The Ocean at the End of the Lane (Samudera di Ujung Jalan Setapak)
Neil Gaiman @ 2013
Tanti Lesmana (Terj.)
GPU – Cet. I, Juli 2013
264 Hal.
Hmmm … hmm … mikir dulu mau nulis apa ya …. masih berasa merinding - rasanya dingin banget –
dingin karena ngebayangin air di samudra yang luas, karena angin yang bisa
bikin menggigil, juga karena membayangkan helaian kain yang tercabik-cabik dan
melambai-lambai ditiup angin, plus lagi seolah ada bisikan halus dari sebuah
makhluk tak berwujud … Bersiaplah untuk menghadapi mimpi buruk ...
Ini cerita tentang seorang pria yang mengingat
kembali sebuah pengalamannya ketika berusia 7 tahun. Pria ini tak bernama, gak
disebutin namanya siapa hingga akhir cerita. Di waktu kecil, ia bukan termasuk
anak yang popular, tak ada yang menghadiri pesta ulang tahun yang sudah
disiapkan ibunya, di sekolah sering jadi bahan ejekan, tapi ia merasa gak
masalah, selama ia bisa tenggelam ke dalam dunia yang ia temukan lewat
buku-buku yang ia baca.
Hidupnya berubah ketika ia bertemu Lettie
Hempstock dan keluarganya – ibu dan nenek Lettie. Mereka ini rada aneh, dalam
bayangan gue mereka adalah keluarga penyihir baik. Mereka ini memiliki
kemampuan melihat hal-hal yang gak keliatan, melihat mimpi-mimpi atau pendatang
asing. Sejak itu, ada saja kejadian aneh yang menimpa anak laki-laki itu –
misalnya ia tiba-tiba tersedak koin, muntah darah, telapak kakiknya kemasukan
cacing, dan tau-tau datanglah seorang pengasuh cantik bernama Ursula Monkton,
lalu, ayahnya yang baik jadi bersikap kejam ketika ia tidak mau makan masakan
Ursula dan tidak mau minta ma’af. Ursula berhasil memikat adiknya, bahkan
ayahnya pun berhasil digoda dengan kecantikannya itu.
Ia minta bantuan keluarga Hempstock untuk
mengusir makhluk jahat yang bersemayam dalam diri Ursula. Dan tentu saja… tidak
mudah untuk membuat Ursula pergi dari kehidupan yang nyaman.
Di luar dugaan, gue suka dengan novel Neil Gaiman
satu ini, bahkan lebih menikmatinya dibandingkan ketika baca The Graveyard
Book. Nuansanya gelap banget. Rasanya ketika baca, gue bersiap-siap akan adanya
mimpi buruk, rasa ikut dikejar-kejar sampai kehabisan napas.
Dan dalam buku ini, si bocah nih, bilang kalau
orang dewasa sering gak ngerti apa yang ada di pikiran anak-anak, sering
memaksakan kehendak, sehingga anak-anak sering takut untuk bicara apa yang
mereka ketahui.
Meskipun tokoh utama di dalam buku ini adalah
anak-anak, tapi tampaknya ini bukan konsumsi untuk anak-anak di bawah usia 15
tahun deh, karena selain ada tentang pembunuhan, juga ada adegan yang untuk
konsumsi orang dewasa meskipun sedikit.
Di setiap buku Neil Gaiman, gue selalu menemukan
‘dunia’ yang rasanya kita kenal jadi sangat berbeda. Di balik dunia yang tampak
normal, dibuat sebuah cerita yang gelap, bikin bergidik. Kolam bebek bisa
diputar-balikkan jadi samudra yang dalam. Sebuah cermin bisa jadi jalan masuk
ke dunia lain, suasana bawah tanah kota London bisa jadi penuh cerita
misterius, pemakaman yang biasanya dihindari bisa jadi tempat yang penuh
sahabat dan tempat belajar yang berbeda untuk seorang anak kecil.
Dongeng-dongeng Neil Gaiman bukanlah cerita
dongeng yang indah, penuh dengan putri cantik, pangeran tampan atau istana yang
indah penuh bunga-bunga dan gemercik air mancur, tapi sebuah dongeng yang tetap
bisa memikat meskipun ada rasa ngeri dan gak nyaman ketika membacanya. Gue –
yang gak suka cerita horror – tetap bisa ikut berimajinasi melalui rangkaian
kalimat yang dibuat sama Neil Gaiman.
Submitted for:
3 comments:
Ah, aku pengin bacaaa, terjemahannya enak ya Fer? Kesannya magis bener yak buku ini.. Apalagi covernya begitu.
terjemahannya oke koq, mia... kesannya... seperti ikut 'tersedot' ke dalam ceritanya... ah.. lebay deh gue.. :D
Aku juga suka dengan buku ini. Terjemahannya juga bagus :D
Post a Comment