Friday, January 24, 2014

Wonderstruck



Wonderstruck

Macalais Fransisca (Terj.)
Mizan Fantasi – Cet. I, December 2013
646 Hal.

Karena suka banget sama The Invention of Hugo Cabret, maka ketika melihat terjemahan buku ini ada di toko buku, tanpa berpikir panjang lebar, gue pun langsung membelinya.

Dan bener aja… gue kembali ‘terpukau’ dengan cerita dan ilustrasinya yang keren. ditambah dengan detail-detail tentang museum, perpustakaan, bahasa isyarat, tentang perbintangan.  Belum lagi detail tentang pakaian dan suasanan di dalam dua kurun waktu yang berbeda.

Padahal, antara narasi dan ilustrasi, di dua bagian pertama mungkin bakal bikin bingung karena gak nyambung, tapi dua-duanya menceritakan kisah tersendiri, yang pada akhirnya akan memecahkan rahasia di bagian ketiga.

Intinya, berkisah tentang dua anak di dalam dua periode yang berbeda – Ben, di tahun 1977, tinggal di Gunflint Lake, Minnesota dan Rose di tahun 1927, ada di kota Hoboken, New Jersey. Keduanya sama-sama bermasalah dengan pendengaran.

Bagian Ben diceritakan dalam bentuk narasi, tentang seorang anak yang mencari jejak ayah kandungnya lewat sebuah buku berjudul ‘Wonderstruck’ yang ia temukan di kamar mendiang ibunya.

Sedangkan bagian Rose, diceritakan dalam bentuk ilustrasi. Di sini nih yang menurut gue sangat keren, karena tanpa kata-kata, keseluruhan ilustrasi mampu bercerita tentang apa yang dialami oleh Rose. Mimik wajah Rose yang digambarkan begitu jelas, plus detail-detail lain, yang kembali membuat gue seolah lagi nonton film.

Semua bagian bisa membuat gue ikut merasakan rasa sedih dan kesepian Ben karena kehilangan seorang ibu. Tapi menurut gue, Ben adalah anak yang berani, dengan kekurangan yang dideritanya tak menyurutkan semangatnya. Sementara, Rose juga meninggalkan kesan sebagai anak yang sedih karena ditolak ibunya, anak yang ‘terkurung’ karena menurut orang tuanya, amat berbahaya bagi Rose untuk ‘berkeliaran’ di luar rumah.

Dalam menulis cerita ini, Brian Selznick terinpirasi oleh cerita From the Mixed up Files of Mrs. Basil E. Frankweiler, karya E.L. Koningsburg.

Ah ya sudahlah, gue gak perlu berkomentar apa-apa lagi deh, pokoknya baca dan nikmati aja buku ini.

Satu hal yang sedikit mengganggu di dalam buku ini, adalah kalimat dalam lembaran kertas yang terpotong di tengah halaman, terkadang pas kita baca jadi rada aneh karena ‘sambungan’ yang gak lurus.

Penghargaan yang diterima untuk buku ini adalah:


Submitted for:


0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang