Beautiful Mistakes
Sefryana Khairil &
Prisca Primasari
Gagas Media
512 hal
(Pinjam sama Pipit)
Cerita
pertama – Dreamland (Sefryana Khairil)
Nadine
sakit hati karena kekasihnya membatalkan rencana pernikahan mereka. Ia pun
memilih menenangkan diri di Bali, bersama
kedua sahabatnya. Di sebuah café, ia melihat seorang bartender sedang
menunjukkan kebolehannya meracik minuman. Rasa tertarik membuatnya ingin
mengenal lebih jauh pria bernama Fajar itu.
Sementara
Fajar, juga menyembunyikan sebuah luka, yang membuatnya takut menjalin hubungan
baru. Ia belum bisa melupkan kenangan akan almarhumah istrinya.
Cerita
kedua – Chokoreto (Prisca Primasari)
Akai
Fukuke terpaksa menyimpan mimpinya untuk jadi pianis demi merawat ayahnya dan
membantu di toko minuman cokelat milik keluarganya. Akai ini ‘clumsy’ banget,
sering mecahin gelas-gelas yang di toko itu.
Yuki
Akihara, tetangga Akai, yang sering mampir ke Chokoreto. Diam-diam sih,
keduanya suka saling memerhatikan. Yuki ini juga belajar piano, alunan suara
piano ketika Yuki latihan, membuat Akai semakin tertarik.
Yuki
ingin jadi penulis, tapi ia takut untuk tampil di muka umum, karena trauma yang
disebabkan saat ia sekolah.
Tapi,
Yuki dan Akai, saling memberi semangat satu sama lain. Berjuang bersama untuk
meraih mimpi-mimpi mereka dan mengalahkan rasa takut dan kekhawatiran lain.
-----
Hmmm…hmmm….
Mungkin nih karena abis baca ‘Sweet Nothings’, gue jadi masih terbayang
karakter Saskia dan Harsa saat gue membaca Dreamland. Soalnya gue merasa ada
kemiripan karakter dengan Nadine dan Fajar . Kalo di Sweet Nothing, Saskia yang
kehilangan pasangannya, di sini Fajar yang istirnya meninggal. Lalu, antara
Harsa dan Nadine sama-sama ditinggalkan kekasihnya yang memilih menikah dengan
orang lain.
Saskia
dan Fajar sama-sama menutup diri untuk menjalin hubungan baru, sedangkan Harsa
dan Nadine keukeuh kalau mereka bisa membuat Saskia atau bahagia dengan
hubungan yang baru.
Lalu,
Harsa dan Fajar juga digambarkan memilih (akan) pergi ke luar negeri, demi
melupakan Saskia/Nadine.
Yah…
lagi-lagi, gue merasa ‘biasa’ aja. Setting di Bali, gak membantu cerita ini
untuk jadi ‘lebih’ berkesan buat gue.
Dan,
untuk cerita kedua, lagi-lagi Prisca Primasari memilih setting di luar negeri
dengan tokoh yang asing. Kali ini, ia memilih tokoh dari Jepang. Di setiap
cerita Prisca Primasari, pasti terselip musik klasik dan tokoh dari Rusia.
Buat
gue, cerita ini simple… tokohnya juga gak macem-macem. Semua mengalir aja dan
tenang. Aduh, lagi-lagi, gue membayangkan secangkir cokelat hangat, pasti sedap
banget diminum pas lagi hujan… Hmmm…
Tapi,
kenapa Prisca selalu memilih luar negeri ya? But still, I love Prisca’s story
better than the first one.
Kesamaan
dari dua cerita ini, adalah semua tokoh punya masa lalu yang sedikit banyak
membuat rasa takut untuk bikin langkah selanjutnya, mereka semua punya mimpi,
karakternya yang satu ceria, yang satu tertutup – dua karakter ini ada pada dua
tokoh utama di masing-masing cerita. O ya, dua cerita ini sama-sama punya
minuman yang jadi andalan: Dreamland dan Stravinsky Berrychoco.
Note to myself:
Jangan
baca buku jenis seperti ini secara berurutan, kalo gak pas sama selera,
bawaannya malah jadi kesel, gak puas dan pengen kasih kritik aja.
2 comments:
kayaknya pas baca sinopsis cerita kedua kok jadi keingetan komik jepang macam salad days ya? (jadi kangen baca salad days). anyway bener fer, baca buku sejenis ini mending jangan berturutan, jadinya suka jenuh karena tone nya mirip =)
@astrid: hmmm.. belum pernah baca salad days... jadi pengen baca komik jepang :D
Post a Comment