Tokyo: Falling
Sefyrana Khairil
Gagas Media – 2013
338 hal.
Tokoh:
- Tora dan Thalia, keduanya berprofesi sebagai
wartawan.
- Sama-sama ditugaskan sama kantor mereka untuk
meliput tempat-tempat keren di Tokyo
- Sama-sama ingin bertemu mantan kekasih
masing-masing demi mendapat sebuah kepastian
Tora gak sengaja menabrak Thalia, hingga lensa
kamera Thalia jatuh dan retak. Karena itu limited edition, rada susah mencari
penggantinya. Tora pun mengusul agar mereka bergantian memakai lensa milik
Tora. Dan mereka pun bersama-sama keliling Tokyo untuk mengejar spot-spot menarik untuk
artikel mereka.
Yah.. gitu deh.. sepuluh hari jalan bareng, mulai
keliatan ada yang saling tertarik, meskipun diam-diam. Tapi, sama-sama masih
terombang-ambing, belum bisa move on dari yang lama, belum bisa membuka diri
untuk yang baru.
Karakter Tora cuek, biar berantakan, tapi wangi.
Perhatian sama hal-hal kecil – contohnya sama Thalia yang gak suka sayur, dan
tipe pelindung.
Sementara Thalia, rada-rada manja menurut gue
sih, sadar fashion – terlihat dari barang-barang bermerk yang dia pakai, kadang
rada gak mau susah, tapi untungnya bukan tipe-tipe cewek manja tapi ngeselin.
Satu yang bikin gue rada-rada ‘gemes’ adalah
adegan mengelap bibir pas Tora mulutnya belepotan abis makan es krim atau waktu
Tora minjemin jaketnya ke Thalia. For me… sorry, those are so last year… kaya’nya
rada basi gitu membangun moment romantis dengan cara yang begitu. Sering banget
kan menemukan
adegan-adegan sejenis di buku atau pun film. Hehehe.. *protes aja*.
Dalam bayangan gue, momen romantis itu bisa
diganti, misalnya: waktu Tora gak berhasil membersihkan mulutnya, Thalia
pinjemin cermin ke Tora, sambil ngelap mulut, Tora bisa curi-curi pandang ke
Thalia yang ada di depannya. Hihihi.. gak romantis ya? Ya sudahlah..
Relationship is like sailing a boat.
To make the boat sail, it needs two persons to ride it. Two persons to paddle.
If you’re the only one paddling, you’ll get tired eventually
(hal. 180)
Gue juga rada ‘terganggu’ dengan tokoh Dean. Ini
cowok yang kaya’nya super duper sangat sibuk. Gue sebenernya rada heran sama
Thalia yang masih berharap untuk balikan lagi sama Dean, padahal udah dicuekin
abis begitu. Apa karena perhatian lewat barang-barang bermerk yang sering
dikirim sama Dean? Gue rasa Thalia bisa koq beli sendiri barang-barang bermerk
itu. Gue gak ngeliat ada yang positif sama Dean, dia juga gak menjanjikan
apa-apa ke Thalia, jadi gue gak ngerti aja sama sikap Thalia. *koq jadi emosi?*
Gue akan lebih puas seandainya konflik itu muncul
karena hubungan Tora dan Hana (mantannya Tora), bukan karena Dean. Karena buat
gue, sosok Hana yang gak menonjol ini justru bikin penasaran.
Tapi secara keseluruhan, ceritanya manis koq,
romantis tapi gak berlebihan. Chemistry antara Tora dan Thalia terbangun
pelan-pelan. Gak ada kata-kata yang terlalu mendayu-dayu. Ending-nya memang
rada ngeselin, meskipun maksudnya jelas sih, tapi ini salah satu faktor yang
membuat gue menyukai novel Tokyo.
Sebuah ending gak harus berakhir dengan ‘berpelukan’ kan? hehehe… Tokyo
gak hanya digambarkan melalui tempat-tempat wisata yang terkenal, tapi juga
lewat sedikit legenda yang disampaikan Tora ke Thalia, juga lewat makanan di
pinggir jalan – seperti Taiyaki. Duh.. gue jadi pengen ngerasi ramen dengan
kuah yang masih beruap-uap. Tapi kurang acara nonton sumo nih… :D
Soal cover.. untuk kali ini gue cukup puas dengan
cover seri STPC. Warnanya pink kalem, tapi jadi cerah karena tulisan Tokyo berwarna biru.
Tokyo.. salah satu destinasi
impian gue… Sering baca buku-buku yang berbau Jepang, membuat gue pengen
berkunjung ke sana…
pengen liat cherry blossom sih yang pasti, pengen ngeliat yang katanya Modern
Tokyo dan Old Tokyo. Tokyo
yang modern, tapi juga masih mempertahankan sisi budaya yang kental.
Submitted for:
5 comments:
hahahaha, aku juga sebel banget sama Dean, mungkin buku ini lebih ingin menonjolkan hubungan Tora sama Thalia melihat Hana dan Dean nggak begitu terekspos
"For me… sorry, those are so last year…"
Tapi aku belum pernah digituin, Kak. :( #malahcurhat
Hehe, iya setuju kalo penggambaran kenapa Thalia bisa 'nancep' sama Dean itu cuma sekadarnya, nggak kuat. Cuma dibilang Dean tuh orang yg bermasa depan cerah sehingga layak untuk diperjuangkan. Chemistry keduanya di masa lalu juga nggak jelas.
Terus endingnya... emang nanggung banget tapi ya, variasi dari ending kebanyakan. Tapi asliii gemes pas baca epilog itu berasa diputerin banget dengan kegalauan, padahal udah ketebak dari beberapa bab sebelumnya kalau keduanya bakal... *ups, gonna be spoiler for who reading this comment, haha!*
@peri hutan: tapi aku pikir Hana dan Dean bakal jadi 'penghalang' Tora dan Thalia.
@dinoy: hmm.. aku juga belum pernah sih... :D.. tapi kan sering gitu ngeliat di film2 atau di buku kaya' gitu adegannya
apa kita kasih spoiler aja? :D
Mau ikutttt ke Tokyooo #ganyambung hihihi...kayanya ceritanya lumayan ya fer? gak terlalu basi untuk ukuran romance ;p paling sebel sama romance2 yang lebay (yaaah ngelap mulut juga rada lebay sih). tapi rada jarang loh fotografer yang wangi. serius ini, pengalaman pribadi. hihihi
Post a Comment