Indonesian Idle
Okke ‘sepatumerah’
Gagas Media – 2007
242 Hal.
Diandra, mungkin sekilas, adalah tipe ‘pembosan’. Ia gak pernah bertahan di tempat bekerjanya lebih dari 6 bulan. Tipe-tipe ‘kutu loncat’, yang seneng cari yang baru. Alasannya: belum ketemu yang pas. Padahal sang ibu sudah berkali-kali mengingatkan untuk hati-hati, gak bagus di CV kalo keseringan pindah kerja. Tapi, itulah Diandra… mumpung masih muda, berbagai kesempatan disabetnya.
Sampai akhirnya, ia mendapatkan pekerjaan sebagai staf artistik di sebuah majalah fashion, ‘Femme’. Genggsi Diandra dan ibunya langsung naik di mata saudara-saudaranya. Maklum, ibu Diandra adalah single parent. Ayah Diandra adalah seorang pilot yang meninggal karena kecelakaan pesawat. Demi pekerjaan itu, Diandra harus rela meninggalkan Bandung dan hijrah ke Jakarta.
Lingkungan kerja di ‘Femme’ dipenuhi orang-orang trendy. Semua berbicara apa yang lagi in, must have item, item to die for… sampai gosip-gosip seputar artis yang dateng ke Femme. Tapi, semua terlihat gak bersahabat bagi Diandra. Ketika berkenalan pun, Diandra merasa gak dianggap bahkan oleh sebelah mata sekalipun. Untung ada salah satu rekannya sesama staf artistik yang baik, Theresia. Bahkan, ternyata, tempat tinggal Theresia berseberangan dengan kost Diandra.
Tapi ternyata, pekerjaannya di Femme hanya bertahan sebulan. Bukan karena Diandra tidak menyukainya, meskipun punya bos seperti monster, tapi karena ada ‘politik kantor’ yang menyebabkan Diandra jadi korban. Diandra pun dipecat sebelum masa percobaannya habis. Meskipun akhirnya Diandra diminta kembali lagi, tapi demi harga diri, Diandra menolak.
Diandra akhirnya tinggal di rumah Tere. Demi ‘menyambung hidup’ di kota besar, Diandra rela bekerja sebagai penjaga warnet, tapi gara-gara mengalami pelecehan seks, Diandra keluar. Diandra ogah balik ke Bandung, karena malu ketauan ibunya. Pertama kalinya Diandra merasakan gak enaknya gak punya kerja, dan susahnya nyari kerja baru.
Lama-lama, Diandra menemukan di mana tempat yang sesuai dengannya, meskipun sempat membuat persahabatannya dengan Tere terputus. Diandra sudah mengecewakan sahabat baiknya.
Novel ini asyik banget buat temen sore-sore, sambil tidur-tiduran. Endingnya gak mengecewakan... memuaskan pembacalah... Ringan… lancar… ada ‘something’nya tapi gak berat. Pelajarannya: jangan jadi kutu loncat… ini nih yang selalu diingetin sama dosen dan senior gue waktu kuliah… karena emang gak bagus buat di CV. Hehehe..
Okke ‘sepatumerah’
Gagas Media – 2007
242 Hal.
Diandra, mungkin sekilas, adalah tipe ‘pembosan’. Ia gak pernah bertahan di tempat bekerjanya lebih dari 6 bulan. Tipe-tipe ‘kutu loncat’, yang seneng cari yang baru. Alasannya: belum ketemu yang pas. Padahal sang ibu sudah berkali-kali mengingatkan untuk hati-hati, gak bagus di CV kalo keseringan pindah kerja. Tapi, itulah Diandra… mumpung masih muda, berbagai kesempatan disabetnya.
Sampai akhirnya, ia mendapatkan pekerjaan sebagai staf artistik di sebuah majalah fashion, ‘Femme’. Genggsi Diandra dan ibunya langsung naik di mata saudara-saudaranya. Maklum, ibu Diandra adalah single parent. Ayah Diandra adalah seorang pilot yang meninggal karena kecelakaan pesawat. Demi pekerjaan itu, Diandra harus rela meninggalkan Bandung dan hijrah ke Jakarta.
Lingkungan kerja di ‘Femme’ dipenuhi orang-orang trendy. Semua berbicara apa yang lagi in, must have item, item to die for… sampai gosip-gosip seputar artis yang dateng ke Femme. Tapi, semua terlihat gak bersahabat bagi Diandra. Ketika berkenalan pun, Diandra merasa gak dianggap bahkan oleh sebelah mata sekalipun. Untung ada salah satu rekannya sesama staf artistik yang baik, Theresia. Bahkan, ternyata, tempat tinggal Theresia berseberangan dengan kost Diandra.
Tapi ternyata, pekerjaannya di Femme hanya bertahan sebulan. Bukan karena Diandra tidak menyukainya, meskipun punya bos seperti monster, tapi karena ada ‘politik kantor’ yang menyebabkan Diandra jadi korban. Diandra pun dipecat sebelum masa percobaannya habis. Meskipun akhirnya Diandra diminta kembali lagi, tapi demi harga diri, Diandra menolak.
Diandra akhirnya tinggal di rumah Tere. Demi ‘menyambung hidup’ di kota besar, Diandra rela bekerja sebagai penjaga warnet, tapi gara-gara mengalami pelecehan seks, Diandra keluar. Diandra ogah balik ke Bandung, karena malu ketauan ibunya. Pertama kalinya Diandra merasakan gak enaknya gak punya kerja, dan susahnya nyari kerja baru.
Lama-lama, Diandra menemukan di mana tempat yang sesuai dengannya, meskipun sempat membuat persahabatannya dengan Tere terputus. Diandra sudah mengecewakan sahabat baiknya.
Novel ini asyik banget buat temen sore-sore, sambil tidur-tiduran. Endingnya gak mengecewakan... memuaskan pembacalah... Ringan… lancar… ada ‘something’nya tapi gak berat. Pelajarannya: jangan jadi kutu loncat… ini nih yang selalu diingetin sama dosen dan senior gue waktu kuliah… karena emang gak bagus buat di CV. Hehehe..
0 comments:
Post a Comment