Thursday, November 01, 2012

My Partner



 
My Partner
Retni SB
Gramedia – Pebruari 2012
288 hal.
(pinjam sama @pipitkuprit)


Tita harus menangung beban sendiri setelah Mahkamah Agung memutuskan papa Tita bersalah atas kasus korupsi di perusahaan tempat papanya bekerja. Tita yang beliau tidak bersalah, beliau hanya tumbal. Tapi apa mau dikata, MA menolak Peninjauan Kembali kasus itu. Dan itu berarti, Tita harus kehilangan rumah dan harta benda karena disita pengadilan dan Tita harus bertahan sendiri. Papa di penjara, mama yang tak kuat akhirnya depresi dan harus direhabilitasi, adiknya, Nena memilih menjauh ke rumah nenek mereka, pacarnya kabur, dan teman-teman mulai menjauh.

Keuangan mulai menipis, biaya operasional sehari-hari tetap harus berjalan. Tita membuang gengsinya dan bekerja pada Jodik, arsitek yang merancang taman rumah mereka, yang dulu karyanya pernah dicela Tita. Tapi, sifat cuek dan nyaris juteknya Jodik membuat Tita gak kuat dan memilih bekerja pada Dodi, anak boss papa-nya Tita. Karena bayaran yang lebih menggiurkan dan karena memang sudah berteman sejak lama, Tita menepis siapa sebenarnya Dodi, anak dari orang yang ikut menjerumuskan papa Tita ke penjara.

Hmmm.. apa yang mau gue tulis setelah  baca buku ini… Buat gue kurang ‘beremosi’, meskipun penderitaan tokoh utama cukup mengharu-biru, dengan segala perjuangan dan kesabaran. Tapi malah bikin jadi statis. Yang namanya orang lagi tertimpa musibah yang berat seperti itu, rasanya ada saatnya emosi bisa meledak. Udah gitu, gak ada tokoh antagonisnya, selain Dido yang muncul sekilas (ini pun kalo bisa dibilang antagonis). Kalo mau lebih dramatis, lebih asyik kalo temen-temen lama Tita yang menjauh setelah kasus papanya ini dimunculkan. Yah, kan pengen tau, apa sih yang ada di pikiran ‘teman’ yang menjauh itu.

Lalu, adik Tita, Nena yang ‘ngumpet’ di rumah neneknya. Coba lebih ditampilkan, biar gak seolah hanya Tita yang ‘menanggung’ beban segitu berat.

Mungkin klise ya cerita ini, sang tokoh utama yang sedang menderita, lalu datanglah sang knight in shining armorand they live happily ever after *sigh*. Tiba-tiba gue terpikir, andaikan keadaan dibuat berbeda. Seandainya digambarkan memang ayah Tita adalah koruptor, si penjahat, seperti apa cerita ini bergulir ya? Apa Tita akan setabah yang digambarkan dalam buku ini? Gimana sosok Tita menerima kenyataan seperti itu?

Aduh, ma’af ya, mbak Retni, kalo tiba-tiba jadi ‘ceriwis’ begini. Ide cerita udah oke koq.. bener.. deh, hanya sekali lagi, terlalu klise. FYI (yang gak penting), gue nyaris cerita ke nyokap tentang kasus di buku ini… eh, tiba-tiba baru inget kalo ini hanya fiksi. Abis nyaris tiap hari dengernya berita beginian melulu sih… hehehe…

Dan satu lagi nih, yang terjadi setelah baca buku ini, gue tiba-tiba kepikiran sama keluarga para koruptor di dunia nyata. Apa ya yang keluarga mereka rasakan? Yang pasti gue kasian sama anak-anak mereka.

3 comments:

Ana said...

Eh gitu ya mba? Padahal banyak yang bilang kalau buku ini bikin mewek. Hmm ngga jadi kubaca deh kalo gitu.. hihihi aku udh baca beberapa halaman awal sih.. dan emang bener kata mba Fer, kayaknya si Tita ini menderita banget tapi kok dari narasinya seolah dia biasa aja gitu..

Helvry Sinaga said...

iya yah.. kesian sama anak-anak mereka, pasti dapat pengucilan dari teman-temannya

ferina said...

@Ana: hehehehe, mungkin dasarnya aku orang yang gampang 'mewek' kalo baca buku. lain kalo nonton, nah itu lebih gampang :D

@Bang Helvry: begitulah, bang... gara2 ortu, anak jadi korban

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang