Monday, November 05, 2012

The Book of Tomorrow




Harper Collins – 2009
320 hal.
(Sewa di @ReadingWalk)
Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com

Tamara Goodwin, terbiasa hidup dalam kemewahan. Ayah yang seorang pengusaha sukses, rumah lengkap dengan segala fasilitas. Tapi, kematian ayahnya merengut semua kebahagiaan versi Tamara saat itu. Ayahnya meninggal, bunuh diri, meninggalkan sejumlah hutang kepada bank. Untuk membayar hutang-hutang tersebut, rumah dan segala isinya disita. Tamara dan ibunya pun harus meninggalkan rumah itu dan pindah ke rumah pamannya di daerah pedesaan.

Ibunya masih dalam masa ‘berkabung’, tak bicara sedikit pun dan tampak seperti menderita gangguan jiwa. Tamara yang baru berusia 16 tahun itu pun berontak. Ia harus tinggal dengan Rosaleen, bibinya dan Arthur, pamannya yang pendiam.

Tamara selalu berusaha melawan Rosaleen. Ditambah lagi, banyak keanehan yang ia temui pada bibinya ini. Kenapa Rosaleen selalu melarang Tamara untuk menjenguk ibunya di kamar, kenapa Rosaleen selalu bersikeras mengerjakan segala sesuatu sendiri dan selalu tampak tegang. Sementara Arthur, tidak banyak bicara dan cenderung menurut pada istrinya itu.

Tamara mencari kesibukan dengan berjalan-jalan ke sebuah reruntuhan kastil. Konon kastil itu terbakar dan ada korban jiwa. Tamara juga berkenalan dengan seorang biarawati bernama Suster Ignatius.

Yang membuat hari-hari Tamara menjadi lebih menarik adalah saat itu berkenalan dengan Marcus, yang membawa bis – bukan sembarang bis, tapi ‘Perpustakaan Bis’ – yah, perpustakaan keliling gitu deh. Dan, Tamara menemukan sebuah buku misterius. Awalnya, Tamara tak bisa membuka buku itu, karena terkunci. Tapi, Suster Ignatius berhasil membantunya. Ternyata, buku itu adalah sebuah buku harian yang halamannya masih kosong.

Dan saat Tamara hendak menulis di buku harian itu, terjadi sesuatu yang aneh. Buku ini tiba-tiba saja sudah tertulis, tapi anehnya, tanggal yang tertera adalah tanggal di hari berikutnya. Tamara pelan-pelan mulai ‘mengetes’ buku itu. Awalnya ia berusaha mengikuti apa yang sudah tertulis, tapi lama-lama, ia mencari tau apa yang akan terjadi jika ia melakukan hal yang berlawanan.Tapi.. yang tetap jadi pertanyaan... siapa yang menulis buku harian itu? Karena koq tulisannya mirip dengan tulisan Tamara sendiri.

Banyak hal misterius di dalam buku ini, misalnya misteri Rosaleen yang tiap hari selalu bolak-balik ke sebuah rumah dengan alasan mengurus ibunya, lalu sebuah album foto yang lenyap keesokan harinya setelah Tamara sempat melihat sekilas.

Dalam bayangan gue, Tamara ini anak yang pemberani dan kuat. Kuat bukan secara fisik, tapi kuat dalam menanggung cobaan di dalam keluarganya. Ayah meninggal, Ibu depresi dan tinggal di pedesaan tempat ia nyaris tak mengenal siapa pun.

Awalnya, jujur saya gak mempunyai ‘ekspetasi’ yang tinggi dari buku ini. Tapi, wah, surprise, ternyata saat berakhirnya buku ini, saya suka. Mungkin karena ada misteri keluarga di sini, ada sebuah rahasia tentang buku harian (jadi inget buku hariannya Tom Riddle di Harry Potter) dan sempat membuat saya mengira ada sedikit ‘fantasi’ gara-gara melibatkan buku harian yang misterius.

Dan saya pun menutup buku ini dengan rasa puas…

4 comments:

Ana said...

wahhh jadi penasaran sama bukunya! soalnya cecilia ahern yang kutahu cuma ps i love you dan itupun romance banget...

ferina said...

wah.. ini beda sama PS I Love You... mungkin karena tokohnya remaja, romance-nya sih pasti ada, tapi gak mendayu-dayu gitu, dan gak banyak

HobbyBuku said...

kemarin sdh penasaran wkt liat di peri, apalagi soal magic dan buku, plot dan endingnya juga bagus ya mbak, jadi pengen baca :D btw, cecilia ahern yang thanks for the memories juga bgs lho :D

ferina said...

@HobbyBuku: hmm kaya'nya Thanks for The Memories di rumah ada deh... *tertimbun pastinya*

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang