatang.
Ternyata ada satu rahasia lagi di rumah itu, rahasia besar yang sampai-sampai para pelayan tidak berani bercerita pada Mary. Rahasia tentang seorang anak laki-laki yang divonis akan segera meninggal, atau hidup dalam keadaan cacat.
Kehadiran Mary membawa perubahan besar bagi kehidupan di rumah besar yang sepi dan suram itu.
Cerita ini khas cerita-cerita persahabatan. Penuh petualangan (meskipun bukan a la Lima Sekawan), penuh rahasia, penuh makanan yang lezatttt… Gue seneng banget sekarang banyak cerita-cerita klasik yang diterbitin lagi. Membuat gue kembali bernostalgia, inget sama bacaan gue waktu masih SD dulu… hehehe..
Frances Hodgson Burnett @ 1909
Rien Chaerani (Terj.)
Qanita, Cet. I - Agustus 2009
460 Hal.
Satu lagi karya klasik diterbitin sama Qanita. Kali ini adalah The Secret Garden (dulu kalo gak salah sih, pernah diterbitin sama Gramedia dengan judul Kebun Rahasia – menyesal buku ini hilang).
Cerita tentang Mary Lennox, anak perempuan yang nyaris sebatang kara. Mary lahir di India. Sejak lahir, ibunya langsung menyerahkan pengasuhan Mary kepada seorang ayah – pengasuh dari kalangan penduduk pribumi, karena ia tidak menginginkan anak perempuan. Mary juga praktis tidak pernah bertemu dengan ayahnya yang sibuk dengan pekerjaannya.
Mary tumbuh menjadi anak yang manja, keras kepala dan pemarah. Ia tidak peduli pada apa pun, sama halnya dengan nyaris tidak ada yang peduli dengan dirinya. Bahkan ia hampir saja terlupakan ketika wabah penyakit menyerang dan orang tua serta ayah-nya meninggal karena penyakit itu. Ia terlupakan di tengah rumah yang besar dan sepi, untung saja ada seorang tentara yang menemukannya.
Mary kemudian pergi ke Inggris, tempat di mana pamannya, Mr. Craven tinggal. Ia adalah wali Mary dan tentu saja wajib untuk mengurus Mary sampai ia dewasa. Mr. Craven sangat misterius, ia sering bepergian dan meninggalkan rumahnya yang besar. Mary tinggal bersama para pelayan dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Mary boleh bermain di mana saja, asal jangan masuk ke sebuh kebun yang tertutup dan terkunci selama sepuluh tahun.
Mary sempat membuat Martha, salah satu pelayan di rumah itu bingung. Mary terbiasa dilayani, bahkan untuk urusan memakai sepatu dan baju. Tingkah laku Mary juga sangat menyebalkan.
Tapi, ketika ia ‘bertualang’ di luar, menghirup udara segar, dan tentu saja mencari kebun rahasia, membuat Mary jadi lebih ceria, jauh berbeda dari saat ia pertama kali datang. Perkenalannya dengan Dickon – adik Martha, juga memberi warna tersendiri dalam hari-harinya. Dickon yang bersahabat dengan berbagai binatang.
Ternyata ada satu rahasia lagi di rumah itu, rahasia besar yang sampai-sampai para pelayan tidak berani bercerita pada Mary. Rahasia tentang seorang anak laki-laki yang divonis akan segera meninggal, atau hidup dalam keadaan cacat.
Kehadiran Mary membawa perubahan besar bagi kehidupan di rumah besar yang sepi dan suram itu.
Cerita ini khas cerita-cerita persahabatan. Penuh petualangan (meskipun bukan a la Lima Sekawan), penuh rahasia, penuh makanan yang lezatttt… Gue seneng banget sekarang banyak cerita-cerita klasik yang diterbitin lagi. Membuat gue kembali bernostalgia, inget sama bacaan gue waktu masih SD dulu… hehehe..
Labels:
fiction; classic,
youngreaders
Wicked Lovely (Pesona yang Menawan)
Wicked Lovely (Pesona yang Menawan)
Melissa Marr @ 2008
Monica Dwi Chresnayani (Terj.)
GPU - Juli 2009
368 Hal.
Aislinn tau, dia tidak boleh menatap faery, tidak boleh bicara dengan faery, apalagi menarik perhatian faery. Itulah yang diajarkan neneknya kepada Aislinn. Neneknya selalu mengkhawatirkan keselamatan Aislinn sehubungan dengan faery-faery itu. Tapi, dia tidak pernah tau apa alasannya.
Bagaimana pun Aislinn menghindar, faery-faery tetap berkeliaran di sekitarnya. Apalagi seorang faery dengan ‘wujud’ tampan mendekatinya terus, tak peduli seberapa kuat Aislinn menolaknya.
Kenapa Aislinn yang jadi pilihan? Karena Keenan, sang Raja Musim Panas kaum Faery yakin, Aislinn-lah calon pendamping yang tepat, calon Ratu Musim Panas. Keenan benar-benar berharap akan hal itu. Karena kalau ternyata dugaan Keenan salah, Aislinn harus memegang tongkat musim dingin, dan akan mempengaruhi gadis selanjutnya untuk tidak percaya pada Keenan.
Tapi, Aislinn ingin tetap pada kehidupannya yang mortal. Apalagi ia jatuh cinta pada cowok urakan bernama Seth. Tadinya Seth adalah cowok yang senang gonta-ganti pasangan, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menjalin hubungan lebih serius dengan Aislinn. Seth memberikan rasa aman dan nyaman pada Aisilinn yang sering meresa risih karena bisa melihat dan diikuti oleh para fey dan faery. Apalagi Seth tinggal di dalam sebuah gerbong berdinding besi – yang cukup ampuh untuk menjauhkannya dari para fey dan faery itu.
Meskipun Aislinn terus menghindar, Keenan tetap gigih mendekati Aislinn. Dengan memakai glamour – sebuah sarana penyamaran agar tampak seperti mortal – Keenan mendaftarkan diri di sekolah yang sama dengan Aislinn.
Masalah Keenan bukan hanya terletak pada ‘urusan’ mempengaruhi Aislinn, tapi juga ia harus menghadapi Beira, Ratu Musim Dingin, yang tak lain adalah ibunya sendiri. Beira adalah ratu yang kejam. Ia ingin dunia ini selalu dilingkupi oleh musim dingin yang abadi. Beira tidak ingin ada pasangan untuk anaknya yang artinya nyawa Aislinn pun terancam.
Novel ini berbau fantasi dengan nuansa ‘gelap’. Agak-agak berbau-bau gothic. Aislinn adalah tokoh perempuan yang berusaha kuat meskipun punya ketakutan. Tinggal di sebuah daerah yang tingkat kriminalitasnya tinggi, obat-obatan beredar dengan bebas di antara para pemakai.
Gue jadi ikut ‘terjerat’ pesonanya Keenan. Dan sekarang gue lagi baca buku keduanya – yang lebih nyeritain temennya Aislinn, Leslie si penggemar tattoo.
Melissa Marr @ 2008
Monica Dwi Chresnayani (Terj.)
GPU - Juli 2009
368 Hal.
Aislinn tau, dia tidak boleh menatap faery, tidak boleh bicara dengan faery, apalagi menarik perhatian faery. Itulah yang diajarkan neneknya kepada Aislinn. Neneknya selalu mengkhawatirkan keselamatan Aislinn sehubungan dengan faery-faery itu. Tapi, dia tidak pernah tau apa alasannya.
Bagaimana pun Aislinn menghindar, faery-faery tetap berkeliaran di sekitarnya. Apalagi seorang faery dengan ‘wujud’ tampan mendekatinya terus, tak peduli seberapa kuat Aislinn menolaknya.
Kenapa Aislinn yang jadi pilihan? Karena Keenan, sang Raja Musim Panas kaum Faery yakin, Aislinn-lah calon pendamping yang tepat, calon Ratu Musim Panas. Keenan benar-benar berharap akan hal itu. Karena kalau ternyata dugaan Keenan salah, Aislinn harus memegang tongkat musim dingin, dan akan mempengaruhi gadis selanjutnya untuk tidak percaya pada Keenan.
Tapi, Aislinn ingin tetap pada kehidupannya yang mortal. Apalagi ia jatuh cinta pada cowok urakan bernama Seth. Tadinya Seth adalah cowok yang senang gonta-ganti pasangan, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menjalin hubungan lebih serius dengan Aislinn. Seth memberikan rasa aman dan nyaman pada Aisilinn yang sering meresa risih karena bisa melihat dan diikuti oleh para fey dan faery. Apalagi Seth tinggal di dalam sebuah gerbong berdinding besi – yang cukup ampuh untuk menjauhkannya dari para fey dan faery itu.
Meskipun Aislinn terus menghindar, Keenan tetap gigih mendekati Aislinn. Dengan memakai glamour – sebuah sarana penyamaran agar tampak seperti mortal – Keenan mendaftarkan diri di sekolah yang sama dengan Aislinn.
Masalah Keenan bukan hanya terletak pada ‘urusan’ mempengaruhi Aislinn, tapi juga ia harus menghadapi Beira, Ratu Musim Dingin, yang tak lain adalah ibunya sendiri. Beira adalah ratu yang kejam. Ia ingin dunia ini selalu dilingkupi oleh musim dingin yang abadi. Beira tidak ingin ada pasangan untuk anaknya yang artinya nyawa Aislinn pun terancam.
Novel ini berbau fantasi dengan nuansa ‘gelap’. Agak-agak berbau-bau gothic. Aislinn adalah tokoh perempuan yang berusaha kuat meskipun punya ketakutan. Tinggal di sebuah daerah yang tingkat kriminalitasnya tinggi, obat-obatan beredar dengan bebas di antara para pemakai.
Gue jadi ikut ‘terjerat’ pesonanya Keenan. Dan sekarang gue lagi baca buku keduanya – yang lebih nyeritain temennya Aislinn, Leslie si penggemar tattoo.
Labels:
fantasy,
fiction,
romance,
teens,
youngreaders
Tuesday, September 15, 2009
The Palace of Illusions (Istana Khayalan)
The Palace of Illusions (Istana Khayalan)
Chitra Banerjee Divakaruni @ 2008
Gita Yuliani K (Terj.)
GPU - Juli 2009
496 Hal.
Drupadi… dari awal kelahirannya sudah membuat orang terpana. Ia lahir dari api. Bergandengan tangan dengan sang kakak, Dre, yang memang diharapkan kelahirannya untuk membalaskan dendam sang ayah kepada Drona, seorang brahmana yang pernah diakui Raja Drupada sebagai sahabat. Kehadirannya sebenarnya tidaklah diharapkan. Maka itu, nama yang diberikan ayahnya pun ‘biasa-biasa’ saja artinya.
Tapi, kisah yang mengiringi hidupnya dari awal tidaklah biasa. Selain karena cara ia dilahirkan, ramalan tentang perjalanan hidupnya pun penuh dengan kisah tragis. Seorang peramal bernama Byasa, berkata bahwa Drupadi akan menikah dengan lima orang laki-laki, ia juga akan menyebabkan perang yang membuat jutaan perempuan menjadi janda, ia akan menyebabkan kematian kakaknya sendiri.
Tak ada yang bisa dilakukan untukmenghindari ramalan itu, selain lebih bersikap bijak. Drupadi, sejak kecil tidaklah mau menjadi seorang perempuan pada umumnya – yang hanya mengenal mengurus suami, bertingkah laku manis dan sopan. Tapi, ia adalah anak yang haus pengetahuan. Setiap Dre belajar, ia akan bersembunyi di balik tirai dan ikut mendengarkan semua pelajaran Dre. Adalah Khrisna, yang selalu menjadi sahabatnya dan gemar mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang penuh filosofi.
Ketika tiba waktunya bagi Drupadi untuk menikah, Raja Drupada mengadakan sayembara yang cukup sulit. Sayembara itu sebenarnya hanyalah ‘syarat’, karena dari awal, seorang laki-laki bernama Arjuna, sudah diharapkan (atau dipastikan) akan memenangkan sayembara itu. Tapi, ternyata, Arjuna mempunyai saingan berat, yaitu Karna – seorang anak kusir kuda yang diangkat menjadi raja oleh Duryodana, salah satu dari 100 Kurawa – sepupu Arjuna sekaligus musuh besarnya.
Karena tidak satu kasta, Karna ‘disingkirkan’ dengan tidak hormat. Meskipun Drupadi akhirnya sangat menyesal dengan keputusan itu. Tapi, seperti yang sudah diharapkan, Arjuna-lah yang menjadi sang pemenang dan otomatis menjadi suami Drupadi. Namun, ternyata, Drupadi belum boleh berlega hati, karena, sebagai anak yang patuh pada ibunya, Kunti, dan terbiasa berbagi dengan saudara-saudaranya, Arjuna tidak bisa menolak ketika Kunti meminta-nya ‘berbagi istri’. Itulah awal Drupadi akhirnya menikah dengan para Pandawa.
Dalam kisah ini, penuh dengan balas dendam, hawa nafsu dan penderitaan. Para Pandawa yang terusir dari istana mereka sendiri, akhirnya mempunyai kesempatan untuk membangun istana yang sangat indah yang hampir tidak mungkin bisa dibayangkan dalam benak manusia biasa. Istana Khayalan – nama pemberian Drupadi. Dari awal, si pembuat istana sudah mewanti-wanti agar tidak mengundang orang ke dalam istana tersebut. Tapi, memang dasar manusia, meskipun setengah dewa, ternyata masih memiliki hawa nafsu dan sifat pamer.
Karena kebodohan Yudhistira, mereka semua akhirnya kehilangan segala kemewahan yang dimilikinya. Drupadi yang hampir dipermalukan, mengucapkan sumpah yang akhirnya mengawali semakin meruncingnya hubungan antara Kurawa dan Pandawa.
Peperangan hebat terjadi. Lawan adalah saudara, sahabat dan orang-orang yang mereka kasihi. Balas dendam jadi motif utama.
Baru sekali ini gue baca buku tentang tokoh-tokoh yang selama ini gue hanya tau ada di dunia ‘pewayangan’. Gue baru tau nama-nama para pandawa, anak siapa Gatotkaca dan, sosok Srikandi. Entah bener apa nggak, karena gue gak pernah ngikutin cerita wayang, tapi, kematian semua tokoh-tokoh dalam cerita ini sangat tragis.
Drupadi sendiri digambarkan sebagai sosok perempuan yang menginginkan ‘kesetaraan’ dengan laki-laki, ia juga istri yang setia, ia memilih mendampingi suami-suaminya di pengasingan. Tapi, tetap, ia harus memendam perasaan cinta, rindu dan bersalah sekaligus karena membuat laki-laki lain sengsara.
Ceritanya eksotis banget, penuh dengan ramalan, mantra-mantra, kutukan, astra-astra, dan intrik-intrik yang ‘njelimet. Kata-kata yang puitis, banyak banget filosofinya. Hati-hati kalo mengeluarkan kutukan, karena bakal beneran kejadian dan bikin menderita tujuh turunan.
