Detektif
Imai dan Teka-Teki Lukisan Berantai (Detektif Imai #3)
Dyah P. Rini
Penerbit Buah Hati - Cet. I, Juni 2012
250 hal.
(Sewa di ReadingWalk)
Keberhasilan Indonesia
Permai, atau yang akrab dipanggil Imai, membuat si detektif cilik ini tak lagi
dipandang sebelah mata. Bahkan pihak sekolah menyediakan sebuah ruang yang tak
terpakai untuk dijadikan markas Imai dan teman-temannya.
Keluarga Imai sedang
dirundung duka. Kakek Imai ditemukan tewas di Belanda, lalu galeri tempat
lukisan kakek Imai terbakar. Kakek Imai adalah Wengi Waranggana seorang pelukis
terkenal. Naluri detektif Imai berkata, ada banyak hal yang tak wajar dibalik
tewasnya sang kakek.
Meski ditentang oleh
Ibunya, Imai bertekad untuk menyelidik hal ini. Imai masih dibantu oleh
teman-temannya, Kaisar, Nino, Lila dan Biru. Imai sampai terbang ke Yogyakarta
untuk melakukan penyelidikan di rumah kakeknya di sana.
Tapi, ternyata pembunuh
ini tidak main-main, Imai dan teman-temannya yang masih remaja ini turut
menjadi incaran. Apa sih motif si pembunuh ini sampai jauh-jauh terbang ke
Belanda, lalu tiba-tiba adai di Yogya, bahkan menguntit pula sampai ke Jakarta?
Membaca buku seri
Detektif Imai untuk yang kedua kalinya, kembali gue diajak bernostalgia ke
saat-saat membaca seri Lima Sekawan. Sekali anak-anak ini main terlibat dalam
kasus, mereka gak akan pernah berhenti. Ada
aja masalah yang mengikuti mereka, sampai-sampai nyawa mereka sendiri jadi
taruhannya.
Imai adalah gambaran anak
yang aktif, ceria tapi juga keras kepala. Di sekolah, Imai yah, termasuk
golongan popular juga, tapi bukan dalam arti ‘positif’. Imai cenderung
jadi bahan olokan kelompok Kings and
Queens. Pandya masih jadi musuh besarnya. Bahkan di novel ini, kasus yang Imai
selidiki berhubungan dengan Pandya.
Tak hanya sibuk dengan
urusan kasusnya, layaknya remaja lain, Imai juga mengalami saat-saat suka sama
cowok, takut kehilangan Kaisar, sahabatnya yang akan segera masuk SMA atau
bertengkar dengan Ibunya karena sebal dianggap anak kecil.
Yang menarik lagi dari
buku ini, di setiap ending cerita, selalu terselip misteri lain, yang akan
berlanjut di buku berikutnya.
2 comments:
Aku belum pernah baca buku detektif cilik karya lokal. Jadi pengen deh, coba Reading Walk buka gerai di Jogja juga :P
hehehe.. ntar disampein deh ke Mbak Yasmin :)
Post a Comment