The Chocolate Thief
Laura Florand @ 2012
Veronica Sri Utami (Terj.)
Bentang – Cet. V, Januari 2014
414 hal.
Cokelat dan Paris
… sebuah kombinasi klasik dan ‘sempurna’ untuk meramu sebuah kisah percintaan yang
romantis.
Cade Corey, pewaris takhta perusaahan cokelat
terbesar di Amerika – Corey Chocolate, berada di Paris dalam rangka ingin menjajaki kerja sama
dengan salah satu pembuat cokelat terbaik dan terkenal di Perancis, Sylvain
Marquis.
Corey Chocolate bangga dengan Corey Bars
yang diproduksi secara massal dan dijual seharga 33 sen di supermarket di
Amerika – yah.. 1 dollar deh kalo di airport. Mereka mengklaim membuat orang
Amerika bahagia dengan cokelat mereka. Karena punya ‘pabrik’ cokelat sendiri,
Cade kecil ‘dilarang’ makan cokelat selain Corey Chocolate – padahal pengen
juga sih ngerasain cokelat Mars atau M&M.
Berbeda dengan Marquis Chocolate, yang dibuat
dengan tangan Sylvain sendiri, dirancang dengan hati-hati dan eksklusif dan
dijual dengan harga yang mahal, sesuai dengan kualitas yang ditawarkan. Marquis
Chocolate, akan langsung meleleh, lumer di mulut, menimbulkan sensasi yang luar
biasa. Secara tak langsung ditujukan untuk ‘menggoda’ wanita, sebagai ‘balasan’
Sylvain yang di masa remaja kurang beruntung dalam hubungannya dengan wanita.
Dan tentu saja…. Sylvain menolak tawaran kerja
sama Cade. Gengsi lah, memasang nama ‘Marquis’ di cokelat batangan produksi
Corey Chocolate yang pasaran itu. Bakal turun ‘pamor’ dan kesan eksklusif dari
Marquis Chocolate.
via Pinterest |
Tapi, dengan berbagai cara, Cade berusaha
menerobos dapur Sylvain, untuk ‘mencuri’ rahasia Marquis Chocolate – yah, mulai
dari menyamar jadi peserta workshop sampai mencuri kode rahasia ruang kerja Sylvain,
dan dengan nekat masuk ke dalam dapur tersebut.
Sesungguhnya, di balik percik-percik perasaan
yang mulai timbul di antara keduanya, Sylvain ingin menyadarkan Cade, bahwa tak
selamanya segala sesuatu itu bisa dibeli dengan uang. Uang tak selalu mendatangkan
kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup.
Tokoh Cade – perempuan yang sebenarnya ‘rapuh’
tapi berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah, pantang menyerah –
meskipun usahanya malah membuat dirinya jadi tampak konyol.
Sementara itu, Sylvain – hmmm… I am trying to
imagine the sexy guy…. Siapa ya? Kaya’ siapa Sylvain ini? Terkesan sombong,
galak dan tertutup, tapi pada dasarnya ia adalah pribadi yang hangat. Gue suka
ketika digambarkan suasana yang akrab dan hangat di dalam acara keluarga Marquis.
Lalu, ketika Sylvain beli roti baguette, meskipun singkat, juga sedikit membuka
pribadi Sylvain yang hangat itu.
via Urban Review |
Secara keseluruhan sih, ceritanya gak terlalu
istimewa, tapi gue suka penggambaran proses pembuatan cokelat yang dijelaskan
oleh Sylvain … *drooling* . Lumayan
detail, bikin langsung ngebayangin cokelat yang lumer di mulut ….
Belum lagi setting kota Paris… menara Eiffel di
malam hari, kafe-kafe kecil yang gak terlalu ramai, tapi menunya yummy …
perempuan Paris yang ‘survive’ dengan high-heels … Laura Florand, menurut gue
sih, lumayan berhasil menggambarkan suasana kota Paris…
via Pinterest |
Pemilihan nama tokoh juga sesuai menurut gue.
Cade – nama yang terkesan ‘tomboy’, cocoklah dengan karakter yang rada gak
hati-hati, sementara Sylvain Marquis – memberi kesan klasik dan aristokrat (apa
sihhh?) Dalam dunia kuliner sendiri, ada istilah Chocolate Marquise yang definisinya kata Wikipedia ‘a rich chocolate dessert
made with dark chocolate, butter, sugar, cocoa powder, eggs and cream’ Entah lah, apakah nama Sylvain Marquis terinspirasi dari sini.
Beberapa istilah atau kalimat dalam bahasa
Perancis yang digunakan Sylvain dan Cade ada terjemahannya di bagian footnote,
jadi membantu banget untuk menangkap isi
cerita. Meskipun, kalau kalimat itu berulang, gak akan diterjemahin lagi di
halaman berikut (jadi, rada bolak-balik deh)
O ya, gue sih gak tau ya kalau dalam edisi bahasa Inggrisnya seperti apa, tapi, kalau memang ada bagian-bagian yang disensor, gue bisa bilang kalau sensornya cukup rapi. Karena rasanya, dalam cerita seperti ini, gue yakin banget ada bagian-bagian yang bikin 'deg-degan' :)
O ya, gue sih gak tau ya kalau dalam edisi bahasa Inggrisnya seperti apa, tapi, kalau memang ada bagian-bagian yang disensor, gue bisa bilang kalau sensornya cukup rapi. Karena rasanya, dalam cerita seperti ini, gue yakin banget ada bagian-bagian yang bikin 'deg-degan' :)
Submitted for:
-
Baca
Bareng BBI bulan February 2014 – tema: Kuliner