Chitra Banerjee Divakaruni @ 2008
Gita Yuliani K (Terj.)
GPU - Juli 2009
496 Hal.
Drupadi… dari awal kelahirannya sudah membuat orang terpana. Ia lahir dari api. Bergandengan tangan dengan sang kakak, Dre, yang memang diharapkan kelahirannya untuk membalaskan dendam sang ayah kepada Drona, seorang brahmana yang pernah diakui Raja Drupada sebagai sahabat. Kehadirannya sebenarnya tidaklah diharapkan. Maka itu, nama yang diberikan ayahnya pun ‘biasa-biasa’ saja artinya.
Tapi, kisah yang mengiringi hidupnya dari awal tidaklah biasa. Selain karena cara ia dilahirkan, ramalan tentang perjalanan hidupnya pun penuh dengan kisah tragis. Seorang peramal bernama Byasa, berkata bahwa Drupadi akan menikah dengan lima orang laki-laki, ia juga akan menyebabkan perang yang membuat jutaan perempuan menjadi janda, ia akan menyebabkan kematian kakaknya sendiri.
Tak ada yang bisa dilakukan untukmenghindari ramalan itu, selain lebih bersikap bijak. Drupadi, sejak kecil tidaklah mau menjadi seorang perempuan pada umumnya – yang hanya mengenal mengurus suami, bertingkah laku manis dan sopan. Tapi, ia adalah anak yang haus pengetahuan. Setiap Dre belajar, ia akan bersembunyi di balik tirai dan ikut mendengarkan semua pelajaran Dre. Adalah Khrisna, yang selalu menjadi sahabatnya dan gemar mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang penuh filosofi.
Ketika tiba waktunya bagi Drupadi untuk menikah, Raja Drupada mengadakan sayembara yang cukup sulit. Sayembara itu sebenarnya hanyalah ‘syarat’, karena dari awal, seorang laki-laki bernama Arjuna, sudah diharapkan (atau dipastikan) akan memenangkan sayembara itu. Tapi, ternyata, Arjuna mempunyai saingan berat, yaitu Karna – seorang anak kusir kuda yang diangkat menjadi raja oleh Duryodana, salah satu dari 100 Kurawa – sepupu Arjuna sekaligus musuh besarnya.
Karena tidak satu kasta, Karna ‘disingkirkan’ dengan tidak hormat. Meskipun Drupadi akhirnya sangat menyesal dengan keputusan itu. Tapi, seperti yang sudah diharapkan, Arjuna-lah yang menjadi sang pemenang dan otomatis menjadi suami Drupadi. Namun, ternyata, Drupadi belum boleh berlega hati, karena, sebagai anak yang patuh pada ibunya, Kunti, dan terbiasa berbagi dengan saudara-saudaranya, Arjuna tidak bisa menolak ketika Kunti meminta-nya ‘berbagi istri’. Itulah awal Drupadi akhirnya menikah dengan para Pandawa.
Dalam kisah ini, penuh dengan balas dendam, hawa nafsu dan penderitaan. Para Pandawa yang terusir dari istana mereka sendiri, akhirnya mempunyai kesempatan untuk membangun istana yang sangat indah yang hampir tidak mungkin bisa dibayangkan dalam benak manusia biasa. Istana Khayalan – nama pemberian Drupadi. Dari awal, si pembuat istana sudah mewanti-wanti agar tidak mengundang orang ke dalam istana tersebut. Tapi, memang dasar manusia, meskipun setengah dewa, ternyata masih memiliki hawa nafsu dan sifat pamer.
Karena kebodohan Yudhistira, mereka semua akhirnya kehilangan segala kemewahan yang dimilikinya. Drupadi yang hampir dipermalukan, mengucapkan sumpah yang akhirnya mengawali semakin meruncingnya hubungan antara Kurawa dan Pandawa.
Peperangan hebat terjadi. Lawan adalah saudara, sahabat dan orang-orang yang mereka kasihi. Balas dendam jadi motif utama.
Baru sekali ini gue baca buku tentang tokoh-tokoh yang selama ini gue hanya tau ada di dunia ‘pewayangan’. Gue baru tau nama-nama para pandawa, anak siapa Gatotkaca dan, sosok Srikandi. Entah bener apa nggak, karena gue gak pernah ngikutin cerita wayang, tapi, kematian semua tokoh-tokoh dalam cerita ini sangat tragis.
Drupadi sendiri digambarkan sebagai sosok perempuan yang menginginkan ‘kesetaraan’ dengan laki-laki, ia juga istri yang setia, ia memilih mendampingi suami-suaminya di pengasingan. Tapi, tetap, ia harus memendam perasaan cinta, rindu dan bersalah sekaligus karena membuat laki-laki lain sengsara.
Ceritanya eksotis banget, penuh dengan ramalan, mantra-mantra, kutukan, astra-astra, dan intrik-intrik yang ‘njelimet. Kata-kata yang puitis, banyak banget filosofinya. Hati-hati kalo mengeluarkan kutukan, karena bakal beneran kejadian dan bikin menderita tujuh turunan.
Labels:
historical-fiction
Wednesday, September 09, 2009
Pink Project
Pink Project
Retni SB @ 2009
GPU – Juli 2009
264 Hal.
Pertama kali, coba-coba menulis komentar tentang sebuah lukisan di koran, Puti Ranin langsung mendapat balasan pedas dari seorang kritikus lukisan lain. Sangga Lazuardy, menyebut Puti sebagai katak dalam tempurung, tapi sok tahu. Karuan Puti langsung berang. Puti tau, dia bukanlah seorang seniman yang mampu menilai karya lukisan dengan canggih. Dia hanya penggemar lukisan, dan ketika satu lukisan mampu membuatnya ‘terpana’, Puti tak tahan untuk tidak mengirimkan tulisannya ke surat kabar. Puti langsung emosi berat. Bukan hanya karena Sangga ‘menghina’ dirinya, tapi juga menghina Pring, pelukis pujaannya itu.
Pada satu kesempatan, Puti akhirnya bertemu dengan Sangga. Sikap Sangga yang sok cool dan seolah mengaggap Puti gak ada, makin membuat Puti berang. Padahal, entah kenapa, semakin Puti menghindar, semakin sering mereka berdua bertemu.
Ternyata, Sangga punya tujuan tersembunyi di balik sikapnya yang acuh tak acuh itu. Sangga punya niat menjodohkan Puti dengan Pring. Si pelukis ini memang misterius. Dia tidak pernah muncul di setiap pameran lukisannya. Sangga ternyata adalah sahabat Pring.
Gue sih berharap menemukan ‘keindahan’ di dalam buku ini. Dari cover-nya udah cantik. Gue cape’ banget baca marah-marahnya Puti ke Sangga yang kadang berlebihan banget. Bagian Puti marah-marah, selalu gue lewatin dengan cepet-cepet. Hehehe.. daripada gue ikutan stress…
Retni SB @ 2009
GPU – Juli 2009
264 Hal.
Pertama kali, coba-coba menulis komentar tentang sebuah lukisan di koran, Puti Ranin langsung mendapat balasan pedas dari seorang kritikus lukisan lain. Sangga Lazuardy, menyebut Puti sebagai katak dalam tempurung, tapi sok tahu. Karuan Puti langsung berang. Puti tau, dia bukanlah seorang seniman yang mampu menilai karya lukisan dengan canggih. Dia hanya penggemar lukisan, dan ketika satu lukisan mampu membuatnya ‘terpana’, Puti tak tahan untuk tidak mengirimkan tulisannya ke surat kabar. Puti langsung emosi berat. Bukan hanya karena Sangga ‘menghina’ dirinya, tapi juga menghina Pring, pelukis pujaannya itu.
Pada satu kesempatan, Puti akhirnya bertemu dengan Sangga. Sikap Sangga yang sok cool dan seolah mengaggap Puti gak ada, makin membuat Puti berang. Padahal, entah kenapa, semakin Puti menghindar, semakin sering mereka berdua bertemu.
Ternyata, Sangga punya tujuan tersembunyi di balik sikapnya yang acuh tak acuh itu. Sangga punya niat menjodohkan Puti dengan Pring. Si pelukis ini memang misterius. Dia tidak pernah muncul di setiap pameran lukisannya. Sangga ternyata adalah sahabat Pring.
Gue sih berharap menemukan ‘keindahan’ di dalam buku ini. Dari cover-nya udah cantik. Gue cape’ banget baca marah-marahnya Puti ke Sangga yang kadang berlebihan banget. Bagian Puti marah-marah, selalu gue lewatin dengan cepet-cepet. Hehehe.. daripada gue ikutan stress…
Wednesday, September 02, 2009
Perahu Kertas
Perahu Kertas
Dee @ 2009
Bentang Pustaka/Trudee – Cet. 1, Agustus 2009
444 Hal.
Ada Kugy… cewek yang unik (atau aneh?). Suka menulis dongeng, terbang ke Negeri Khayalan dengan tokoh-tokoh Nyi Kunyit, dan tokoh sayur-mayur lainnya. Penampilannya cuek, gaya bicaranya ceplas-ceplos dan kocak. Merasa dirinya sebagai Agen Neptunus.
Lalu, ada Keenan… cowok yang suka banget melukis, tapi terbentur sama keinginan orang tua yang ingin dia menempuh jalur pendidikan formal (dan normal).
Mereka bertemu di Bandung, di tengah hiruk-pikuk stasiun kereta api. Karena dua-duanya sama-sama unik, sama-sama punya keanehan sendiri, mereka berdua jadi cepat akrab, malah, saling menyimpan perasaan suka, tapi, gak ada kesempatan untuk mengutarakannya secara langsung. Kesamaan mereka yang lain, adalah mereka berdua sama-sama berzodiak Aquarius… (heyy… just like me…!!). Kugy punya kebiasaan curhat ke Dewa Neptunus, sang Dewa Air, dan menghanyutkan perahu kertas berisi curhatnya di setiap aliran air yang bisa ia temui. Keenan pun di-rekrut jadi ‘Agen Neptunus’.
Perjalanan mereka sampai akhirnya sampai ke sebuah titik keputusan lumayan panjang, dari tahun 1999 sampai 2003. Perjalanan yang penuh dengan tawa, bahagia, sedih, duka juga tangis. Dari Bandung , Jakarta sampai Bali.
Kugy dan Keenan sebenarnya saling melengkapi. Kugy bisa nulis, tapi gak bisa ngelukis. Keenan bisa ngelukis, tapi gak bisa bikin dongeng. Ilustrasi Keenan menjadi pelengkap yang sangat sempurna bagi dongeng-dongeng Kugy. Dongeng Kugy menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya untuk Keenan.
Merasa tak mungkin bisa bersatu, Kugy dan Keenan menjalin hubungan dengan orang lain. Sambil berusaha melupakan bayangan masing-masing. Tapi, kadang hati dan perasaan emang gak bisa dibohongi… orang yang mereka kira mereka cintai juga seolah punya ‘six sense’.
Tulisan Dee kali ini rada beda yang buku-buku sebelumnya yang pernah gue baca. Kalo kaya’ Supernova yang penuh dengan berbagai macam filosofi, ‘Perahu Kertas’, buat gue lebih ‘reader friendly’. Mungkin terkesan seperti cerita-cerita chiclit, metropop atau cerita-cerita ABG lainnya, tapi karakter yang unik bikin cerita ini jadi beda. Di akhir buku ini, Dee bilang kalo salah satu inspirasi untuk menulis Perahu Kertas adalah ketika dia baca serial Popcorn… hmmm… kalo dibayangin, karakter Kugy yang cuek, Keenan yang cool, seperti karakter tokoh-tokoh film drama Korea, Jepang or Taiwan, yang ceweknya cenderung tomboy, sementara cowoknya cool banget… dengan rambut sedikit gondrong…
Dee @ 2009
Bentang Pustaka/Trudee – Cet. 1, Agustus 2009
444 Hal.
Ada Kugy… cewek yang unik (atau aneh?). Suka menulis dongeng, terbang ke Negeri Khayalan dengan tokoh-tokoh Nyi Kunyit, dan tokoh sayur-mayur lainnya. Penampilannya cuek, gaya bicaranya ceplas-ceplos dan kocak. Merasa dirinya sebagai Agen Neptunus.
Lalu, ada Keenan… cowok yang suka banget melukis, tapi terbentur sama keinginan orang tua yang ingin dia menempuh jalur pendidikan formal (dan normal).
Mereka bertemu di Bandung, di tengah hiruk-pikuk stasiun kereta api. Karena dua-duanya sama-sama unik, sama-sama punya keanehan sendiri, mereka berdua jadi cepat akrab, malah, saling menyimpan perasaan suka, tapi, gak ada kesempatan untuk mengutarakannya secara langsung. Kesamaan mereka yang lain, adalah mereka berdua sama-sama berzodiak Aquarius… (heyy… just like me…!!). Kugy punya kebiasaan curhat ke Dewa Neptunus, sang Dewa Air, dan menghanyutkan perahu kertas berisi curhatnya di setiap aliran air yang bisa ia temui. Keenan pun di-rekrut jadi ‘Agen Neptunus’.
Perjalanan mereka sampai akhirnya sampai ke sebuah titik keputusan lumayan panjang, dari tahun 1999 sampai 2003. Perjalanan yang penuh dengan tawa, bahagia, sedih, duka juga tangis. Dari Bandung , Jakarta sampai Bali.
Kugy dan Keenan sebenarnya saling melengkapi. Kugy bisa nulis, tapi gak bisa ngelukis. Keenan bisa ngelukis, tapi gak bisa bikin dongeng. Ilustrasi Keenan menjadi pelengkap yang sangat sempurna bagi dongeng-dongeng Kugy. Dongeng Kugy menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya untuk Keenan.
Merasa tak mungkin bisa bersatu, Kugy dan Keenan menjalin hubungan dengan orang lain. Sambil berusaha melupakan bayangan masing-masing. Tapi, kadang hati dan perasaan emang gak bisa dibohongi… orang yang mereka kira mereka cintai juga seolah punya ‘six sense’.
Tulisan Dee kali ini rada beda yang buku-buku sebelumnya yang pernah gue baca. Kalo kaya’ Supernova yang penuh dengan berbagai macam filosofi, ‘Perahu Kertas’, buat gue lebih ‘reader friendly’. Mungkin terkesan seperti cerita-cerita chiclit, metropop atau cerita-cerita ABG lainnya, tapi karakter yang unik bikin cerita ini jadi beda. Di akhir buku ini, Dee bilang kalo salah satu inspirasi untuk menulis Perahu Kertas adalah ketika dia baca serial Popcorn… hmmm… kalo dibayangin, karakter Kugy yang cuek, Keenan yang cool, seperti karakter tokoh-tokoh film drama Korea, Jepang or Taiwan, yang ceweknya cenderung tomboy, sementara cowoknya cool banget… dengan rambut sedikit gondrong…
Sebenernya, ada beberapa yang 'mengganggu' gue nih.. misalnya, Keenan yang segampang itu jadian sama Wanda. Lalu, adegan Wanda mukul-mukul dada Keenan sambil nangis.. so sinetron... Tapi, ya sudahlah.. ketutup koq sama ceritanya yang bagus.
Gue suka buku ini… I feel… I want to be (like) Kugy…
Friday, August 21, 2009
Maximum Ride#4: The Final Warning (Peringatan Terakhir)
Maximum Ride#4: The Final Warning (Peringatan Terakhir)
James Patterson @ 2008
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – Juni 2008
320 Hal.
Tampaknya Max, Fang, Angel, Nudge, Iggy, Gasman – plus Total, tidak bisa hidup ‘santai’ sedikit atau menikmati ketenangan barang sesaat. Mereka selalu hidup dalam kewaspadaan ‘tingkat tinggi’. Lengah sedikit, nyawa mereka bisa jadi taruhannya.
Meskipun, nyaris merasakan kenyamanan yang sempurna dan merasakan bahagianya punya orang tua, Max tetap saja tidak percaya dengan Jeb. Ia tahu, Jeb adalah ayahnya, tapi Jeb jugalah yang ‘menjurumuskan’ Max dan anggota kawanannya ke dalam bahaya, dikejar-kejar Flyboy yang salah satu anggotanya ternyata adalah adik tirinya. Segala macam bentuk penelitian, petugas-petugas berseragam, selalu membuat Max curiga. Karena tidak semuanya akan semulus dan selancar pada awalnya. Apa pun itu, Max yakin, pasti hanya berujung pada eksperimen mengerikan yang selalu ia terima sebagai konsekuensi menjadi remaja ‘bersayap’.
Bahkan di dalam rumah ibunya pun, Max dan teman-teman nyaris jadi ‘pizza gepeng’. Ternyata, meskipun relatif aman, masih ada yang mengincar Max dan teman-temannya.
Dr. Martinez, Ibu Max, memperkenalkan mereka pada sekelompok ilmuwan. Meski sempat curiga, Max pun mempercayai mereka, karena Ibunya juga percaya. Brigid dan teman-temannya mengajak Max dan kawan-kawan ke Antartika untuk menyelidiki pemanasan global dan mencari cara pencegahannya. Wow.. satu tugas menyelamatkan dunia yang sangat menarik… Meskipun tempatnya jauh dari kehangatan matahari yang diinginkan Max.
Seperti biasa, di antara orang-orang yang baik, pasti ada satu atau dua orang yang menjadi mata-mata, yang akhirnya membawa Max dan teman-temannya ke dalam jebakan yang berbahaya. Mereka kembali menjadi tawanan sekelompok orang-orang ‘aneh’ yang ingin melenyapkan mereka.
Buku ini gak setebal buku-buku sebelumnya, tingkat ketegangan yang ada juga gak terlalu tinggi. Max makin jago ‘menyindir’ orang. Para kawanan juga di’anugerahi’ kelebihan baru. Misalnya, Angel yang selain bisa membaca pikiran, sekarang bisa berubah jadi binatang, Nudge yang bisa ‘menarik’ besi, Iggy yang bisa ‘merasakan’ warna, bahkan bisa melihat kalau dia berada di tempat yang putih sempurna, Fang yang bisa meleburkan diri dengan warna gelap. Bahkan Total pun ‘berubah’, dia menjadi ‘anjing bersayap’!
James Patterson @ 2008
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – Juni 2008
320 Hal.
Tampaknya Max, Fang, Angel, Nudge, Iggy, Gasman – plus Total, tidak bisa hidup ‘santai’ sedikit atau menikmati ketenangan barang sesaat. Mereka selalu hidup dalam kewaspadaan ‘tingkat tinggi’. Lengah sedikit, nyawa mereka bisa jadi taruhannya.
Meskipun, nyaris merasakan kenyamanan yang sempurna dan merasakan bahagianya punya orang tua, Max tetap saja tidak percaya dengan Jeb. Ia tahu, Jeb adalah ayahnya, tapi Jeb jugalah yang ‘menjurumuskan’ Max dan anggota kawanannya ke dalam bahaya, dikejar-kejar Flyboy yang salah satu anggotanya ternyata adalah adik tirinya. Segala macam bentuk penelitian, petugas-petugas berseragam, selalu membuat Max curiga. Karena tidak semuanya akan semulus dan selancar pada awalnya. Apa pun itu, Max yakin, pasti hanya berujung pada eksperimen mengerikan yang selalu ia terima sebagai konsekuensi menjadi remaja ‘bersayap’.
Bahkan di dalam rumah ibunya pun, Max dan teman-teman nyaris jadi ‘pizza gepeng’. Ternyata, meskipun relatif aman, masih ada yang mengincar Max dan teman-temannya.
Dr. Martinez, Ibu Max, memperkenalkan mereka pada sekelompok ilmuwan. Meski sempat curiga, Max pun mempercayai mereka, karena Ibunya juga percaya. Brigid dan teman-temannya mengajak Max dan kawan-kawan ke Antartika untuk menyelidiki pemanasan global dan mencari cara pencegahannya. Wow.. satu tugas menyelamatkan dunia yang sangat menarik… Meskipun tempatnya jauh dari kehangatan matahari yang diinginkan Max.
Seperti biasa, di antara orang-orang yang baik, pasti ada satu atau dua orang yang menjadi mata-mata, yang akhirnya membawa Max dan teman-temannya ke dalam jebakan yang berbahaya. Mereka kembali menjadi tawanan sekelompok orang-orang ‘aneh’ yang ingin melenyapkan mereka.
Buku ini gak setebal buku-buku sebelumnya, tingkat ketegangan yang ada juga gak terlalu tinggi. Max makin jago ‘menyindir’ orang. Para kawanan juga di’anugerahi’ kelebihan baru. Misalnya, Angel yang selain bisa membaca pikiran, sekarang bisa berubah jadi binatang, Nudge yang bisa ‘menarik’ besi, Iggy yang bisa ‘merasakan’ warna, bahkan bisa melihat kalau dia berada di tempat yang putih sempurna, Fang yang bisa meleburkan diri dengan warna gelap. Bahkan Total pun ‘berubah’, dia menjadi ‘anjing bersayap’!
Labels:
fantasy,
science fiction,
youngreaders
Tuesday, August 18, 2009
How the World Makes Love
How the World Makes Love... And What It Taught a Jilted Groom
(Petualangan Keliling Dunia Sang Pecundang Cinta)
Franz Wisner @ 2009
Berliani M. Nugrahani (Terj.)
Serambi, Cet. I – Juni 2009
495 Hal.
Karena gue ‘jatuh cinta’ sama buku Honeymoon with My Brother, gue pun menanti ‘sekuel’-nya dengan tidak sabar. Makanya, begitu buku kedua ini terbit, gue segera menamatkan beberapa buku di rumah, dan membaca buku ini.
Buku ini diawali dengan Franz Wisner yang masih ‘menjomblo’. Masih mencari-cari ‘karakter’ pasangan yang cocok dengan dirinya setelah berbagai peristiwa, perjalanan yang dilaluinya. Ternyata, Franz ‘ketagihan’ jalan-jalan. Ia pun mengajak Kurt, adiknya, untuk kembali ‘berbulan madu’. Tapi, kali ini, bukan hanya sekedar jalan-jalan, tapi mencari apa arti cinta, bagaimana bentuk cinta di berbagai penjuru dunia. Dengan warisan dari La Rue, nenek mereka, Franz dan Kurt kembali berkeliling dunia, berusaha menemukan cinta.
Mereka berkunjung ke Brasil, negara favorit Franz, yang katanya seksi itu. Lalu, ke India, di mana cinta ditentukan oleh perjodohan. Di mana kalo janda, perawan tua atau orang tua tunggal adalah hal yang sangat buruk, ada di halaman paling akhir di kolom kontak jodoh. Atau ke Mesir, yang eksotis, tempat perempuan jarang punya andil dalam menentukan pasangan hidup mereka. Gak ketinggalan juga ke Ceko dan Nikaragua.
Yang paling kocak menurut gue, waktu Franz di Afrika Selatan, tempat di mana, pemandu wisata dan para turis sering jatuh cinta. Gak perlu bertampang keren, yang penting macho dan pemberani.
Di sela-sela perjalanannya keliling dunia, Franz menyempatkan diri untuk kembali ke Amerika. Ia sempat kencan beberapa wanita, tapi ternyata, satu yang menarik hatinya, yaitu si aktris-hippie bernama Tracy. Menjalin hubungan dengan Tracy adalah sebuah langkah baru yang cukup besar. Tracy, adalah tipe wanita yang mungkin berbeda dari kriteria Franz yang lama, selain itu, Tracy juga memiliki anak laki-laki berusia tiga tahun bernama Calvin. Tapi, ternyata ada rasa nyaman ketika Franz berada dekat Tracy.
Tracy-lah yang menjadikan perjalan ke Selandia Baru menjadi perjalanan yang paling romantis, tempat Franz menyadari akan cinta sejatinya.
Tulisan di buku kedua ini lebih ‘bervariasi’. Sekilah sempat ada kesinisan Franz tentang cinta – yah, mengingat dia pernah ditinggalin tunangannya hanya beberapa hari menjelang pernikahan mereka. Tapi, makin lama, makin ke belakang, tulisannya jadi kocak, apalagi membaca berbagai percakapan-percakapan Franz dengan penduduk setempat di negara-negara yang ia datangi. Hmmm… sayang, Indonesia gak masuk daftar kunjungannya kali ini.
Kurt, jarang diikutsertakan dalam buku ini, hanya di beberapa perjalanan, Kurt tampil sekilas. Untuk menjawab pertanyaan pembaca, Kurt pun menulis di beberapa lembar terakhir buku ini.
Di akhir buku ini juga ditulis beberapa definisi ‘cinta’ yang Franz dapatkan dari perjalanannya. Cinta itu ternyata gak rumit koq… Gue jadi berpikir, buku ini pasti lebih keren kalo ada foto-fotonya...
(Petualangan Keliling Dunia Sang Pecundang Cinta)
Franz Wisner @ 2009
Berliani M. Nugrahani (Terj.)
Serambi, Cet. I – Juni 2009
495 Hal.
Karena gue ‘jatuh cinta’ sama buku Honeymoon with My Brother, gue pun menanti ‘sekuel’-nya dengan tidak sabar. Makanya, begitu buku kedua ini terbit, gue segera menamatkan beberapa buku di rumah, dan membaca buku ini.
Buku ini diawali dengan Franz Wisner yang masih ‘menjomblo’. Masih mencari-cari ‘karakter’ pasangan yang cocok dengan dirinya setelah berbagai peristiwa, perjalanan yang dilaluinya. Ternyata, Franz ‘ketagihan’ jalan-jalan. Ia pun mengajak Kurt, adiknya, untuk kembali ‘berbulan madu’. Tapi, kali ini, bukan hanya sekedar jalan-jalan, tapi mencari apa arti cinta, bagaimana bentuk cinta di berbagai penjuru dunia. Dengan warisan dari La Rue, nenek mereka, Franz dan Kurt kembali berkeliling dunia, berusaha menemukan cinta.
Mereka berkunjung ke Brasil, negara favorit Franz, yang katanya seksi itu. Lalu, ke India, di mana cinta ditentukan oleh perjodohan. Di mana kalo janda, perawan tua atau orang tua tunggal adalah hal yang sangat buruk, ada di halaman paling akhir di kolom kontak jodoh. Atau ke Mesir, yang eksotis, tempat perempuan jarang punya andil dalam menentukan pasangan hidup mereka. Gak ketinggalan juga ke Ceko dan Nikaragua.
Yang paling kocak menurut gue, waktu Franz di Afrika Selatan, tempat di mana, pemandu wisata dan para turis sering jatuh cinta. Gak perlu bertampang keren, yang penting macho dan pemberani.
Di sela-sela perjalanannya keliling dunia, Franz menyempatkan diri untuk kembali ke Amerika. Ia sempat kencan beberapa wanita, tapi ternyata, satu yang menarik hatinya, yaitu si aktris-hippie bernama Tracy. Menjalin hubungan dengan Tracy adalah sebuah langkah baru yang cukup besar. Tracy, adalah tipe wanita yang mungkin berbeda dari kriteria Franz yang lama, selain itu, Tracy juga memiliki anak laki-laki berusia tiga tahun bernama Calvin. Tapi, ternyata ada rasa nyaman ketika Franz berada dekat Tracy.
Tracy-lah yang menjadikan perjalan ke Selandia Baru menjadi perjalanan yang paling romantis, tempat Franz menyadari akan cinta sejatinya.
Tulisan di buku kedua ini lebih ‘bervariasi’. Sekilah sempat ada kesinisan Franz tentang cinta – yah, mengingat dia pernah ditinggalin tunangannya hanya beberapa hari menjelang pernikahan mereka. Tapi, makin lama, makin ke belakang, tulisannya jadi kocak, apalagi membaca berbagai percakapan-percakapan Franz dengan penduduk setempat di negara-negara yang ia datangi. Hmmm… sayang, Indonesia gak masuk daftar kunjungannya kali ini.
Kurt, jarang diikutsertakan dalam buku ini, hanya di beberapa perjalanan, Kurt tampil sekilas. Untuk menjawab pertanyaan pembaca, Kurt pun menulis di beberapa lembar terakhir buku ini.
Di akhir buku ini juga ditulis beberapa definisi ‘cinta’ yang Franz dapatkan dari perjalanannya. Cinta itu ternyata gak rumit koq… Gue jadi berpikir, buku ini pasti lebih keren kalo ada foto-fotonya...
Labels:
non-fiction,
travelling
Joshua Files: The Invisible City (Kota yang Hilang)
Joshua Files: The Invisible City (Kota yang Hilang)
M. G. Harris
GPU, Juni 2009
384 Hal.
2012 – ramai dibicarakan orang sebagai tahun di mana dunia akan kiamat. Kenapa begitu? Kalau dihubungkan dengan buku ini, tahun itu diambil berdasarkan tahun terakhir di dalam sistem penanggalan atau kalender bangsa Maya. Betul atau tidak? Hmmm… gak tau juga deh…
Itulah yang sedang diselidiki oleh Andres Garcia, seorang arkeolog, sebelum ia dikabarkan tewas. Andres Garcia diberitakan tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat yang dikemudikan sendiri oleh dirinya. Josh Garcia, anak Andres, tak percaya bahwa ayahnya meninggal begitu saja. Ia menduga ada konspirasi di balik kematian ayahnya.
Bagi Josh, urusan arkeolog bukanlah hal asing. Ia sering diajak ayahnya berlibur ke situs-situs tempat ayahnya mengadakan penyelidikan. Ia puna berusaha menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Ia membuka email-email terakhir yang dikirim ayahnya dan mendapati bahwa pembicaraan tentang codex-codex atau surat-surat berharga mengenai suku Maya, tahun 2012 adalah hal yang sangat berbahaya. Benar saja… tiba-tiba saja rumahnya dibobol maling, tempat kerja ayahnya juga dibongkar.
Bersama dua temannya, Josh nekat pergi ke Meksiko, mencari jejak terakhir yang ditinggalkan ayahnya. Sampai di sana berbagai kejutan menanti. Bukan saja bahwa ternyata Josh memiliki saudara tiri, tapi juga, ternyata ia adalah seorang pewaris takhta yang sangat penting. Sebuah hal yang menjadikannya dewasa dalam sekejap, bukan sekedar seorang bocah berusia 12 tahun lagi.
Perjalanannya sendiri tidaklah mulus, ia harus dikejar-kejar agen rahasia yang mengincar apa yang sedang dicari oleh Josh. Dia pun sampai di sebuah kota di bawah tanah, sebuah kota yang hilang bernama Ek Naab. Di sana ia segera dilantik sebagai seorang pemimpin baru, yang mewarisi apa yang juga dimiliki ayahnya.
Baca buku ini, gue teringat permainan packrat di facebook.. hehehe.. ngumpulin banyak codex buat melengkapi kartu terbesar. Tapi, buku ini menurut gue lumayan ‘rumit’, dan gue agak kesulitan membayangkan kota yang hilang di bawah tanah itu. Gue sempet berharap, kalau bapaknya Josh itu gak meninggal, tapi diculik atau apa gitu… Kaya’nya semua beban yang ada terlalu berat untuk anak sekecil Josh…
M. G. Harris
GPU, Juni 2009
384 Hal.
2012 – ramai dibicarakan orang sebagai tahun di mana dunia akan kiamat. Kenapa begitu? Kalau dihubungkan dengan buku ini, tahun itu diambil berdasarkan tahun terakhir di dalam sistem penanggalan atau kalender bangsa Maya. Betul atau tidak? Hmmm… gak tau juga deh…
Itulah yang sedang diselidiki oleh Andres Garcia, seorang arkeolog, sebelum ia dikabarkan tewas. Andres Garcia diberitakan tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat yang dikemudikan sendiri oleh dirinya. Josh Garcia, anak Andres, tak percaya bahwa ayahnya meninggal begitu saja. Ia menduga ada konspirasi di balik kematian ayahnya.
Bagi Josh, urusan arkeolog bukanlah hal asing. Ia sering diajak ayahnya berlibur ke situs-situs tempat ayahnya mengadakan penyelidikan. Ia puna berusaha menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Ia membuka email-email terakhir yang dikirim ayahnya dan mendapati bahwa pembicaraan tentang codex-codex atau surat-surat berharga mengenai suku Maya, tahun 2012 adalah hal yang sangat berbahaya. Benar saja… tiba-tiba saja rumahnya dibobol maling, tempat kerja ayahnya juga dibongkar.
Bersama dua temannya, Josh nekat pergi ke Meksiko, mencari jejak terakhir yang ditinggalkan ayahnya. Sampai di sana berbagai kejutan menanti. Bukan saja bahwa ternyata Josh memiliki saudara tiri, tapi juga, ternyata ia adalah seorang pewaris takhta yang sangat penting. Sebuah hal yang menjadikannya dewasa dalam sekejap, bukan sekedar seorang bocah berusia 12 tahun lagi.
Perjalanannya sendiri tidaklah mulus, ia harus dikejar-kejar agen rahasia yang mengincar apa yang sedang dicari oleh Josh. Dia pun sampai di sebuah kota di bawah tanah, sebuah kota yang hilang bernama Ek Naab. Di sana ia segera dilantik sebagai seorang pemimpin baru, yang mewarisi apa yang juga dimiliki ayahnya.
Baca buku ini, gue teringat permainan packrat di facebook.. hehehe.. ngumpulin banyak codex buat melengkapi kartu terbesar. Tapi, buku ini menurut gue lumayan ‘rumit’, dan gue agak kesulitan membayangkan kota yang hilang di bawah tanah itu. Gue sempet berharap, kalau bapaknya Josh itu gak meninggal, tapi diculik atau apa gitu… Kaya’nya semua beban yang ada terlalu berat untuk anak sekecil Josh…
Labels:
fiction,
youngreaders
Monday, August 10, 2009
Anne of the Island
Anne of the Island
Lucy M. Montgomery
Indradya SP & Nur Aini (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - Juni 2009
400 Hal.
Di buku ketiga ini, Anne terasa jauh berbeda dari dua buku sebelumnya. Makin dewasa dan makin bijaksana. Buku ini berkisah tentang Anne yang terpaksa ‘pergi’ dari Avonlea untuk sekolah di Redmond – meninggalkan Marilla, si Kembar Davy dan Dora, dan juga sahabatnya, Diana Barry. Untungnya, Anne gak sendiri – tempat ‘satu kampungnya’, Pricilla dan Gilbert juga ikutan sekolah di sana.
Anne, merasa tertinggal dalam urusan ‘percintaan. Diana Barry sudah bertunangan dengan Fred Wright dan akan segera menikah. Sementara Anne, meskipun sering berdebar-debar kalau berdekatan dengan Gilbert, gak mau mengakui perasaannya karena takut akan merusak persahabatan mereka sejak kecil.
Di Redmond, Anne bertemu dengan teman-teman baru dan beberapa pengagum baru. Anne juga banyak menerima lamaran yang sangat tidak romantis. Yup, di usia Anne yang 18 tahun itu, ternyata banyak yang mengantri untuk menjadikan Anne sebagai istri mereka. Beberapa bahkan berani mengajukan lamaran. Di antaranya – yang bikin Gilbert salah paham – adalah Roy Gardner, pemuda yang persis seperti ada dalam gambaran Anne – tampan, puitis dan sangat memuja Anne. Tapi, aneh… makin lama, kenapa Roy gak membuat Anne berdebar-debar? Gilbert sendiri gak kalah banyak penggemarnya, bikin Anne cemburu, tapi tetap sok jual mahal.
Kesibukan di Redmond tidak membuat Anne melupakan Avonlea. Di setiap kesempatan berlibur, Anne selalu menyempatkan diri pulang ke Avonlea. Ternyata, warga Avonlea suka ngegosipin Anne sama Gilbert. Sementara Anne berusaha cuek dan sok gak peduli.
Gak hanya Anne yang sibuk dengan masalah cowok, tapi juga teman baru Anne, Pricilla, gadis manja dan kaya yang sering kali plin-plan. Pernikahan demi pernikahan terjadi, makin membuat Anne merasa tertinggal.
Terlalu banyak peristiwa di buku ketiga ini dan cerita di setiap bab jadi relatif lebih pendek.. banyak orang baru yang datang terus menghilang di cerita berikutnya. Banyak yang lewat sekilas aja. Tapi, emang, yang paling ‘menggemaskan’, adalah hubungan ‘gak jelas’ antara Anne dan Gilbert. Antara mau, tapi gengsi, tapi ragu. Dari awal cerita, gue udah yakin, kalo Anne dan Gilbert bakal di’takdirkan’ jadi pasangan, tapi emang, sifat Anne yang keras kepala dan gengsian bakal jadi sedikit ‘halangan’ buat Gilbert untuk terus maju. Sampai akhir, gue menanti-nanti kisah romantis mereka.
Tapi, mungkin karena udah makin gede (kaya’nya sangat dewasa dibandingkan anak-anak seusia Anne di jaman sekarang, ya?), Anne jadi gak terlalu konyol, ‘imajinasinya’ lebih dewasa. Justru teman-teman Anne yang malah keliatan lebih ke’kanak-kanak’-an. Gue jadi ‘kangen’ dengan inisiatif dan spontanitas Anne, atau kejadian-kejadian konyol, kaya’ adegan Anne kejeblos di genteng (ada di Anne of Avonlea).
Niat gue nih, gue pengen coba-coba baca Anne’s House of Dreams (sambil menanti terjemahannya)… tapi, baru baca kalimat awal.. aduh… koq bahasa Inggris-nya ‘kriting’ banget…
Lucy M. Montgomery
Indradya SP & Nur Aini (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - Juni 2009
400 Hal.
Di buku ketiga ini, Anne terasa jauh berbeda dari dua buku sebelumnya. Makin dewasa dan makin bijaksana. Buku ini berkisah tentang Anne yang terpaksa ‘pergi’ dari Avonlea untuk sekolah di Redmond – meninggalkan Marilla, si Kembar Davy dan Dora, dan juga sahabatnya, Diana Barry. Untungnya, Anne gak sendiri – tempat ‘satu kampungnya’, Pricilla dan Gilbert juga ikutan sekolah di sana.
Anne, merasa tertinggal dalam urusan ‘percintaan. Diana Barry sudah bertunangan dengan Fred Wright dan akan segera menikah. Sementara Anne, meskipun sering berdebar-debar kalau berdekatan dengan Gilbert, gak mau mengakui perasaannya karena takut akan merusak persahabatan mereka sejak kecil.
Di Redmond, Anne bertemu dengan teman-teman baru dan beberapa pengagum baru. Anne juga banyak menerima lamaran yang sangat tidak romantis. Yup, di usia Anne yang 18 tahun itu, ternyata banyak yang mengantri untuk menjadikan Anne sebagai istri mereka. Beberapa bahkan berani mengajukan lamaran. Di antaranya – yang bikin Gilbert salah paham – adalah Roy Gardner, pemuda yang persis seperti ada dalam gambaran Anne – tampan, puitis dan sangat memuja Anne. Tapi, aneh… makin lama, kenapa Roy gak membuat Anne berdebar-debar? Gilbert sendiri gak kalah banyak penggemarnya, bikin Anne cemburu, tapi tetap sok jual mahal.
Kesibukan di Redmond tidak membuat Anne melupakan Avonlea. Di setiap kesempatan berlibur, Anne selalu menyempatkan diri pulang ke Avonlea. Ternyata, warga Avonlea suka ngegosipin Anne sama Gilbert. Sementara Anne berusaha cuek dan sok gak peduli.
Gak hanya Anne yang sibuk dengan masalah cowok, tapi juga teman baru Anne, Pricilla, gadis manja dan kaya yang sering kali plin-plan. Pernikahan demi pernikahan terjadi, makin membuat Anne merasa tertinggal.
Terlalu banyak peristiwa di buku ketiga ini dan cerita di setiap bab jadi relatif lebih pendek.. banyak orang baru yang datang terus menghilang di cerita berikutnya. Banyak yang lewat sekilas aja. Tapi, emang, yang paling ‘menggemaskan’, adalah hubungan ‘gak jelas’ antara Anne dan Gilbert. Antara mau, tapi gengsi, tapi ragu. Dari awal cerita, gue udah yakin, kalo Anne dan Gilbert bakal di’takdirkan’ jadi pasangan, tapi emang, sifat Anne yang keras kepala dan gengsian bakal jadi sedikit ‘halangan’ buat Gilbert untuk terus maju. Sampai akhir, gue menanti-nanti kisah romantis mereka.
Tapi, mungkin karena udah makin gede (kaya’nya sangat dewasa dibandingkan anak-anak seusia Anne di jaman sekarang, ya?), Anne jadi gak terlalu konyol, ‘imajinasinya’ lebih dewasa. Justru teman-teman Anne yang malah keliatan lebih ke’kanak-kanak’-an. Gue jadi ‘kangen’ dengan inisiatif dan spontanitas Anne, atau kejadian-kejadian konyol, kaya’ adegan Anne kejeblos di genteng (ada di Anne of Avonlea).
Niat gue nih, gue pengen coba-coba baca Anne’s House of Dreams (sambil menanti terjemahannya)… tapi, baru baca kalimat awal.. aduh… koq bahasa Inggris-nya ‘kriting’ banget…
Labels:
fiction; classic
Wednesday, July 22, 2009
Gaul Jadul
Gaul Jadul: Biar Memble Asal Kece
Q Baihaqi
GagasMedia, 2009
280 Hal.
Wahhhh… membaca buku ini, gue serasa ‘terlempar’ lagi ketika gue masih SD. Yup, buku ‘Gaul Jadul’ ini menuliskan tentang apa-apa yang in, yang trend dan happening di tahun 80-an. Mulai dari musik, film, buku, makanan, sampai program-program pemerintah di tahun 80an dibahas di sini. Cover-nya aja ada bling-bling disco ball.
Gue pun sempet terkikik-kikik sendiri, membayangkan gaya gue sendiri di tahun 80an itu. Tapi, maklum deh, karena gue masih SD, gue belom terlalu asyik bergaya-gaya. Yang gue inget (dan dibahas di buku ini), setiap malem minggu, gue wajib nonton film akhir pekan, padalah filmnya bukan untuk anak-anak sih. Gue nonton tuh, film Gita Cinta-nya Rano Karno and Yessy Gusman. Gue pernah ‘ngumpet’ di balik rambut megar tante gue, kalo nonton film serem.
Kalo hari Minggu, acara mulai dari Unyil, terus, acara musik Album Minggu Ini, lalu ada film siang-siang deh. Pernah waktu siang-siang itu ada film Oliver Twist. Nah, ketika itu tv di rumah gue lagi rusak. Kalo dinyalain, harus nunggu lama dulu, baru deh, bener-bener nyala. Dan untungnya, pas lagi film Oliver Twist, si tv hanya ngadat sebentar, jadi kita gak ketinggalan lama untuk nonton film itu.
Satu lagi, biar masih sd, kalo malem gue suka ikutan nonton Charlie’s Angels, Hunter, Remington Steel, terus, sempet ngikutin Dynasty sama Return to Eden. Kalo Little Missy sama Isaura, kaya’nya itu tontonan Nenek gue, deh. Oshin juga wajib untuk ditonton. Karena itu pas jamnya belajar ngaji di rumah, sempet kita nonton Oshin dulu, baru ngajinya dilanjutin. Ow, tentu saja gak ketinggalan serial Losmen, Pondokan, Sartika(?)
Untuk musik, gue belom terlalu ngikutin. Paling sebatas acara Aneka Ria Safari. Tapi, buku… buku-buku Enid Blyton, harus ada di lemari buku gue. Mulai dari Lima Sekawan, St. Claire, si Badung sama Malory Towers. Gue sempet pengen banget sekolah di tempat kaya’ Malory Towers. Dan sekarang, gue menyesal udah menghibahkan buku-buku itu ke sodara gue.
Acara radio yang nyaris gak pernah absen gue ikutin adalah siaran ‘Diary’ sama ‘Catatan si Boy’ di radio Prambors. Tapi, kalo ‘Diary’ buntutnya suka serem sih ceritanya, dan ‘Catatan si Boy’ sukses bikin gue pengen cowok seperti dia. Siapa yang gak mau punya cowok keren, tajir, alim lagi pula pintar? Huehehehe…
Kenapa jadi ngebahas gue ya?? Hehehe… tapi, mari kita bahas bukunya. Gue bukan penggemar buku-buku non-fiksi, jadinya, gue sedikit menganggap buku ini garink. Mau lucu-lucuan, juga kurang kena. Mau santai, sedikit deh. Gue sih, seneng aja, membacanya, buat mengenang masa lalu. Ada yang kurang, kaya’ model baju, kaya’nya hanya dibahas sekilas di film-nya mas Boy, model-model kondang jaman 80an gak disebut-sebut. Terus, aduuhh.. tadi gue inget tuh apalagi yang kurang… tapi, koq jadi lupa ya?? O ya, tempat-tempat gaul yang happening juga gak ada (semoga gue gak terlewat). Atau, lagi saat-saat demam badminton kalo ada kejuaraan Piala Thomas atau Piala Uber… kan seru juga tuh kalo ditulis. Pahlawan olahraga jaman 80an juga gak ada. Tapi, ya, mungkin emang gak bisa dibahas abis di sini kali ya…
Yang pasti, gue ngelewatin bagian ‘Bayi Ajaib’ sama ‘Suzanna’… gue gak mau pas mau tidur, gue terbayang-bayang.. hehehehe..
