Di Tepi Sungai Plum
(On the Banks of Plum Creek)
Laura Ingalls Wilder @ 1937
Anton Adiwiyoto (Terj.)
BPK Gunung Mulia – Cet. III, 1983
297 hal
Untuk usia 8 tahun ke atas
(Sewa di ReadingWalk)
Keluarga Ingalls akhirnya pindah lagi. Pa
memutuskan untuk menetap di sebuah daerah yang dekat dengan kota. Mengingat usia Laura dan Mary yang
sudah memasuki usia sekolah. Rumah sementara mereka kali ini sangat unik,
terletak di bawah tanah. Tapi, tetap saja, di sekeliling mereka terhampar padang rumput yang luas,
membuat Laura dan Mary tak habis menjelajah daerah itu.
Pa optimis, bahwa ia akan mampu membangun rumah
yang lebih nyaman dan layak untuk keluarganya. Pa memutuskan untuk menanam
gandum, dan ia yakin dari gandum tersebut, mereka akan memperoleh uang yang
banyak. Tapi sayangnya, hama belalang
menghancurkan ladang gandum mereka, dan Pa terpaksa meninggalkan keluarganya
untuk pergi ke kota.
Laura dan Mary juga memperoleh teman baru. Ada yang mengolok-olok
mereka, karena mereka anak desa, tapi hal itu tak terlalu mengganggu mereka.
via Tales of a Shoebox Princess |
Mary, adalah berusia 9 tahun. Tipe gadis cilik
yang bersifat dewasa. Ia lebih tenang dibandingkan dengan Laura, yang cepat
emosi. Tapi Laura, lebih suka bertualang. Ma yang pintar memasak, apa aja yang
dimasak Ma kaya’nya lezat-lezat banget. Sementara
Pa (kalau ngeliat ilustrasinya),
kaya’nya badannya gede banget. Dibalik sifatnya yang tegas, ia adalah pria yang
sangat menyayangi keluarganya. Ia juga humoris dan pintar bermain biola.
Membayangkan kehidupan keluarga Ingalls, membuat
saya jadi ingin berlari di padang
rumput yang luas lalu main di sungai. Membaca buku ini, membuat ingatan saya
melayang ke tahun 1980an, kala di hari Minggu, film Laura Ingalls juga jadi
tontonan wajib. Dengan Michael Landon sebagai Pa, senyum manis Melissa Gilbert
dengan gigi kelincinya.
Laura Ingalls Wilder, lahir pada tahun 1867, di
dalam sebuah rumah kayu di Rimba Besar,
Wisconsin. Keluarga Ingalls
merupakan salah satu keluarga pendatang, yang berani mencari tempat bermukim
baru untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak. Di dalam cerita ini,
tampaknya semua kelihatan berjalan mulus, mereka hidup bahagia di mana pun
mereka berada. Tapi, rintangan tentu selalu ada. Seperti salah satunya, hama belalang, lalu
bertemu dengan suku Indian yang liar. Tapi, tak ada masalah yang tidak bisa
diatasi oleh Pa.
Di Tepi Sungai Plum, adalah buku ketiga dari seri
Little House on the Prairie. Cerita yang sederhana ini, memberi pelajaran bagi
kita semua, untuk bisa hidup sederhana (meskipun nih, kadang-kadang, Pa terlalu
yakin dan optimis, sampai ia berani ‘berhutang’ dan membelil barang-barang untuk
kebutuhan keluarga). Selain itu, rasa tolong-menolong di antara para tetangga,
tak peduli keluarga Ingalls adalah keluarga pendatang.
Adalah Rose, putrinya, yang memberi inspirasi
pada Laura untuk menuliskan kisah nyata perjalanan keluarga Ingalls ke dalam
bentuk sebuah buku.
Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam
event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee (kategori Classic)
5 comments:
saya baca yang kisah mereka waktu masih tinggal di hutan. Yang terbayang juga filmnya yang tinggal di padang rumput :D
Kalo dilihat dari reviewnya mba Fer, kayaknya telat yah kalo aku bacanya dari udah gede gini.. tahu gitu kan bukunya dibaca dari kecil... pasti imajinasi bakal dimanjakan banget :D
@desty: aku paling inget juga yang waktu mereka tinggal di hutan.
@ana: gak terlambatlah :)
fer..sama, gw juga rent di readingwalk hihihi tapi yg little house on the prairie.. seru juga ternyata petualangan keluarga ingalls ini =)
@astrid: waktu kemarin gue liat toko buku bekas di plasa semanggi itu, ada yang jual lho.. kan sekarang udah rada susah dicari...
Post a Comment