Ratu Mawar
Putih (The White Queen)
Putro Nugroho (Terj.)
Penerbit Esensi
577 hal.
(Rental di
@ReadingWalk)
Elizabeth Woodville,
adalah seorang janda yang suaminya gugur saat perang saudara di Inggris –
perang antara klan Lancester dan klan York. Elizabeth sendiri ada di pihak Lancester.
Tapi, saat iring-iringan
Raja Edward IV lewat, kecantikan Elizabeth
menarik perhatian sang raja. Mereka pun jatuh cinta dan Elizabeth bertekad membawa keluarganya ke
derajat yang lebih tinggi.
Tapi sayangnya,
pernikahan mereka mendapat banyak pertentangan dari kalangan kerajaan. Terlebih
karena Elizabeth
berasal dari pihak musuh. Meskipun menjadi pendamping sang Raja, kedudukannya
sebagai ratu belumlah aman. Maka Elizabeth, dengan kekuasaannya sebagai ratu,
menempatkan para saudara-saudaranya tersebar di seluruh Inggris, agar ia tahu
siapa yang berpihak padanya dan siapa yang menjadi musuhnya. Raja masih terus
pergi berperang menumpas pihak-pihak yang juga menginginkan mahkota raja. Banyak
pihak yang dirugikan dengan pernikahan ini. Ditambah lagi kehadiran putra
mahkota, yang tentu saja semakin menggeser kedudukan George dan Richard – dua saudara
kandung Edward yang tak kalah ambisius.
Saat Raja Edward IV
mangkat pun, Elizabeth
tak juga aman. Terlebih putra mahkota yang masih kecil. Isu-isu tak sedap
beredar. Pernikahannya dengan Raja Edward IV dianulir dan semua anak-anaknya
dianggap anak haram.
Aduh, ribet kali
kehidupan kerajaan Inggris ini. Perang perebutan kekuasaan yang tak henti,
fitnah yang terus bergulir. Intrik-intrik politik kerajaan. Sejarah yang benar-benar
penuh darah. Sesama saudara rela saling bunuh demi mencapai puncak tertinggi –
yaitu menjadi Raja.
Elizabeth Woodville - via tudorplace.com |
Tapi, biar ambisius, Elizabeth tetap seorang
ibu yang senantiasa khawatir akan keselamatan anak-anaknya.
Terus terang, gue rada
pusing baca buku ini. Pusing dengan nama-nama yang sama - Raja Richard,
Pangeran Richard, Raja Edward, Pangeran Edward dari klan A, Pangeran Edward
dari Klan B, lalu Elizabeth di sana,
Elizabeth di
sini… aduh.. betapa gak kreatifnya orang Inggris jaman dulu. Gue jadi suka
‘sliwer’ sendiri, ini lagi ngomongin Richard atau Edward yang mana?
Yang menarik menurut gue
dalam cerita ini adalah legenda Melusina si Dewi Air. Dalam kesulitan, Elizabeth kerap meminta
bantuan sang Dewi untuk membalaskan dendamnya kepada pihak-pihak musuh.
Lalu, hihihi.. gue ngikik
sendiri setiap baca kalimat, “Istriku, mari kita ke ranjang.”
Dua tangkai mawar putih
aja ya, buat buku ini…
1 comments:
terjemahannya bagus ga mbak?
Post a Comment