Sebagai debut pertama… Babah Q, boleh juga… mungkin bisa dibuat buku jilid 2-nya? Meskipun banyak bagian yang kriuukkkk…
Q Baihaqi
GagasMedia, 2009
280 Hal.
Wahhhh… membaca buku ini, gue serasa ‘terlempar’ lagi ketika gue masih SD. Yup, buku ‘Gaul Jadul’ ini menuliskan tentang apa-apa yang in, yang trend dan happening di tahun 80-an. Mulai dari musik, film, buku, makanan, sampai program-program pemerintah di tahun 80an dibahas di sini. Cover-nya aja ada bling-bling disco ball.
Gue pun sempet terkikik-kikik sendiri, membayangkan gaya gue sendiri di tahun 80an itu. Tapi, maklum deh, karena gue masih SD, gue belom terlalu asyik bergaya-gaya. Yang gue inget (dan dibahas di buku ini), setiap malem minggu, gue wajib nonton film akhir pekan, padalah filmnya bukan untuk anak-anak sih. Gue nonton tuh, film Gita Cinta-nya Rano Karno and Yessy Gusman. Gue pernah ‘ngumpet’ di balik rambut megar tante gue, kalo nonton film serem.
Kalo hari Minggu, acara mulai dari Unyil, terus, acara musik Album Minggu Ini, lalu ada film siang-siang deh. Pernah waktu siang-siang itu ada film Oliver Twist. Nah, ketika itu tv di rumah gue lagi rusak. Kalo dinyalain, harus nunggu lama dulu, baru deh, bener-bener nyala. Dan untungnya, pas lagi film Oliver Twist, si tv hanya ngadat sebentar, jadi kita gak ketinggalan lama untuk nonton film itu.
Satu lagi, biar masih sd, kalo malem gue suka ikutan nonton Charlie’s Angels, Hunter, Remington Steel, terus, sempet ngikutin Dynasty sama Return to Eden. Kalo Little Missy sama Isaura, kaya’nya itu tontonan Nenek gue, deh. Oshin juga wajib untuk ditonton. Karena itu pas jamnya belajar ngaji di rumah, sempet kita nonton Oshin dulu, baru ngajinya dilanjutin. Ow, tentu saja gak ketinggalan serial Losmen, Pondokan, Sartika(?)
Untuk musik, gue belom terlalu ngikutin. Paling sebatas acara Aneka Ria Safari. Tapi, buku… buku-buku Enid Blyton, harus ada di lemari buku gue. Mulai dari Lima Sekawan, St. Claire, si Badung sama Malory Towers. Gue sempet pengen banget sekolah di tempat kaya’ Malory Towers. Dan sekarang, gue menyesal udah menghibahkan buku-buku itu ke sodara gue.
Acara radio yang nyaris gak pernah absen gue ikutin adalah siaran ‘Diary’ sama ‘Catatan si Boy’ di radio Prambors. Tapi, kalo ‘Diary’ buntutnya suka serem sih ceritanya, dan ‘Catatan si Boy’ sukses bikin gue pengen cowok seperti dia. Siapa yang gak mau punya cowok keren, tajir, alim lagi pula pintar? Huehehehe…
Kenapa jadi ngebahas gue ya?? Hehehe… tapi, mari kita bahas bukunya. Gue bukan penggemar buku-buku non-fiksi, jadinya, gue sedikit menganggap buku ini garink. Mau lucu-lucuan, juga kurang kena. Mau santai, sedikit deh. Gue sih, seneng aja, membacanya, buat mengenang masa lalu. Ada yang kurang, kaya’ model baju, kaya’nya hanya dibahas sekilas di film-nya mas Boy, model-model kondang jaman 80an gak disebut-sebut. Terus, aduuhh.. tadi gue inget tuh apalagi yang kurang… tapi, koq jadi lupa ya?? O ya, tempat-tempat gaul yang happening juga gak ada (semoga gue gak terlewat). Atau, lagi saat-saat demam badminton kalo ada kejuaraan Piala Thomas atau Piala Uber… kan seru juga tuh kalo ditulis. Pahlawan olahraga jaman 80an juga gak ada. Tapi, ya, mungkin emang gak bisa dibahas abis di sini kali ya…
Yang pasti, gue ngelewatin bagian ‘Bayi Ajaib’ sama ‘Suzanna’… gue gak mau pas mau tidur, gue terbayang-bayang.. hehehehe..
Sebagai debut pertama… Babah Q, boleh juga… mungkin bisa dibuat buku jilid 2-nya? Meskipun banyak bagian yang kriuukkkk…
Labels:
non-fiction
Tuesday, July 21, 2009
Istana Kedua
Istana Kedua
Asma Nadia
GPU, Agustus 2007
248 Hal.
Membaca buku ini membuat gue ‘gregetan’ dengan para kaum pria – lebih spesifik lagi: pria-pria yang sudah beristri. Gue bukan penganut poligami, makanya gue sedikit mempertanyakan (lagi-lagi), apa sih alasan pria berpoligami?
Di buku ini, ada seorang Arini. Kalau dari luar, kehidupan rumah tangganya bisa bikin orang iri. Punya tiga anak yang lucu, pintar dan baik, suami bernama Pras yang digambarkan sebagai sosok pria yang sabar, penuh kasih sayang dan perhatian. Mereka bertemu sekilas di tangga masjid ketika Arini mencari sepatunya yang hilang. Sebetulnya, Pras adalah teman kakak Arini. Dulu Pras kecil sering bermain-main dengan Arini kecil. Tapi, ternyata, Arini malah lupa sosok Pras ketika beranjak dewasa.
Arini adalah seorang penulis. Dia sering berkhayal tentang dongeng-dongeng indah dengan tokoh pangeran tampan dan putri yang cantik jelita. Pras adalah sosok pangeran tampannya. Pernikahan mereka berlangsung ‘kilat’. Kehidupan mereka terbilang mulus tanpa konflik yang berarti.
Lalu, ada lagi sosok Mei Rose. Perempuan yang mungkin bisa dibilang mirip Betty La Fea. Keturunan Cina, anak yatim piatu yang tinggal dengan bibinya yang galak. Mei Rose sosok yang kuper, cenderung menarik diri dari pergaulan karena sadar akan sosoknya yang kurang menarik. Bibinya juga memperlakukannya sangat kasar.
Hingga suatu hari, seorang pemuda datang menghampirinya, lalu sering memuji Mei Rose. Mei Rose pun terlena. Ia mulai mencoba berubah, tanpa sadar bahwa pria itu hanya ingin kesenangan semata. Benih laki-laki itu tumbuh dalam diri Mei Rose yang sama sekali tak menghendakinya.
Ia nekat kirim email yang isinya mencari laki-laki beristri yang bersedia menikahinya. Ia hanya butuh ayah ‘sementara’ agar anak yang ia benci tidak lahir tanpa ayah. Email itu mengundang caci-maki yang menuduhnya perempuan yang tak tahu malu, tak punya perasaan.
Sampai, akhirnya jalan terakhir ditempuh.. ia ingin mati…
Tapi, beruntung, seorang pria (sangat) baik hati, menyelamatkannya… bahkan bersedia mengakui dirinya sebagai suami Mei Rose.
Pras-lah pria itu… menikah diam-diam… Arini tak mengetahuinya.
Kenapa ya, mbak Asma Nadia gak menggambarkan sosok perempuan yang lebih mau ‘fight’? Kenapa harus sosok yang cenderung ‘pasrah’, ‘nrimo’? Gue pengen banget bisa sedikit ‘menitikkan air mata’, tapi karena gemes jadi gak bisa. Endingnya, ya udah gitu aja… kaya’nya emang, dari sikap Pras, gak butuh lagi penjelasan apa-apa buat Arini, biar bisa lebih ngerti…
Asma Nadia
GPU, Agustus 2007
248 Hal.
Membaca buku ini membuat gue ‘gregetan’ dengan para kaum pria – lebih spesifik lagi: pria-pria yang sudah beristri. Gue bukan penganut poligami, makanya gue sedikit mempertanyakan (lagi-lagi), apa sih alasan pria berpoligami?
Di buku ini, ada seorang Arini. Kalau dari luar, kehidupan rumah tangganya bisa bikin orang iri. Punya tiga anak yang lucu, pintar dan baik, suami bernama Pras yang digambarkan sebagai sosok pria yang sabar, penuh kasih sayang dan perhatian. Mereka bertemu sekilas di tangga masjid ketika Arini mencari sepatunya yang hilang. Sebetulnya, Pras adalah teman kakak Arini. Dulu Pras kecil sering bermain-main dengan Arini kecil. Tapi, ternyata, Arini malah lupa sosok Pras ketika beranjak dewasa.
Arini adalah seorang penulis. Dia sering berkhayal tentang dongeng-dongeng indah dengan tokoh pangeran tampan dan putri yang cantik jelita. Pras adalah sosok pangeran tampannya. Pernikahan mereka berlangsung ‘kilat’. Kehidupan mereka terbilang mulus tanpa konflik yang berarti.
Lalu, ada lagi sosok Mei Rose. Perempuan yang mungkin bisa dibilang mirip Betty La Fea. Keturunan Cina, anak yatim piatu yang tinggal dengan bibinya yang galak. Mei Rose sosok yang kuper, cenderung menarik diri dari pergaulan karena sadar akan sosoknya yang kurang menarik. Bibinya juga memperlakukannya sangat kasar.
Hingga suatu hari, seorang pemuda datang menghampirinya, lalu sering memuji Mei Rose. Mei Rose pun terlena. Ia mulai mencoba berubah, tanpa sadar bahwa pria itu hanya ingin kesenangan semata. Benih laki-laki itu tumbuh dalam diri Mei Rose yang sama sekali tak menghendakinya.
Ia nekat kirim email yang isinya mencari laki-laki beristri yang bersedia menikahinya. Ia hanya butuh ayah ‘sementara’ agar anak yang ia benci tidak lahir tanpa ayah. Email itu mengundang caci-maki yang menuduhnya perempuan yang tak tahu malu, tak punya perasaan.
Sampai, akhirnya jalan terakhir ditempuh.. ia ingin mati…
Tapi, beruntung, seorang pria (sangat) baik hati, menyelamatkannya… bahkan bersedia mengakui dirinya sebagai suami Mei Rose.
Pras-lah pria itu… menikah diam-diam… Arini tak mengetahuinya.
Kenapa ya, mbak Asma Nadia gak menggambarkan sosok perempuan yang lebih mau ‘fight’? Kenapa harus sosok yang cenderung ‘pasrah’, ‘nrimo’? Gue pengen banget bisa sedikit ‘menitikkan air mata’, tapi karena gemes jadi gak bisa. Endingnya, ya udah gitu aja… kaya’nya emang, dari sikap Pras, gak butuh lagi penjelasan apa-apa buat Arini, biar bisa lebih ngerti…
Labels:
fiction
Anne of Avonlea
Anne of Avonlea
Lucy M. Montgomery
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - 2009
432 Hal.
Ketemu lagi sama Anne… kekocakan, kekonyolan apalagi yang bakal diperbuat sama Anne? Apa dengan makin gede, sifat ceroboh, gak sabarannya bakal berkurang? Yuk… yuk… mari kita ikutin cerita Anne kali ini.
Anne, sekarang berumur 16 tahun. Jadi ibu guru. Dia memilih tinggal bersama Marilla daripada terus melajutkan sekolahnya. Anne yang idealis, bilang, dia akan melakukan pendekatan dari hati-ke-hati untuk menaklukkan murid-murid yang nakal, bukan dengan pukulan atau hukuman yang keras. Anne masih gadis yang penuh ‘imajinasi’ dan terus mencari ‘teman sejiwa’nya.
Berbagai peristiwa terjadi – baik yang hanya berpengaruh di Green Gables atau di Avonlea secara keseluruhan.
Green Gables kedatangan dua tamu cilik – si kembar Davy dan Dora Keith – anak dari kerabat Marilla yang meninggal dunia. Uniknya, meskipun kembar, sifat keduanya jauh berbeda. Dora Keith, anak perempuan yang manis, yang selalu penurut dan pendiam. Sedangkah, Davy Keith, anak laki-laki yang nakal, tapi polos, dia selalu punya jawaban atas apa yang dia lakukan. Davy juga anak yang pengen tahu banyak hal, mirip sama Anne waktu baru dateng ke Green Gables dulu.
Selain itu, banyak pendatang baru lain di Avonlea. Contohnya, Mr. Harrison, tetangga baru Anne dan Marilla, yang kata orang pemarah dan jorok. Ada kejadian lucu yang akhirnya membuat Anne dan Mr. Harrison berteman baik.
Di sekolah, Anne berusaha keras jadi guru yang baik. Tapi, ternyata, susah juga ‘mengendalikan’ anak-anak jadi seperti yang Anne mau tanpa kekerasan. Satu anak yang nakal dan jelas-jelas menunjukkan kebenciannya adalah Anthony Pye. Anak-anak keluarga Pye memang terkenal sebagai anak-anak yang kerap bikin masalah. Dari awal, semua orang bilang, kalau gak bisa bikin Anthony Pye jera hanya dengan kata-kata lembut harus dengan pukulan keras di pantat. Tapi, Anne tetap kukuh dan yakin ia bisa membuat Anthony Pye jatuh hati dengan caranya sendiri. Ternyata, Anne harus menelan kekecewaan karena ia tidak bisa membuktikan kata-kata itu dan ia sangat menyesalinya.
Jiwa romantis Anne berhasil mempertemukan sepasang kekasih yang sempat berpisah jauh dan lama. Di sekolah, ada murid baru bernama Paul Irving. Paul yang pemalu dan cerdas dari awal sudah membuat Anne jatuh hati. Ia kerap menjadikan Paul sebagai ‘role mode’ bagi Davy biar gak nakal. Ibu Paul sudah meninggal dan ayahnya tinggal di Boston karena pekerjaannya. Di Avonlea, Paul tinggal bersama neneknya. Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dengan Diana, mereka berdua nyasar ke sebuah pondok mungil yang indah, kediaman Ms. Lavender. Nah.. .di sini Anne bener-bener ketemu teman sejiwanya… hehehe… Lewa pertemuan ini, Anne jadi tahu kisah cinta antara Mr. Lavender dan ayah Paul Irving.
Anne yang mulai beranjak remaja juga mulai berpikir tentang cowok idamannya. Bersama Diana Barry, Anne sepakat, bahwa pria idamannya adalah seperti pria-pria yang ada dalam novel favorit mereka, pria dengan tatapan mata sayu dan penuh kata-kata manis. Hahaha.. sampai-sampai Anne jadi gak sadar kalau ada yang diam-diam memperhatikannya… hmmm… siapakah dia???
Gak hanya peristiwa kocak, bahagia yang ada di dalam kisah Anne kali ini. Ada juga kisah sedih dan menggemparkan, misalnya kematian Mr. Thomas Lynde dan badai yang memporak-porandakan Avonlea. Anne juga harus kembali pergi dari Avonlea untuk memperjuangkan cita-citanya yang sempat tertunda.
Dibandingin yang pertama? Hmmm… agak beda ya.. Kalo di Anne of Green Gables, Anne masih kecil, dalam proses penyesuaian, perkenalan dan sangat gak sabaran. Kalo di Anne of Avonlea, Anne udah lebih dewasa, masih sih, suka ‘grabak-grubuk’ – ‘sradak-sruduk’, tapi, itu tuh yang bikin Anne jadi kocak. Biar udah ‘sok’ dewasa, tapi, di dalam hatinya, masih ada jiwa ‘anak-anak’ di dalam hatinya. Beneran lho… gue ketawa-tawa sendiri waktu peristiwa ‘salah sapi’ sama waktu Anne kejeblos di atap gara-gara mau liat piring antik.
Lucy M. Montgomery
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - 2009
432 Hal.
Ketemu lagi sama Anne… kekocakan, kekonyolan apalagi yang bakal diperbuat sama Anne? Apa dengan makin gede, sifat ceroboh, gak sabarannya bakal berkurang? Yuk… yuk… mari kita ikutin cerita Anne kali ini.
Anne, sekarang berumur 16 tahun. Jadi ibu guru. Dia memilih tinggal bersama Marilla daripada terus melajutkan sekolahnya. Anne yang idealis, bilang, dia akan melakukan pendekatan dari hati-ke-hati untuk menaklukkan murid-murid yang nakal, bukan dengan pukulan atau hukuman yang keras. Anne masih gadis yang penuh ‘imajinasi’ dan terus mencari ‘teman sejiwa’nya.
Berbagai peristiwa terjadi – baik yang hanya berpengaruh di Green Gables atau di Avonlea secara keseluruhan.
Green Gables kedatangan dua tamu cilik – si kembar Davy dan Dora Keith – anak dari kerabat Marilla yang meninggal dunia. Uniknya, meskipun kembar, sifat keduanya jauh berbeda. Dora Keith, anak perempuan yang manis, yang selalu penurut dan pendiam. Sedangkah, Davy Keith, anak laki-laki yang nakal, tapi polos, dia selalu punya jawaban atas apa yang dia lakukan. Davy juga anak yang pengen tahu banyak hal, mirip sama Anne waktu baru dateng ke Green Gables dulu.
Selain itu, banyak pendatang baru lain di Avonlea. Contohnya, Mr. Harrison, tetangga baru Anne dan Marilla, yang kata orang pemarah dan jorok. Ada kejadian lucu yang akhirnya membuat Anne dan Mr. Harrison berteman baik.
Di sekolah, Anne berusaha keras jadi guru yang baik. Tapi, ternyata, susah juga ‘mengendalikan’ anak-anak jadi seperti yang Anne mau tanpa kekerasan. Satu anak yang nakal dan jelas-jelas menunjukkan kebenciannya adalah Anthony Pye. Anak-anak keluarga Pye memang terkenal sebagai anak-anak yang kerap bikin masalah. Dari awal, semua orang bilang, kalau gak bisa bikin Anthony Pye jera hanya dengan kata-kata lembut harus dengan pukulan keras di pantat. Tapi, Anne tetap kukuh dan yakin ia bisa membuat Anthony Pye jatuh hati dengan caranya sendiri. Ternyata, Anne harus menelan kekecewaan karena ia tidak bisa membuktikan kata-kata itu dan ia sangat menyesalinya.
Jiwa romantis Anne berhasil mempertemukan sepasang kekasih yang sempat berpisah jauh dan lama. Di sekolah, ada murid baru bernama Paul Irving. Paul yang pemalu dan cerdas dari awal sudah membuat Anne jatuh hati. Ia kerap menjadikan Paul sebagai ‘role mode’ bagi Davy biar gak nakal. Ibu Paul sudah meninggal dan ayahnya tinggal di Boston karena pekerjaannya. Di Avonlea, Paul tinggal bersama neneknya. Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dengan Diana, mereka berdua nyasar ke sebuah pondok mungil yang indah, kediaman Ms. Lavender. Nah.. .di sini Anne bener-bener ketemu teman sejiwanya… hehehe… Lewa pertemuan ini, Anne jadi tahu kisah cinta antara Mr. Lavender dan ayah Paul Irving.
Anne yang mulai beranjak remaja juga mulai berpikir tentang cowok idamannya. Bersama Diana Barry, Anne sepakat, bahwa pria idamannya adalah seperti pria-pria yang ada dalam novel favorit mereka, pria dengan tatapan mata sayu dan penuh kata-kata manis. Hahaha.. sampai-sampai Anne jadi gak sadar kalau ada yang diam-diam memperhatikannya… hmmm… siapakah dia???
Gak hanya peristiwa kocak, bahagia yang ada di dalam kisah Anne kali ini. Ada juga kisah sedih dan menggemparkan, misalnya kematian Mr. Thomas Lynde dan badai yang memporak-porandakan Avonlea. Anne juga harus kembali pergi dari Avonlea untuk memperjuangkan cita-citanya yang sempat tertunda.
Dibandingin yang pertama? Hmmm… agak beda ya.. Kalo di Anne of Green Gables, Anne masih kecil, dalam proses penyesuaian, perkenalan dan sangat gak sabaran. Kalo di Anne of Avonlea, Anne udah lebih dewasa, masih sih, suka ‘grabak-grubuk’ – ‘sradak-sruduk’, tapi, itu tuh yang bikin Anne jadi kocak. Biar udah ‘sok’ dewasa, tapi, di dalam hatinya, masih ada jiwa ‘anak-anak’ di dalam hatinya. Beneran lho… gue ketawa-tawa sendiri waktu peristiwa ‘salah sapi’ sama waktu Anne kejeblos di atap gara-gara mau liat piring antik.
Labels:
fiction,
youngreaders
Friday, July 17, 2009
His Wedding Organizer
His Wedding Organizer
Retni SB @ 2008
GPU – Cet. II, September 2008
272 Hal.
Harsya, salah satu ‘pemegang saham’ di sebuah wedding organizer yang lumayan ngetop di kota Semarang. Meskipun gak jauh-jauh dari urusan pernikahan, ternyata Harsya sendiri belum berpikir ke arah sana. Bukan gak punya pacar, tapi, sang kekasih ini masih disembunyikan alias belum go public. Satu-satunya teman dekat cowok yang sering terlihat bersama Harsya, adalah Adra, teman dari kecil, mantan tetangga, fotografer dan juga salah satu penanam modal di Puspa Tiara.
One day, datang order besar yang kaya’nya bakal jadi mission impossible. Karin, teman SMA Harsya, yang dulu tak ada tanda-tanda bakal menikah duluan karena pemalu, menghubungi Harsya dan meng-hire-nya sebagai WO untuk pernikahannya. Temanya adalah “Little Mermaid”. Karin pengen ‘membawa’ alam bawah laut ke dalam pesta pernikahannya, harus dengan air sungguhan bukan sekedar background! Belum lagi pusing memikirkan gimana konsepnya nanti, ternyata Harsya harus menerima satu kenyataan pahit. Calon suami Karin tak lain adalah pacar Harsya sendiri, Figo… pengusaha muda yang sukses di kota Semarang.
Mission impossible jadi ada dua – mempersiapkan pernikahan yang extraordinary plus menghadapi sang calon pengantin yang (mantan) pacar sendiri. Untung ada Adra, yang selalu siap jadi ‘tong sampah’ setiap Harsya lagi ada masalah. Meskipun begitu, untuk kali ini, Harsya gak siap untuk cerita apa yang sebenarnya terjadi pada Adra.
Ketika masih sama-sama di sekolah, Harsya and the gank sempat ngerjain Karin dan bikin Karin malu. Nah, untuk ‘menebus’ dosa mereka, Karin minta mereka berjanji kalau di antara mereka, ternyata yang menikah adalah Karin duluan, Harsya and the gank harus pake kostum bikini dengan sayap peri di punggung mereka. Harsya sempat panik, karena ternyata memang Karin duluan yang married, tapi, dengan Karin sedikit berbaik hati untuk menghapus ‘hukuman’ itu, tapi menggantinya dengan ‘hukuman’ lain, yaitu, harus membawa calon suami ke pesta pernikahan Karin nanti.
Di sini masalah yang lebih rumit pun dimulai. Harsya meminta Adra berpura-pura jadi pacarnya, tapi Adra gak tau kalo di balik itu ada permainan lain. Orang-orang Puspa Tiara langsung terkejut melihat kemesraan Harsya dan Adra, kabar ini pun langsung sampai ke telinga orang tua mereka yang juga berteman dekat.
Demi menjaga perasaan orang tua mereka, Harsya dan Adra sepakat melanjutkan ‘kerja sama’ mereka, sampai gak sadar, kalau mereka sebenarnya juga sudah saling jatuh cinta. Tapii… masalah muncul lagi. Figo kembali masuk ke dalam kehidupan Harsya, dengan alasan pernikahannya tidak bahagia, Harsya kembali terjebak dalam rayuan Figo. Adra marah dan menghilang. Harsya jadi kelimpungan…
Setelah gue baca, ceritanya gak jauh beda sama ‘Perempuan Lain’-nya Kristy Nelwan yang beberapa waktu lalu gue baca. Tentang cewek yang susah banget ‘jatuh cinta’, tapi ternyata sekalinya ketemu, malah harus jadi ‘selingkuhan’, dan deket sama temen cowok dari kecil sampe gak sadar kalo sebenernya he is the one-nya si cewek.
Retni SB @ 2008
GPU – Cet. II, September 2008
272 Hal.
Harsya, salah satu ‘pemegang saham’ di sebuah wedding organizer yang lumayan ngetop di kota Semarang. Meskipun gak jauh-jauh dari urusan pernikahan, ternyata Harsya sendiri belum berpikir ke arah sana. Bukan gak punya pacar, tapi, sang kekasih ini masih disembunyikan alias belum go public. Satu-satunya teman dekat cowok yang sering terlihat bersama Harsya, adalah Adra, teman dari kecil, mantan tetangga, fotografer dan juga salah satu penanam modal di Puspa Tiara.
One day, datang order besar yang kaya’nya bakal jadi mission impossible. Karin, teman SMA Harsya, yang dulu tak ada tanda-tanda bakal menikah duluan karena pemalu, menghubungi Harsya dan meng-hire-nya sebagai WO untuk pernikahannya. Temanya adalah “Little Mermaid”. Karin pengen ‘membawa’ alam bawah laut ke dalam pesta pernikahannya, harus dengan air sungguhan bukan sekedar background! Belum lagi pusing memikirkan gimana konsepnya nanti, ternyata Harsya harus menerima satu kenyataan pahit. Calon suami Karin tak lain adalah pacar Harsya sendiri, Figo… pengusaha muda yang sukses di kota Semarang.
Mission impossible jadi ada dua – mempersiapkan pernikahan yang extraordinary plus menghadapi sang calon pengantin yang (mantan) pacar sendiri. Untung ada Adra, yang selalu siap jadi ‘tong sampah’ setiap Harsya lagi ada masalah. Meskipun begitu, untuk kali ini, Harsya gak siap untuk cerita apa yang sebenarnya terjadi pada Adra.
Ketika masih sama-sama di sekolah, Harsya and the gank sempat ngerjain Karin dan bikin Karin malu. Nah, untuk ‘menebus’ dosa mereka, Karin minta mereka berjanji kalau di antara mereka, ternyata yang menikah adalah Karin duluan, Harsya and the gank harus pake kostum bikini dengan sayap peri di punggung mereka. Harsya sempat panik, karena ternyata memang Karin duluan yang married, tapi, dengan Karin sedikit berbaik hati untuk menghapus ‘hukuman’ itu, tapi menggantinya dengan ‘hukuman’ lain, yaitu, harus membawa calon suami ke pesta pernikahan Karin nanti.
Di sini masalah yang lebih rumit pun dimulai. Harsya meminta Adra berpura-pura jadi pacarnya, tapi Adra gak tau kalo di balik itu ada permainan lain. Orang-orang Puspa Tiara langsung terkejut melihat kemesraan Harsya dan Adra, kabar ini pun langsung sampai ke telinga orang tua mereka yang juga berteman dekat.
Demi menjaga perasaan orang tua mereka, Harsya dan Adra sepakat melanjutkan ‘kerja sama’ mereka, sampai gak sadar, kalau mereka sebenarnya juga sudah saling jatuh cinta. Tapii… masalah muncul lagi. Figo kembali masuk ke dalam kehidupan Harsya, dengan alasan pernikahannya tidak bahagia, Harsya kembali terjebak dalam rayuan Figo. Adra marah dan menghilang. Harsya jadi kelimpungan…
Setelah gue baca, ceritanya gak jauh beda sama ‘Perempuan Lain’-nya Kristy Nelwan yang beberapa waktu lalu gue baca. Tentang cewek yang susah banget ‘jatuh cinta’, tapi ternyata sekalinya ketemu, malah harus jadi ‘selingkuhan’, dan deket sama temen cowok dari kecil sampe gak sadar kalo sebenernya he is the one-nya si cewek.
Wednesday, July 01, 2009
George’s Secret Key to the Universe
George’s Secret Key to the Universe (Kunci Rahasia George ke Alam Semesta)
Lucy & Stephen Hawking @ 2007
(dengan Christophe Galfard)
Garry Parsons (Ilustrasi)
Andang Sutopo (Terj.)
GPU – Mei 2009
336 Hal.
Hidup George pastinya akan sangat membosankan dan semakin tidak menggairahkan kalau saja si Freddy, babi gendut peliharaannya, gak iseng menerobos pagar pembatas dan ‘mampir’ ke halaman tetangga sebelah yang bak hutan belantara. Ada apa dengan hidup George?
Jadi, George itu termasuk anak yang sering jadi incaran keisengan atau kenakalan teman-temannya di sekolah, dia termasuk anak yang pendiam dan pemalu. Mungkin George sendiri punya alasan untuk itu. Gimana mungkin George gak malu, kalau tiap hari dia bawa bekal makanan yang aneh-aneh? Orang tua George adalah aktivis lingkungan hidup, yang sering mengadakan demonstrasi untuk ‘menyelamatkan dunia dari polusi dan ilmu pengetahuan yang akan menyesatkan dunia’. Jadi, orang tua George memilih polah hidup yang cukup ‘ajaib’ di jaman yang serba modern ini. Misalnya, tidak ada listrik di rumah George - penerangan menggunakan lilin, tidak televisi, radio, apalagi computer yang sangat diidamkan George, semua bahan makanan diambil dari kebun – makanya bekal George ke sekolah bisa berupa muffin brokoli, sandwich bayam, kue labu atau juice apel hasil perasan ibu George sendiri.
