Tita harus menangung
beban sendiri setelah Mahkamah Agung memutuskan papa Tita bersalah atas kasus
korupsi di perusahaan tempat papanya bekerja. Tita yang beliau tidak bersalah,
beliau hanya tumbal. Tapi apa mau dikata, MA menolak Peninjauan Kembali kasus
itu. Dan itu berarti, Tita harus kehilangan rumah dan harta benda karena disita
pengadilan dan Tita harus bertahan sendiri. Papa di penjara, mama yang tak kuat
akhirnya depresi dan harus direhabilitasi, adiknya, Nena memilih menjauh ke
rumah nenek mereka, pacarnya kabur, dan teman-teman mulai menjauh.
Keuangan mulai menipis,
biaya operasional sehari-hari tetap harus berjalan. Tita membuang gengsinya dan
bekerja pada Jodik, arsitek yang merancang taman rumah mereka, yang dulu
karyanya pernah dicela Tita. Tapi, sifat cuek dan nyaris juteknya Jodik membuat
Tita gak kuat dan memilih bekerja pada Dodi, anak boss papa-nya Tita. Karena
bayaran yang lebih menggiurkan dan karena memang sudah berteman sejak lama,
Tita menepis siapa sebenarnya Dodi, anak dari orang yang ikut menjerumuskan
papa Tita ke penjara.
Hmmm.. apa yang mau gue
tulis setelah baca buku ini… Buat gue
kurang ‘beremosi’, meskipun penderitaan tokoh utama cukup mengharu-biru, dengan
segala perjuangan dan kesabaran. Tapi malah bikin jadi statis. Yang namanya
orang lagi tertimpa musibah yang berat seperti itu, rasanya ada saatnya emosi
bisa meledak. Udah gitu, gak ada tokoh antagonisnya, selain Dido yang muncul
sekilas (ini pun kalo bisa dibilang antagonis). Kalo mau lebih dramatis, lebih
asyik kalo temen-temen lama Tita yang menjauh setelah kasus papanya ini
dimunculkan. Yah, kan pengen tau, apa sih yang ada di pikiran ‘teman’ yang
menjauh itu.
Lalu, adik Tita, Nena
yang ‘ngumpet’ di rumah neneknya. Coba lebih ditampilkan, biar gak seolah hanya
Tita yang ‘menanggung’ beban segitu berat.
Mungkin klise ya cerita
ini, sang tokoh utama yang sedang menderita, lalu datanglah sang knight in shining armor … and they live happily
ever after *sigh*. Tiba-tiba gue terpikir, andaikan keadaan dibuat berbeda.
Seandainya digambarkan memang ayah Tita adalah koruptor, si penjahat, seperti
apa cerita ini bergulir ya? Apa Tita akan setabah yang digambarkan dalam buku
ini? Gimana sosok Tita menerima kenyataan seperti itu?
Aduh, ma’af ya, mbak
Retni, kalo tiba-tiba jadi ‘ceriwis’ begini. Ide cerita udah oke koq.. bener..
deh, hanya sekali lagi, terlalu klise. FYI (yang gak penting), gue nyaris
cerita ke nyokap tentang kasus di buku ini… eh, tiba-tiba baru inget kalo ini
hanya fiksi. Abis nyaris tiap hari dengernya berita beginian melulu sih…
hehehe…
Dan satu lagi nih, yang
terjadi setelah baca buku ini, gue tiba-tiba kepikiran sama keluarga para
koruptor di dunia nyata. Apa ya yang keluarga mereka rasakan? Yang pasti gue
kasian sama anak-anak mereka.
3 comments:
Eh gitu ya mba? Padahal banyak yang bilang kalau buku ini bikin mewek. Hmm ngga jadi kubaca deh kalo gitu.. hihihi aku udh baca beberapa halaman awal sih.. dan emang bener kata mba Fer, kayaknya si Tita ini menderita banget tapi kok dari narasinya seolah dia biasa aja gitu..
iya yah.. kesian sama anak-anak mereka, pasti dapat pengucilan dari teman-temannya
@Ana: hehehehe, mungkin dasarnya aku orang yang gampang 'mewek' kalo baca buku. lain kalo nonton, nah itu lebih gampang :D
@Bang Helvry: begitulah, bang... gara2 ortu, anak jadi korban
Post a Comment