Lost Man’s Lane: A Second Episode in the Life of Amelia Butterworth
(Lost Man’s Lane: Rumah Tua, Kereta Hantu dan Jalan Penuh Misteri)
Anna Katherine Green
Selviya Hanna (Terj.)
Visi Media – Juli 2013
380 Hal.
Kembali Miss Amelia Butterworth diminta bantuan
oleh Mr. Gryce dari kepolisian. Kali ini kasusnya menyangkut misteri lenyapnya
beberapa orang di ujung jalan di sebuah desa yang terpencil. Untuk melakukan
penyelidikan tersebut, Miss Butterworth harus meninggalkan kenyaman
kehidupannya di kota New
York dan pergi ke kota
X. Kebetulan di Kota X itu juga tempat kawan lama Miss Butterworth, mendiang
Althea Knollys tinggal. Sudah lama Miss Butterworth berjanji untuk berkunjung,
tapi sampai Althea meninggal, keinginan itu belum terlaksana. Jadi, kebetulan
deh, ada alasan untuk berkunjung ke kota
X tanpa dicurigai sedang menyelidiki sebuah kasus.
Sambutan yang dingin datang dari anak-anak Althea
– Lucetta yang mudah gugup, Loreen, perempuan yang tampak lebih tegas dan
selalu sibuk dan William, sosok yang sangat tidak ramah dan cenderung kasar. Terlebih
lagi, keluarga Knollys tinggal di jalan misterius itu.
Sejak malam pertama Miss Butterworth tinggal di
rumah tua itu, ada berbagai keanehan dan hal yang mencurigakan. Misalnya Miss
Butterworth yang ditempatkan di kamar yang sangat jauh dari ruang utama, pintu
kamar yang dikunci dari luar, ditemukan tanda-tanda prakter yang illegal dan
sikap ketiganya yang aneh.
Jadi, apakah anak-anak Mrs. Knollys punya peranan
dalam lenyapnya orang-orang tersebut? Lalu, siapa sebenarnya sosok Bunda Jane –
perempuan tua yang hidup sendiri, Mr. Thorm yang ramah-tamah dan sanggup
membuat Miss Butterworth jadi malu-malu atau Deacon Spear, duda kaya raya yang
misterius?
Amelia Butterworth adalah sosok perempuan lajang
yang mandiri. Ia tidak keberatan dengan statusnya yang masih single, ia punya
ketetapan hati dan punya tekad. Kalau dia penasaran sama sesuatu, maka ia akan
segera mencari tahu, biar tuntas rasa penasarannya. Yang lucunya, meskipun Mr.
Gryce yang minta bantuan Miss Butterworth, tapi suka jadi ‘saingan’ gitu.
Mereka kerap berdiskusi, tapi suka kadang-kadang gak mau ngalah. Tapi, serunya,
nih dari hasil diskusi mereka, akan muncul hal-hal baru yang bikin seseorang
yang awalnya dicurigai, malah berganti ke tokoh lainnya.
Novel ini sendiri bernuansa gelap, mulai dari
judul dan covernya yang bikin jadi rada horror. Ditambah dengan mitos yang
beredar di masyarakat tentang kereta hantu, atau orang tua yang patah hati
karena anaknya kawin lari.
Hmmm.. ada bagian-bagian yang menurut gue rasanya
terlalu bertele-tele, ya khas novel klasik kali ya. Tutur kata yang penuh
basa-basi. Dan satu terjemahan yang rada aneh menurut gue, yaitu sebutan ‘Bunda
Jane’, ketika tokoh lain disebut dengan Miss, Mister atau Madam, kenapa harus
muncul ‘Bunda’? Gue gak tau sih aslinya gimana, tapi gue akan lebih sreg kalau
gak usah diterjemahkan seperti yang lainnya, atau dengan sebutan Mama Jane
mungkin, atau Mother Jane.
Submitted for:
0 comments:
Post a Comment