Nah, suatu hari, si Freddy ini, satu-satunya hal yang membuat George merasa ‘hidup’, masuk ke pekarangan tetangga misterius. Kenapa misterius? Karena sebenarnya rumah sebelah itu sudah lama tak berpenghuni, penghuni terakhir, seorang pria tua berjenggot pergi begitu saja dan tak pernah kembali. Kebunnya sudah tak terawat. Meski takut dan sudah dilarang oleh orang tuanya, George nekat masuk dan mencari Freddy. Yang dicari ternyata sedang asyik menjilat cairan berwarna ungu yang sempat dikira racun oleh George. Cairan ungu itu adalah blackcurrant juice! Sesuatu yang belum pernah dilihat George.
Itulah awal perkenalan George dengan Annie dan ayahnya, Pak Eric – penghuni baru rumah misterius itu. Pak Eric adalah seorang ilmuwan yang sedang meneliti kemungkinan adanya planet lain yang bisa jadi tempat tinggal bagi manusia. George langsung tertarik dengan rahasia alam semesta. George diajak berkenalan dengan computer yang sangat canggih, tapi manja dan sensitive banget… namanya Cosmos. Dengan bantuan Cosmos, terbukalah sebuah portal (yang kalo di Doraemon, disebut ‘Pintu Ke mana saja’), George pun menyaksikan kelahiran dan kematian sebuah bintang.
George begitu terpesona, sampai-sampai dia tidak konsentrasi dengan pelajaran sekolahnya. Guru George yang nyentrik dan aneh, Dr. Reeper, tak segan-segan menghukum George. Dengan semangat, George bercerita tentang Cosmos, padahal sebelumnya, George sudah berjanji untuk menjaga semua hal yang terjadi di rumah Pak Eric dan merahasiakan semuanya dari siapa pun.
Ternyata, Dr. Reeper bukanlah guru biasa. Bukan kebetulan Dr. Reeper – yang dijuluki Greeper – menjadi guru di sekolah George. Dr. Reeper punya misi sendiri dalam penelitian yang dilakukan oleh Pak Eric. Yang pasti misi itu bukan untuk kebaikan, tapi, untuk dirinya sendiri. Dia pengen menguasai Cosmos untuk dirinya sendiri.
George pun bisa merasakan bertualang layaknya seorang astronot - terkena badai asteroid, nyaris terhisap ke lubang hitam. George jadi punya pandangan baru, bahwa ilmu pengetahuan itu tidak akan merusak bumi kalau digunakan dengan benar.
Buku ini keren banget. Sampai-sampai gue bilang, “Ini akan jadi warisan gue buat Mika. Semoga Mika suka buku ini.” Siapa yang gak tau Stephen Hawking – ilmuwan ngetop itu. Meskipun gue gak tau apa isi buku beliau yang ngetop itu, apa teori-teorinya - selain teori Lubang Hitam. Menarik kan, ketika seorang profesor ngarang buku untuk anak-anak (bersama anaknya sendiri). Di buku ini, diselipin foto-foto luar angkasa yang bagus, juga teori-teori alam semesta yang gak hanya diselipkan dalam percakapan antara George, Annie dan Pak Eric, tapi juga ada box-box kecil untuk tempat penjelasan yang lebih detail. Meskipun begitu, bikin buku ini jadi tambah menarik. Gue jadi inget waktu SD, gue seneng banget liat buku ensiklopedia yang ada gambar-gambar bulan, planet dan foto-foto luar angkasa yang kaya’nya ajaib dan jauhhhh banget (hehehe.. emang jauh sih…).
Dan, gue masih penasaran, apa penyebab Pak Eric dan Dr. Reeper musuhan? Apa masalahnya? Dan, apa yang bikin tangan Dr. Reeper jadi kena luka bakar? Kenapa bapak tua yang ternyata pembimbing Pak Eric dan Dr. Reeper itu pergi dan kemana perginya? Gak ada penjelasan untuk hal-hal ini, karena setiap Annie tanya, pasti aja terpotong. Hmmm… kira-kira kenapa ya? Apa akan dijelasin di George's Cosmic Treasure Hunt?
Lucy & Stephen Hawking @ 2007
(dengan Christophe Galfard)
Garry Parsons (Ilustrasi)
Andang Sutopo (Terj.)
GPU – Mei 2009
336 Hal.
Hidup George pastinya akan sangat membosankan dan semakin tidak menggairahkan kalau saja si Freddy, babi gendut peliharaannya, gak iseng menerobos pagar pembatas dan ‘mampir’ ke halaman tetangga sebelah yang bak hutan belantara. Ada apa dengan hidup George?
Jadi, George itu termasuk anak yang sering jadi incaran keisengan atau kenakalan teman-temannya di sekolah, dia termasuk anak yang pendiam dan pemalu. Mungkin George sendiri punya alasan untuk itu. Gimana mungkin George gak malu, kalau tiap hari dia bawa bekal makanan yang aneh-aneh? Orang tua George adalah aktivis lingkungan hidup, yang sering mengadakan demonstrasi untuk ‘menyelamatkan dunia dari polusi dan ilmu pengetahuan yang akan menyesatkan dunia’. Jadi, orang tua George memilih polah hidup yang cukup ‘ajaib’ di jaman yang serba modern ini. Misalnya, tidak ada listrik di rumah George - penerangan menggunakan lilin, tidak televisi, radio, apalagi computer yang sangat diidamkan George, semua bahan makanan diambil dari kebun – makanya bekal George ke sekolah bisa berupa muffin brokoli, sandwich bayam, kue labu atau juice apel hasil perasan ibu George sendiri.
Nah, suatu hari, si Freddy ini, satu-satunya hal yang membuat George merasa ‘hidup’, masuk ke pekarangan tetangga misterius. Kenapa misterius? Karena sebenarnya rumah sebelah itu sudah lama tak berpenghuni, penghuni terakhir, seorang pria tua berjenggot pergi begitu saja dan tak pernah kembali. Kebunnya sudah tak terawat. Meski takut dan sudah dilarang oleh orang tuanya, George nekat masuk dan mencari Freddy. Yang dicari ternyata sedang asyik menjilat cairan berwarna ungu yang sempat dikira racun oleh George. Cairan ungu itu adalah blackcurrant juice! Sesuatu yang belum pernah dilihat George.
Itulah awal perkenalan George dengan Annie dan ayahnya, Pak Eric – penghuni baru rumah misterius itu. Pak Eric adalah seorang ilmuwan yang sedang meneliti kemungkinan adanya planet lain yang bisa jadi tempat tinggal bagi manusia. George langsung tertarik dengan rahasia alam semesta. George diajak berkenalan dengan computer yang sangat canggih, tapi manja dan sensitive banget… namanya Cosmos. Dengan bantuan Cosmos, terbukalah sebuah portal (yang kalo di Doraemon, disebut ‘Pintu Ke mana saja’), George pun menyaksikan kelahiran dan kematian sebuah bintang.
George begitu terpesona, sampai-sampai dia tidak konsentrasi dengan pelajaran sekolahnya. Guru George yang nyentrik dan aneh, Dr. Reeper, tak segan-segan menghukum George. Dengan semangat, George bercerita tentang Cosmos, padahal sebelumnya, George sudah berjanji untuk menjaga semua hal yang terjadi di rumah Pak Eric dan merahasiakan semuanya dari siapa pun.
Ternyata, Dr. Reeper bukanlah guru biasa. Bukan kebetulan Dr. Reeper – yang dijuluki Greeper – menjadi guru di sekolah George. Dr. Reeper punya misi sendiri dalam penelitian yang dilakukan oleh Pak Eric. Yang pasti misi itu bukan untuk kebaikan, tapi, untuk dirinya sendiri. Dia pengen menguasai Cosmos untuk dirinya sendiri.
George pun bisa merasakan bertualang layaknya seorang astronot - terkena badai asteroid, nyaris terhisap ke lubang hitam. George jadi punya pandangan baru, bahwa ilmu pengetahuan itu tidak akan merusak bumi kalau digunakan dengan benar.
Buku ini keren banget. Sampai-sampai gue bilang, “Ini akan jadi warisan gue buat Mika. Semoga Mika suka buku ini.” Siapa yang gak tau Stephen Hawking – ilmuwan ngetop itu. Meskipun gue gak tau apa isi buku beliau yang ngetop itu, apa teori-teorinya - selain teori Lubang Hitam. Menarik kan, ketika seorang profesor ngarang buku untuk anak-anak (bersama anaknya sendiri). Di buku ini, diselipin foto-foto luar angkasa yang bagus, juga teori-teori alam semesta yang gak hanya diselipkan dalam percakapan antara George, Annie dan Pak Eric, tapi juga ada box-box kecil untuk tempat penjelasan yang lebih detail. Meskipun begitu, bikin buku ini jadi tambah menarik. Gue jadi inget waktu SD, gue seneng banget liat buku ensiklopedia yang ada gambar-gambar bulan, planet dan foto-foto luar angkasa yang kaya’nya ajaib dan jauhhhh banget (hehehe.. emang jauh sih…).
Dan, gue masih penasaran, apa penyebab Pak Eric dan Dr. Reeper musuhan? Apa masalahnya? Dan, apa yang bikin tangan Dr. Reeper jadi kena luka bakar? Kenapa bapak tua yang ternyata pembimbing Pak Eric dan Dr. Reeper itu pergi dan kemana perginya? Gak ada penjelasan untuk hal-hal ini, karena setiap Annie tanya, pasti aja terpotong. Hmmm… kira-kira kenapa ya? Apa akan dijelasin di George's Cosmic Treasure Hunt?
Labels:
children,
science fiction,
youngreaders
Monday, June 29, 2009
Perempuan Lain
Perempuan Lain
Kristy Nelwan @ 2007
Grasindo – Cet. II, Maret 2009
362 Hal.
Maya marah berat ketika Fauzan, tunangan sahabatnya, Hesti, ketauan berselingkuh dengan perempuan yang ya… ma’af-ma’af, rada kecentilan dan gak sebanding banget dengan Hesti. Maya nekad melabrak Cindy, si WIL itu, ketika dengan santainya dia datang menggantikan Fauzan yang gak bisa dateng ke ulang tahunnya Cindy.
Masalah ‘perempuan lain’ bukan hanya dialami Cindy, tapi juga Tiara, kakak Maya sendiri. Parahnya, Tiara-lah yang jadi perempuan lain dalam pernikahan orang lain. Bahkan dia hamil, tapi, karena tak mau karirnya terancam, Tiara nekat melakukan aborsi.
Tapi, siapa sangka, Maya sendiri akhirnya terjebak menjadi si ‘perempuan lain’ itu. Tak ada niat atau bahkan kepikiran sama sekali dalam benak Maya untuk mendapatkan predikat pengganggu kekasih orang. Ketika, Maya ketemu Sandi di restoran makanan Menado, Maya hanya iseng memperhatikan sosok ganteng itu. Mana dia tahu kalo Sandi itu GM sebuah produk ponsel ternama yang meng-hire kantor Maya sebagai EO untuk launching produk terbaru mereka. Dan kebetulan Maya adalah PO dari project baru itu.
Maya yang sudah lama gak jatuh cinta, gak bisa melupakan begitu saja sosok Sandi. Sandi yang perhatian, yang hangat dan yang kocak, mampu ‘melumerkan’ hati Maya. Tapi, ternyata, gak disangka-sangka, ternyata Sandi sudah punya tunangan.
Maya hancur. Ia jadi kerja gila-gilaan, makan gak teratur, apalagi tidur. Sampai-sampai, bossnya, mengirim dia berlibur ke Lombok, tempat Maya akhirnya bertemu dengan kekasih masa lalunya dan bisa kembali tersenyum
Ketika Maya mencoba bangkit, Sandi malah gak mau melepaskannya. Maya pun menjalani hubungan ini dengan diam-diam, menyembunyikan ini dari sahabat-sahabatnya sendiri. Meskipun Maya sudah mencoba untuk menjalin hubungan dengan pria lain, Sandi tetap tak tergantikan.
Tapi, ketika Sandi datang lagi kepadanya, dan Maya justru gak mampu untuk menerimanya. Kenapa?? Karena ternyata… sosok dalam mimpi Maya selama ini bukanlah Sandi (upppss… apakah ini spoiler?)
Dibanding novel ‘L’, gue lebih suka yang ini. Emang sih, tokoh perempuannya, sama-sama galak (apakah ini menggambarkan sosok Kristy Nelwan?), terus, sama-sama perokok berat, galak, susah ‘mencari cinta’, dan sama-sama pekerja keras. Tapi, buat gue, tema-nya lebih ‘membumi’, dibanding tema nyari cowok berdasarkan abjad. Sifat idealis seseorang yang harus diuji ketika dia sendiri melanggar apa yang dia ‘haramkan’. Dan, kadang, kita juga gak sadar, sosok yang selama ini kita cari, ada pada seseorang yang selalu hadir di depan mata kita.
Meskipun ini, banyak ‘keseleo’nya nih, banyak salah tulis… Adiel Peterband beberapa kali keseleo jadi Ariel Peterpan, yang memang tampaknya berasal dari nama itu.
Kristy Nelwan @ 2007
Grasindo – Cet. II, Maret 2009
362 Hal.
Maya marah berat ketika Fauzan, tunangan sahabatnya, Hesti, ketauan berselingkuh dengan perempuan yang ya… ma’af-ma’af, rada kecentilan dan gak sebanding banget dengan Hesti. Maya nekad melabrak Cindy, si WIL itu, ketika dengan santainya dia datang menggantikan Fauzan yang gak bisa dateng ke ulang tahunnya Cindy.
Masalah ‘perempuan lain’ bukan hanya dialami Cindy, tapi juga Tiara, kakak Maya sendiri. Parahnya, Tiara-lah yang jadi perempuan lain dalam pernikahan orang lain. Bahkan dia hamil, tapi, karena tak mau karirnya terancam, Tiara nekat melakukan aborsi.
Tapi, siapa sangka, Maya sendiri akhirnya terjebak menjadi si ‘perempuan lain’ itu. Tak ada niat atau bahkan kepikiran sama sekali dalam benak Maya untuk mendapatkan predikat pengganggu kekasih orang. Ketika, Maya ketemu Sandi di restoran makanan Menado, Maya hanya iseng memperhatikan sosok ganteng itu. Mana dia tahu kalo Sandi itu GM sebuah produk ponsel ternama yang meng-hire kantor Maya sebagai EO untuk launching produk terbaru mereka. Dan kebetulan Maya adalah PO dari project baru itu.
