Harper Collins – 2009
320 hal.
(Sewa di @ReadingWalk)
Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com
Tamara Goodwin, terbiasa hidup dalam kemewahan. Ayah yang seorang pengusaha sukses, rumah lengkap dengan segala fasilitas. Tapi, kematian ayahnya merengut semua kebahagiaan versi Tamara saat itu. Ayahnya meninggal, bunuh diri, meninggalkan sejumlah hutang kepada bank. Untuk membayar hutang-hutang tersebut, rumah dan segala isinya disita. Tamara dan ibunya pun harus meninggalkan rumah itu dan pindah ke rumah pamannya di daerah pedesaan.
Ibunya masih dalam masa
‘berkabung’, tak bicara sedikit pun dan tampak seperti menderita gangguan jiwa.
Tamara yang baru berusia 16 tahun itu pun berontak. Ia harus tinggal dengan
Rosaleen, bibinya dan Arthur, pamannya yang pendiam.
Tamara selalu berusaha melawan
Rosaleen. Ditambah lagi, banyak keanehan yang ia temui pada bibinya ini. Kenapa
Rosaleen selalu melarang Tamara untuk menjenguk ibunya di kamar, kenapa
Rosaleen selalu bersikeras mengerjakan segala sesuatu sendiri dan selalu tampak
tegang. Sementara Arthur, tidak banyak bicara dan cenderung menurut pada
istrinya itu.
Tamara mencari kesibukan
dengan berjalan-jalan ke sebuah reruntuhan kastil. Konon kastil itu terbakar
dan ada korban jiwa. Tamara juga berkenalan dengan seorang biarawati bernama
Suster Ignatius.
Yang membuat hari-hari
Tamara menjadi lebih menarik adalah saat itu berkenalan dengan Marcus, yang
membawa bis – bukan sembarang bis, tapi ‘Perpustakaan Bis’ – yah, perpustakaan
keliling gitu deh. Dan, Tamara menemukan sebuah buku misterius. Awalnya, Tamara
tak bisa membuka buku itu, karena terkunci. Tapi, Suster Ignatius berhasil
membantunya. Ternyata, buku itu adalah sebuah buku harian yang halamannya masih
kosong.
Dan saat Tamara hendak
menulis di buku harian itu, terjadi sesuatu yang aneh. Buku ini tiba-tiba saja
sudah tertulis, tapi anehnya, tanggal yang tertera adalah tanggal di hari
berikutnya. Tamara pelan-pelan mulai ‘mengetes’ buku itu. Awalnya ia berusaha
mengikuti apa yang sudah tertulis, tapi lama-lama, ia mencari tau apa yang akan
terjadi jika ia melakukan hal yang berlawanan.Tapi.. yang tetap jadi pertanyaan... siapa yang menulis buku harian itu? Karena koq tulisannya mirip dengan tulisan Tamara sendiri.
Banyak hal misterius di
dalam buku ini, misalnya misteri Rosaleen yang tiap hari selalu bolak-balik ke
sebuah rumah dengan alasan mengurus ibunya, lalu sebuah album foto yang lenyap
keesokan harinya setelah Tamara sempat melihat sekilas.
Dalam bayangan gue,
Tamara ini anak yang pemberani dan kuat. Kuat bukan secara fisik, tapi kuat
dalam menanggung cobaan di dalam keluarganya. Ayah meninggal, Ibu depresi dan
tinggal di pedesaan tempat ia nyaris tak mengenal siapa pun.
Awalnya, jujur saya gak
mempunyai ‘ekspetasi’ yang tinggi dari buku ini. Tapi, wah, surprise, ternyata
saat berakhirnya buku ini, saya suka. Mungkin karena ada misteri keluarga di
sini, ada sebuah rahasia tentang buku harian (jadi inget buku hariannya Tom Riddle di Harry Potter) dan sempat membuat saya mengira ada sedikit ‘fantasi’
gara-gara melibatkan buku harian yang misterius.
Dan saya pun menutup buku
ini dengan rasa puas…
4 comments:
wahhh jadi penasaran sama bukunya! soalnya cecilia ahern yang kutahu cuma ps i love you dan itupun romance banget...
wah.. ini beda sama PS I Love You... mungkin karena tokohnya remaja, romance-nya sih pasti ada, tapi gak mendayu-dayu gitu, dan gak banyak
kemarin sdh penasaran wkt liat di peri, apalagi soal magic dan buku, plot dan endingnya juga bagus ya mbak, jadi pengen baca :D btw, cecilia ahern yang thanks for the memories juga bgs lho :D
@HobbyBuku: hmm kaya'nya Thanks for The Memories di rumah ada deh... *tertimbun pastinya*
Post a Comment