Beda sama novel ‘Selamanya’ yang ngomongin tentang warna putih, kalo di novel ini, udah ketauan dari judulnya, akan didominasi sama warna merah.
Perkenalan Raisa dan Rama diawali ketika Raisa marah-marah karena Rama yang fotografer itu seenaknya aja memotret rambut merah Raisa. Tapi justru warna merah itulah yang akhirnya menyatukan mereka.
Cerita di novel ini dimulai ketika Raisa sedang menantikan kedatangan Rama yang baru pulang dari liburan di Australia. Semua sudah dipersiapkan secara detail dan sempurna untuk menyambut Rama. Raisa sudah memasak, menata meja dan berdandan cantik dengan gaun merahnya. Tapi, Rama tak kunjung datang. Raisa kecewa berat. Ternyata, Rama mengalami kecelakaan dan meninggal dunia.
Raisa yang keliatan dari luar cewek yang tomboy dan mandiri, ternyata adalah seseorang yang rapuh. Kalau gak ada Fanny, temannya, mungkin Raisa sudah mati karena bunuh diri.
Suatu hari di rumah Rama, Raisa melihat sebuah foto Rama ketika berada di Australia. Ada satu yang janggal di foto itu menurut Raisa. Di foto itu, Rama terlihat begitu bahagia, bahkan Raisa tidak pernah melihat Rama sebahagia itu. Raisa curiga ada orang lain di hati Rama.
Hanya satu yang bisa menjawab pertanyaan Raisa, yaitu Aria, sahabat Rama. Sama dengan Raisa, Aria juga terpukul dengan kepergian Rama. Kehilangan orang yang sama-sama mereka sayangi ternyata malah mendekatkan mereka. Apalagi Aria dengan sabar menemani Raisa yang masuk rumah sakit karena mau bunuh diri.
Ada alasan sendiri kenapa Aria mendekati Raisa. Bukan karena ia menyukai Raisa, tapi karena ia ingin mencari ‘sisa-sisa’ Rama dalam diri Raisa. Ada rahasia di balik hubungan persahabatan Rama dan Aria.
Dari awal nih, dari sejak nama Aria muncul, udah gitu kedatangan Aria dengan segala rasa yang ia ungkapkan tentang Rama, ketebak banget ada apa di antara mereka. Jadinya baca novel ini udah gak seru lagi…
Akhir cerita dibiarkan menggantung, gak ada emosi yang bikin pembaca gemes karena nanggung, atau happy kah… atau sedih kah… Karena ya.. itu… ada sesuatu yang udah ketebak di tengah. Mungkin kalo nonton filmnya, bisa dapet penyelesaian yang cukup masuk akal.
Monday, September 03, 2007
Merah Itu Cinta
Labels:
Merah Itu Cinta,
movie-tie-in
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment