Tuesday, July 09, 2013

Camar Biru




Camar Biru
Gagas Media – Cet. II, 2013
280 hal
(hadiah #unforgotTEN)

Rating buku ini di Goodreads cukup tinggi, rata-rata berbintang 4. Hal ini yang membuat gue memilih jadi salah satu dari 10 pilihan buku hadiah #unforgotTEN dan jadi buku pertama di antara 10  buku itu yang gue baca.

Janji dua orang sahabat, yang kalau sama 10 tahun kemudian mereka sama-sama belum punya pasangan, maka mereka akan menikah. Terdengar ‘konyol’, main-main atau sembarangan? Mungkin… tapi itulah yang diucapkan Nina dan Adith – dengan dua burung camar biru kertas sebagai bukti janji mereka.

Nina, Adith, Sinar dan Narendra – bagaikan sebuah bujur sangkar, di mana setiap sisi saling melengkapi sisi yang lain hingga akhirnya menjadi bentuk yang utuh. Tapi, ketika salah satu sisi itu  hilang, sisi yang lain mulai goyah hingga akhirnya berantakan. Itulah gambaran hubungan mereka berempat. Nina adalah adik Narendra, Adith adalah adik Sinar. Mereka bertetangga. Sahabat sejak kecil. Karena Nina adalah perempuan satu-satunya, ketiga laki-laki itu selalu melindungi Nina. Kedekatan ini yang membuat Nina tak sadar kalau Adith menyukainya.

Nina adalah gadis cantik, diibaratkan sebagai putri gulali. Manis, lembut, dan membuat semut-semut jantan ingin dekat dengan gulali manis ini. Tapi, ketika Narendra pergi, Nina berubah, jadi berantakan, cuek. Satu per satu orang yang ia cintai dan melindunginya pergi, bahkan orang tuanya pun tak peduli. Ibunya menuduh Nina jadi penyebab tragedi perginya Narendra. Tapi, ada Adith yang selalu setia, jadi pelindung, penjaga Nina. Meski, ternyata bukan kepergian Narendra awal Nina jadi berubah, tapi satu kejadian yang terjadi jauh sebelum itu.

Tema percintaan antara sahabat yang akhirnya jadi pacar bukan hal yang baru. Tapi entah kenapa membaca buku ini rasanya ‘nyaman’ aja. Menggunakan bahasa yang sangat santai, loe-gue, masih suka cela-celaan, tapi terkadang terselip hal-hal yang manis. Sikap cuek antara Nina dan Adith, romantisme mereka berdua, kekonyolan disajikan dengan pas. Gimana seseorang yang sudah bersama-sama selama berpuluh tahun, tau gimana baik-jeleknya, tapi justru malah masih bisa bikin deg-degan dan menimbulkan sensasi ‘kupu-kupu’.

Menurut gue, Adith jauh lebih dominan. Dan apa yang menyebabkan Nina berubah hanya sedikit diceritakan. Padahal, karakter Nina yang rapuh ini justru kaya’nya menarik kalau di-explore lebih lagi.

Gue juga suka ketika Sinar yang sebelumnya hanya muncul lewat cerita-cerita mereka tiba-tiba hadir dalam bentuk email-email yang ditujukan ke Narendra. Biar pembaca kenal sama Sinar dan tahu juga apa yang ada di hati dia. Seolah ini sebagai pengantar hadirnya Sinar dalam sosok yang ‘utuh’ ke babak selanjutnya.

Tapi ya… kenapa blurb di cover belakang itu menurut gue rada gak nyambung dengan cerita dan tokoh di dalam buku ini. Gak sesuai banget dengan karakter Nina dan Adith. Mau terkesan romantis, tapi jujur, masih kurang ‘nendang’ buat gue. Mungkin kalo gak gak karena bintang-bintang yang bertaburan di goodreads, belum tentu gue milih buku ini…. (eh, bener sih… saat ngeliat di toko buku, gue hanya baca sekilas – tertarik karena judulnya aja, terus udah ditaro lagi setelah ngeliat belakang cover-nya)

Overall… gue kasih empat camar biru lagi ya buat Nina dan Adith, biar dua camar biru yang udah lecek-lecek itu ada temennya.

2 comments:

Faizal Sukma said...

review yang blak-blakan,nice post...ditunggu kunnjungan baliknya ke http://antologisi.tk

ferina said...

@Faizal: terima kasih, mas

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang