A Chance
Kim In-Suk @ 2002
Dwita Rizki Nientyas
(Terj.)
Penerbit Bentang - 2012
288 hal.
(Gunung Agung
Senayan City)
Seung In adalah pria yang
kesepian. Ia tinggal sendiri di apartemennya. Hubungan percintaannya yang
terakhir tidak berjalan dengan baik dan berakhir dengan tidak baik. Seung In
akhirnya lebih memilih untuk tak menjalin hubungan serius.
Gi Yeon, perempuan
yangbekerja di bagian informasi di sebuah pusat perbelanjaan. Pernikahannya
berakhir dengan perceraian, dan di masa lalunya ia pernah menanti seorang pria,
tapi sayangnya pria ini gak punya keberanian untuk meninggalkan kekasihnya dan
membiarkan Gi Yeon terus menunggu. Bangku kosong, seperti yang ada di cover
buku ini, ibarat Gi Yeon yang terus menunggu pria itu datang, mencari siapa
yang akan duduk di sana
bersamanya.
Mereka berdua bertemu di
sebuah bar, diperkenalkan oleh sepupu Gi Yeon. Dan ternyata, pertemuan yang
tampak tak menarik itu, terus berlanjut. Karakter kedua tokoh ini sama-sama
tertutup. Seung In yang tak banyak bicara, masih bimbang apakah ingin
menempatkan Gi Yeon sebagai kekasih atau tidak. Seung In juga tak ingin Gi Yeon
menjadi seperti perempuan lain yang pernah berhubungan dengannya – menjadi
perempuan yang penuh perhatian, memasak atau melakukan berbagai hal yang menunjukkan
mereka sebagai pasangan.
Sementara itu sebenarnya
Gi Yeon lebih easy going, lebih santai. Gi Yeon bukan perempuan yang rapi, tapi
sebenarnya ia cukup cermat. Ia mencatat semua pengeluarannya dengan sangat
detail. Gi Yeon merasa beruntung bertemu dengan Seung In yang tak
mempermasalahkan status jandanya.
Dari luar sepertinya,
mereka berdua sama-sama nyaman dengan hubungan ini, karena keduanya tak
mempunya tuntutan satu sama lain. Tapi, di dalam hati, keduanya sama-sama punya
pertanyaan sendiri, punya ketakutan dalam diri sendiri.
Novel ini seolah terbagi
dalam dua bagian. Bagian pertama adalah cerita dari sudut pandang Seung In, dan
di bagian kedua cerita dari sudut pandang Gi Yeon. Di bagian Gi Yeon akan jelas
berbagai permasalahan yang sering bikin Seung In salah paham. Hanya saja,
pembagian itu rada kurang jelas.
Belum pernah rasanya
selama gue membaca sebuah buku gue berasa kesel banget… kesel sama alur
ceritanya yang lambat, ditambah lagi kesel sama tokohnya gak jelas banget.
Kenapa gue kesel? Karena selama gue membaca buku ini, gue gak ngerti, apa
maunya dua tokoh ini. Seung In yang maunya kesel aja sama Gi Yeon, tapi gak mau
bilang apa yang dia mau. Sementara Gi Yeon juga misterius gak jelas. Dia
menyimpan banyak rahasia yang bikin Seung In salah paham. Dua tokoh ini
tertutup banget. Dari awal hubungan mereka juga gak jelas (duh, gue jadi nulis
kalimat ‘gak jelas’ banyak banget deh) Hanya dari ajakan “mau berkencan
denganku?” akhirnya ya udah mereka jalan aja gitu. Menjalani hubungan tanpa
status. Dan baca novel seperti ini,
membawa ‘aura’ gak baik buat gue… hehehe
Kalau gue akhirnya
memutuskan hanya memberi dua bintang untuk buku ini, bukan karena buku ini gak
bagus. Yah, tapi it was just ok for me…
mungkin guenya aja yang cocok dengan gaya penulis-penulis
Korea
yang cenderung lamban ini.
2 comments:
nyebelin bgt kayaknya bukunya..hahaha..
hehehe.. gak tahan dengan tokohnya itu lho...
Post a Comment