Anne of Avonlea
Lucy M. Montgomery
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - 2009
432 Hal.
Ketemu lagi sama Anne… kekocakan, kekonyolan apalagi yang bakal diperbuat sama Anne? Apa dengan makin gede, sifat ceroboh, gak sabarannya bakal berkurang? Yuk… yuk… mari kita ikutin cerita Anne kali ini.
Anne, sekarang berumur 16 tahun. Jadi ibu guru. Dia memilih tinggal bersama Marilla daripada terus melajutkan sekolahnya. Anne yang idealis, bilang, dia akan melakukan pendekatan dari hati-ke-hati untuk menaklukkan murid-murid yang nakal, bukan dengan pukulan atau hukuman yang keras. Anne masih gadis yang penuh ‘imajinasi’ dan terus mencari ‘teman sejiwa’nya.
Berbagai peristiwa terjadi – baik yang hanya berpengaruh di Green Gables atau di Avonlea secara keseluruhan.
Green Gables kedatangan dua tamu cilik – si kembar Davy dan Dora Keith – anak dari kerabat Marilla yang meninggal dunia. Uniknya, meskipun kembar, sifat keduanya jauh berbeda. Dora Keith, anak perempuan yang manis, yang selalu penurut dan pendiam. Sedangkah, Davy Keith, anak laki-laki yang nakal, tapi polos, dia selalu punya jawaban atas apa yang dia lakukan. Davy juga anak yang pengen tahu banyak hal, mirip sama Anne waktu baru dateng ke Green Gables dulu.
Selain itu, banyak pendatang baru lain di Avonlea. Contohnya, Mr. Harrison, tetangga baru Anne dan Marilla, yang kata orang pemarah dan jorok. Ada kejadian lucu yang akhirnya membuat Anne dan Mr. Harrison berteman baik.
Di sekolah, Anne berusaha keras jadi guru yang baik. Tapi, ternyata, susah juga ‘mengendalikan’ anak-anak jadi seperti yang Anne mau tanpa kekerasan. Satu anak yang nakal dan jelas-jelas menunjukkan kebenciannya adalah Anthony Pye. Anak-anak keluarga Pye memang terkenal sebagai anak-anak yang kerap bikin masalah. Dari awal, semua orang bilang, kalau gak bisa bikin Anthony Pye jera hanya dengan kata-kata lembut harus dengan pukulan keras di pantat. Tapi, Anne tetap kukuh dan yakin ia bisa membuat Anthony Pye jatuh hati dengan caranya sendiri. Ternyata, Anne harus menelan kekecewaan karena ia tidak bisa membuktikan kata-kata itu dan ia sangat menyesalinya.
Jiwa romantis Anne berhasil mempertemukan sepasang kekasih yang sempat berpisah jauh dan lama. Di sekolah, ada murid baru bernama Paul Irving. Paul yang pemalu dan cerdas dari awal sudah membuat Anne jatuh hati. Ia kerap menjadikan Paul sebagai ‘role mode’ bagi Davy biar gak nakal. Ibu Paul sudah meninggal dan ayahnya tinggal di Boston karena pekerjaannya. Di Avonlea, Paul tinggal bersama neneknya. Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dengan Diana, mereka berdua nyasar ke sebuah pondok mungil yang indah, kediaman Ms. Lavender. Nah.. .di sini Anne bener-bener ketemu teman sejiwanya… hehehe… Lewa pertemuan ini, Anne jadi tahu kisah cinta antara Mr. Lavender dan ayah Paul Irving.
Anne yang mulai beranjak remaja juga mulai berpikir tentang cowok idamannya. Bersama Diana Barry, Anne sepakat, bahwa pria idamannya adalah seperti pria-pria yang ada dalam novel favorit mereka, pria dengan tatapan mata sayu dan penuh kata-kata manis. Hahaha.. sampai-sampai Anne jadi gak sadar kalau ada yang diam-diam memperhatikannya… hmmm… siapakah dia???
Gak hanya peristiwa kocak, bahagia yang ada di dalam kisah Anne kali ini. Ada juga kisah sedih dan menggemparkan, misalnya kematian Mr. Thomas Lynde dan badai yang memporak-porandakan Avonlea. Anne juga harus kembali pergi dari Avonlea untuk memperjuangkan cita-citanya yang sempat tertunda.
Dibandingin yang pertama? Hmmm… agak beda ya.. Kalo di Anne of Green Gables, Anne masih kecil, dalam proses penyesuaian, perkenalan dan sangat gak sabaran. Kalo di Anne of Avonlea, Anne udah lebih dewasa, masih sih, suka ‘grabak-grubuk’ – ‘sradak-sruduk’, tapi, itu tuh yang bikin Anne jadi kocak. Biar udah ‘sok’ dewasa, tapi, di dalam hatinya, masih ada jiwa ‘anak-anak’ di dalam hatinya. Beneran lho… gue ketawa-tawa sendiri waktu peristiwa ‘salah sapi’ sama waktu Anne kejeblos di atap gara-gara mau liat piring antik.