Maya yang sudah lama gak jatuh cinta, gak bisa melupakan begitu saja sosok Sandi. Sandi yang perhatian, yang hangat dan yang kocak, mampu ‘melumerkan’ hati Maya. Tapi, ternyata, gak disangka-sangka, ternyata Sandi sudah punya tunangan.
Maya hancur. Ia jadi kerja gila-gilaan, makan gak teratur, apalagi tidur. Sampai-sampai, bossnya, mengirim dia berlibur ke Lombok, tempat Maya akhirnya bertemu dengan kekasih masa lalunya dan bisa kembali tersenyum
Ketika Maya mencoba bangkit, Sandi malah gak mau melepaskannya. Maya pun menjalani hubungan ini dengan diam-diam, menyembunyikan ini dari sahabat-sahabatnya sendiri. Meskipun Maya sudah mencoba untuk menjalin hubungan dengan pria lain, Sandi tetap tak tergantikan.
Tapi, ketika Sandi datang lagi kepadanya, dan Maya justru gak mampu untuk menerimanya. Kenapa?? Karena ternyata… sosok dalam mimpi Maya selama ini bukanlah Sandi (upppss… apakah ini spoiler?)
Dibanding novel ‘L’, gue lebih suka yang ini. Emang sih, tokoh perempuannya, sama-sama galak (apakah ini menggambarkan sosok Kristy Nelwan?), terus, sama-sama perokok berat, galak, susah ‘mencari cinta’, dan sama-sama pekerja keras. Tapi, buat gue, tema-nya lebih ‘membumi’, dibanding tema nyari cowok berdasarkan abjad. Sifat idealis seseorang yang harus diuji ketika dia sendiri melanggar apa yang dia ‘haramkan’. Dan, kadang, kita juga gak sadar, sosok yang selama ini kita cari, ada pada seseorang yang selalu hadir di depan mata kita.
Meskipun ini, banyak ‘keseleo’nya nih, banyak salah tulis… Adiel Peterband beberapa kali keseleo jadi Ariel Peterpan, yang memang tampaknya berasal dari nama itu.
Friday, June 26, 2009
Ingo
Ingo
Helen Dunmore @ 2005
Rosemary Kesauli (Terj.)
GPU – Juni 2009
312 Hal.
Buku ini berkisah tentang legenda Putri Duyung. Kalo dalam dongeng-dongeng anak-anak a la Walt Disney, Putri Duyung (dan juga makhluk-makhluk bawah air lainnya), selalu digambarkan sebagai makhluk yang ramah, cantik dan baik. Tapi, coba liat atau baca Harry Potter. Putri Duyung di dalam cerita itu, digambarin berwajah menyeramkan (meskipun awalnya sempet ‘cantik’), terus, penggoda.
Di buku ini juga gitu. Legenda Putri Duyung yang jatuh cinta dengan manusia darat. Laut tempat si putri duyung tinggal terus memanggil-manggil pemuda yang bernama Matthew Trewhella. Karena selama mereka masih tinggal di dua dunia yang berbeda, mereka tidak akan pernah bisa bersatu. Matthew pun memilih ‘pindah’ ke tempat pujaan hatinya dan meninggalkan dunia yang selama ini ia kenal. Jika sudah masuk ke dalam dunia bawah laut, akan laut akan terus menarik dan memisahkan manusia dari tempat tinggalnya sebelumnya.
Legenda itu sering didengar Sapphire. Ayahnya yang ‘kebetulan’ bernama Matthew Trewhella sering menceritakan kisah itu kepadanya. Sapphire, ayahnya, ibunya dan kakaknya, Connor, tinggal di pesisir pantai yang dingin (bahkan saat musim panas pun, gue mendapatkan kesan yang tetap dingin). Lautnya begitu misterius, sampai-sampai ibu Sapphire membencinya. Tapi, Sapphire, seperti ayahnya mencintai laut.
Suatu malam, ayah Sapphire pergi dan tak pernah kembali lagi. Semua orang menganggap ia sudah mati tenggelam. Tapi, Sapphire dan Connor tak percaya. Mereka yakin, entah bagaimana dan di mana, ayah mereka masih hidup.
Sepeninggal Matthew, ibu mereka, Jannie, terpaksa bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran yang letaknya cukup jauh dari rumah, sehingga mereka kerap ditinggal sendiri di rumah. Suatu hari di musim panas, Connor pergi, tanpa pamit. Sehingga Sapphire panik. Sapphire mencarinya ke pantai, dan menemukan Connor sedang berbicara dengan seorang gadis yang berpakaian mirip penyelam. Tapi, Connor tidak mau mengakui siapa yang ia temui.
Sapphire yang penasaran mencoba mengikuti Connor, dia malah bertemu dengan Faro, laki-laki ‘setengah’ anjiing laut. Sapphire pun diajak ke dunia bawah laut yang menakjubkan, yang disebut Ingo, tempat yang membuatnya ingin kembali lagi karena daya tariknya yang begitu kuat.
Misteri Ingo seolah mengikuti misteri hilangnya ayah Sapphire. Sebagai anak paling kecil dan yang paling dekat dengan ayahnya, Sapphire tidak rela ketika posisi ayahnya nyaris tergantikan oleh pria lain. Ia merasa diabaikan, ia merasa bukan di ‘Udara’ – begitu kaum Mer menyebut dunia darat – tempatnya seharusnya berada. Sapphire ingin kembali dan kembali lagi ke Ingo. Meskipun Connor terus mencegahnya untuk memikirkan Ingo.
Biasanya gue gak terlalu suka misteri kaya’ begini, tapi koq gue jadi ikutan ‘terpesona’ dengan Ingo. Gue ikutan penasaran, apa sebenarnya yang ada di Ingo, terus, apa memang ayah Sapphire masih hidup? Kalau memang masih hidup, ke mana dong Matthew pergi dan berada sekarang? Dan hal ini, benar-benar jadi misteri sampai akhir cerita.
Helen Dunmore gak membiarkan pembacanya mengambil kesimpulan sendiri. Pembacanya diajak ‘berfantasi’ dengan dunia Ingo dan mencari jawaban sendiri. Dan, ternyata, Ingo ini ada sequelnya. Semoga aja segera terbit juga terjemahannya.
Helen Dunmore @ 2005
Rosemary Kesauli (Terj.)
GPU – Juni 2009
312 Hal.
Buku ini berkisah tentang legenda Putri Duyung. Kalo dalam dongeng-dongeng anak-anak a la Walt Disney, Putri Duyung (dan juga makhluk-makhluk bawah air lainnya), selalu digambarkan sebagai makhluk yang ramah, cantik dan baik. Tapi, coba liat atau baca Harry Potter. Putri Duyung di dalam cerita itu, digambarin berwajah menyeramkan (meskipun awalnya sempet ‘cantik’), terus, penggoda.
Di buku ini juga gitu. Legenda Putri Duyung yang jatuh cinta dengan manusia darat. Laut tempat si putri duyung tinggal terus memanggil-manggil pemuda yang bernama Matthew Trewhella. Karena selama mereka masih tinggal di dua dunia yang berbeda, mereka tidak akan pernah bisa bersatu. Matthew pun memilih ‘pindah’ ke tempat pujaan hatinya dan meninggalkan dunia yang selama ini ia kenal. Jika sudah masuk ke dalam dunia bawah laut, akan laut akan terus menarik dan memisahkan manusia dari tempat tinggalnya sebelumnya.
Legenda itu sering didengar Sapphire. Ayahnya yang ‘kebetulan’ bernama Matthew Trewhella sering menceritakan kisah itu kepadanya. Sapphire, ayahnya, ibunya dan kakaknya, Connor, tinggal di pesisir pantai yang dingin (bahkan saat musim panas pun, gue mendapatkan kesan yang tetap dingin). Lautnya begitu misterius, sampai-sampai ibu Sapphire membencinya. Tapi, Sapphire, seperti ayahnya mencintai laut.
Suatu malam, ayah Sapphire pergi dan tak pernah kembali lagi. Semua orang menganggap ia sudah mati tenggelam. Tapi, Sapphire dan Connor tak percaya. Mereka yakin, entah bagaimana dan di mana, ayah mereka masih hidup.
Sepeninggal Matthew, ibu mereka, Jannie, terpaksa bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran yang letaknya cukup jauh dari rumah, sehingga mereka kerap ditinggal sendiri di rumah. Suatu hari di musim panas, Connor pergi, tanpa pamit. Sehingga Sapphire panik. Sapphire mencarinya ke pantai, dan menemukan Connor sedang berbicara dengan seorang gadis yang berpakaian mirip penyelam. Tapi, Connor tidak mau mengakui siapa yang ia temui.
Sapphire yang penasaran mencoba mengikuti Connor, dia malah bertemu dengan Faro, laki-laki ‘setengah’ anjiing laut. Sapphire pun diajak ke dunia bawah laut yang menakjubkan, yang disebut Ingo, tempat yang membuatnya ingin kembali lagi karena daya tariknya yang begitu kuat.
Misteri Ingo seolah mengikuti misteri hilangnya ayah Sapphire. Sebagai anak paling kecil dan yang paling dekat dengan ayahnya, Sapphire tidak rela ketika posisi ayahnya nyaris tergantikan oleh pria lain. Ia merasa diabaikan, ia merasa bukan di ‘Udara’ – begitu kaum Mer menyebut dunia darat – tempatnya seharusnya berada. Sapphire ingin kembali dan kembali lagi ke Ingo. Meskipun Connor terus mencegahnya untuk memikirkan Ingo.
Biasanya gue gak terlalu suka misteri kaya’ begini, tapi koq gue jadi ikutan ‘terpesona’ dengan Ingo. Gue ikutan penasaran, apa sebenarnya yang ada di Ingo, terus, apa memang ayah Sapphire masih hidup? Kalau memang masih hidup, ke mana dong Matthew pergi dan berada sekarang? Dan hal ini, benar-benar jadi misteri sampai akhir cerita.
Helen Dunmore gak membiarkan pembacanya mengambil kesimpulan sendiri. Pembacanya diajak ‘berfantasi’ dengan dunia Ingo dan mencari jawaban sendiri. Dan, ternyata, Ingo ini ada sequelnya. Semoga aja segera terbit juga terjemahannya.
Tuesday, June 23, 2009
The Bed and Breakfast Star
The Bed and Breakfast Star (Bintang Kelarga)
Jacqueline Wilson @ 1994
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – Juni 2009
216 Hal.
Elsa, gadis kecil berusia 10 tahun, berambut ‘jigrak’ seperti surai singa. Namanya sendiri diambil dari seekor singa yang terkenal. Sejak lahir, Elsa memiliki rambut yang lebat dan sengaja disisir oleh ibunya ke atas. Elsa, suka sekali membuat lelucon, ia bercita-cita jadi komedian terkenal. Tapi, sayang, tak semua orang mengerti dan tertawa dengan lelucon Elsa.
Kisah Elsa berawal dari tempat tidur. Ia menghitung dan membandingkan setiap tempat tidur yang pernah ia miliki. Elsa tinggal bersama ibunya, ayah tirinya- Mack dan dua adik tirinya. Mack adalah laki-laki yang pemarah. Biar begitu, ia tetap menyayangi adik tirinya.
Keluarga Elsa terpaksa pindah dari rumah mereka karena rumah mereka disita oleh para penagih hutang. Mack tidak punya pekerjaan. Mereka pun terpaksa tinggal di sebuah ‘hotel’ kecil yang sangat buruk pelayanannya, sebuah hotel ‘bed and breakfast’, di mana mereka harus tinggal berhimpit-himpitan.
Elsa berkenalan dengan teman-teman baru, ada yang baik seperti Naomi, atau gerombolan anak laki-laki nakal yang suka menuliskan kata-kata jorok.
Karena sifatnya polosnya juga, Elsa sering jadi sasaran kemarahan Mack. Ibunya sendiri kadang pasrah aja, karena sudah terlalu sedih dan ‘hopeless’ dengan keadaan mereka. Meskipun menurut gue, mereka cukup ‘beruntung’ karena gak jadi ‘gelandangan’.
Meski kadang sedih dipadang sebelah mata sebagai anak dari ‘bed and breakfast’. Elsa tetap ceria. Ia selalu melontarkan lelucon-lelucon konyolnya, berharap orang lain juga mengerti kelucuannya. Tapi, dasar orang dewasa, kadang terlalu sibuk dengan masalahnya sendiri, hingga lupa caranya tertawa.
Jacqueline Wilson @ 1994
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – Juni 2009
216 Hal.
Elsa, gadis kecil berusia 10 tahun, berambut ‘jigrak’ seperti surai singa. Namanya sendiri diambil dari seekor singa yang terkenal. Sejak lahir, Elsa memiliki rambut yang lebat dan sengaja disisir oleh ibunya ke atas. Elsa, suka sekali membuat lelucon, ia bercita-cita jadi komedian terkenal. Tapi, sayang, tak semua orang mengerti dan tertawa dengan lelucon Elsa.
Kisah Elsa berawal dari tempat tidur. Ia menghitung dan membandingkan setiap tempat tidur yang pernah ia miliki. Elsa tinggal bersama ibunya, ayah tirinya- Mack dan dua adik tirinya. Mack adalah laki-laki yang pemarah. Biar begitu, ia tetap menyayangi adik tirinya.
Keluarga Elsa terpaksa pindah dari rumah mereka karena rumah mereka disita oleh para penagih hutang. Mack tidak punya pekerjaan. Mereka pun terpaksa tinggal di sebuah ‘hotel’ kecil yang sangat buruk pelayanannya, sebuah hotel ‘bed and breakfast’, di mana mereka harus tinggal berhimpit-himpitan.
Elsa berkenalan dengan teman-teman baru, ada yang baik seperti Naomi, atau gerombolan anak laki-laki nakal yang suka menuliskan kata-kata jorok.
Karena sifatnya polosnya juga, Elsa sering jadi sasaran kemarahan Mack. Ibunya sendiri kadang pasrah aja, karena sudah terlalu sedih dan ‘hopeless’ dengan keadaan mereka. Meskipun menurut gue, mereka cukup ‘beruntung’ karena gak jadi ‘gelandangan’.
Meski kadang sedih dipadang sebelah mata sebagai anak dari ‘bed and breakfast’. Elsa tetap ceria. Ia selalu melontarkan lelucon-lelucon konyolnya, berharap orang lain juga mengerti kelucuannya. Tapi, dasar orang dewasa, kadang terlalu sibuk dengan masalahnya sendiri, hingga lupa caranya tertawa.
Siapa sangka, lewat 'auman'-nya, Elsa jadi pahlawan dan kebanggaan Mack si Skot.
Gue suka sama cover buku-bukunya Jacqueline Wilson, meskipun ini baru buku keduanya yang gue baca setelah Lola Rose. Dari dua tokoh yang gue baca, gue melihat karakter seorang anak kecil yang meskipun susah, tapi tetap bisa gembira dan tersenyum. Sampai akhirnya, ia malah jadi kesayangan banyak orang.
Labels:
children
Subscribe to:
Posts (Atom)