Lucy M. Montgomery
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - 2009
432 Hal.
Ketemu lagi sama Anne… kekocakan, kekonyolan apalagi yang bakal diperbuat sama Anne? Apa dengan makin gede, sifat ceroboh, gak sabarannya bakal berkurang? Yuk… yuk… mari kita ikutin cerita Anne kali ini.
Anne, sekarang berumur 16 tahun. Jadi ibu guru. Dia memilih tinggal bersama Marilla daripada terus melajutkan sekolahnya. Anne yang idealis, bilang, dia akan melakukan pendekatan dari hati-ke-hati untuk menaklukkan murid-murid yang nakal, bukan dengan pukulan atau hukuman yang keras. Anne masih gadis yang penuh ‘imajinasi’ dan terus mencari ‘teman sejiwa’nya.
Berbagai peristiwa terjadi – baik yang hanya berpengaruh di Green Gables atau di Avonlea secara keseluruhan.
Green Gables kedatangan dua tamu cilik – si kembar Davy dan Dora Keith – anak dari kerabat Marilla yang meninggal dunia. Uniknya, meskipun kembar, sifat keduanya jauh berbeda. Dora Keith, anak perempuan yang manis, yang selalu penurut dan pendiam. Sedangkah, Davy Keith, anak laki-laki yang nakal, tapi polos, dia selalu punya jawaban atas apa yang dia lakukan. Davy juga anak yang pengen tahu banyak hal, mirip sama Anne waktu baru dateng ke Green Gables dulu.
Selain itu, banyak pendatang baru lain di Avonlea. Contohnya, Mr. Harrison, tetangga baru Anne dan Marilla, yang kata orang pemarah dan jorok. Ada kejadian lucu yang akhirnya membuat Anne dan Mr. Harrison berteman baik.
Di sekolah, Anne berusaha keras jadi guru yang baik. Tapi, ternyata, susah juga ‘mengendalikan’ anak-anak jadi seperti yang Anne mau tanpa kekerasan. Satu anak yang nakal dan jelas-jelas menunjukkan kebenciannya adalah Anthony Pye. Anak-anak keluarga Pye memang terkenal sebagai anak-anak yang kerap bikin masalah. Dari awal, semua orang bilang, kalau gak bisa bikin Anthony Pye jera hanya dengan kata-kata lembut harus dengan pukulan keras di pantat. Tapi, Anne tetap kukuh dan yakin ia bisa membuat Anthony Pye jatuh hati dengan caranya sendiri. Ternyata, Anne harus menelan kekecewaan karena ia tidak bisa membuktikan kata-kata itu dan ia sangat menyesalinya.
Jiwa romantis Anne berhasil mempertemukan sepasang kekasih yang sempat berpisah jauh dan lama. Di sekolah, ada murid baru bernama Paul Irving. Paul yang pemalu dan cerdas dari awal sudah membuat Anne jatuh hati. Ia kerap menjadikan Paul sebagai ‘role mode’ bagi Davy biar gak nakal. Ibu Paul sudah meninggal dan ayahnya tinggal di Boston karena pekerjaannya. Di Avonlea, Paul tinggal bersama neneknya. Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dengan Diana, mereka berdua nyasar ke sebuah pondok mungil yang indah, kediaman Ms. Lavender. Nah.. .di sini Anne bener-bener ketemu teman sejiwanya… hehehe… Lewa pertemuan ini, Anne jadi tahu kisah cinta antara Mr. Lavender dan ayah Paul Irving.
Anne yang mulai beranjak remaja juga mulai berpikir tentang cowok idamannya. Bersama Diana Barry, Anne sepakat, bahwa pria idamannya adalah seperti pria-pria yang ada dalam novel favorit mereka, pria dengan tatapan mata sayu dan penuh kata-kata manis. Hahaha.. sampai-sampai Anne jadi gak sadar kalau ada yang diam-diam memperhatikannya… hmmm… siapakah dia???
Gak hanya peristiwa kocak, bahagia yang ada di dalam kisah Anne kali ini. Ada juga kisah sedih dan menggemparkan, misalnya kematian Mr. Thomas Lynde dan badai yang memporak-porandakan Avonlea. Anne juga harus kembali pergi dari Avonlea untuk memperjuangkan cita-citanya yang sempat tertunda.
Dibandingin yang pertama? Hmmm… agak beda ya.. Kalo di Anne of Green Gables, Anne masih kecil, dalam proses penyesuaian, perkenalan dan sangat gak sabaran. Kalo di Anne of Avonlea, Anne udah lebih dewasa, masih sih, suka ‘grabak-grubuk’ – ‘sradak-sruduk’, tapi, itu tuh yang bikin Anne jadi kocak. Biar udah ‘sok’ dewasa, tapi, di dalam hatinya, masih ada jiwa ‘anak-anak’ di dalam hatinya. Beneran lho… gue ketawa-tawa sendiri waktu peristiwa ‘salah sapi’ sama waktu Anne kejeblos di atap gara-gara mau liat piring antik.
0 comments:
Post a Comment