The False Prince (Pangeran Palsu)
Cindy Kristanto (Terj.)
Gramedia – Oktober 2013
392 hal.
Ada 4 orang anak yatim
piatu, semuanya laki-laki dengan ciri-ciri fisik yang nyaris sama. Mereka
diambil oleh salah seorang regen dari kerajaan Carthya bernama Conner. Kerajaah
Carthya terletak di antara 3 kerajaan lain – Gelyn, Avenia dan Mendewal. Tujuan
Conner ‘menculik’ keempat anak laki-laki tersebut adalah untuk dilatih menjadi
seorang pangeran – di mana saat itu, kerajaan Carthya sedang dalam kekosongan
pemimpin. Beredar isu bahwa Raja Eckbert, Ratu Erin dan Pangeran Darius sudah
tewas, diracun oleh orang yang ingin merebut tampuk kepimpinan kerajaan
Carthya. Di dalam pemerintahan Carthya, ada dewan yang disebut regen – yang
merupakan penasihat raja, di antara mereka ada yang bernafsu untuk berkuasa
menjadi Raja.
Maka, demi mencegah perang saudara, Conner
mempunyai misi rahasia. Diketahui, bahwa Raja Eckbert dan Ratu Erin mempunyai
satu orang putra lagi, bernama Pangeran Jaron. Pangeran Jaron ini dikenal
sebagai anak yang rada-rada susah diatur, dan ia diketahui hilang dalam
perjalanannya di laut, diserang oleh bajak laut Avenia. Mayatnya sendiri tidak
pernah ditemukan.
Nah, ke-empat anak ini akan dididik dan ‘disulap’
menjadi Pangeran Jaron hanya dalam waktu dua minggu. Tentu saja, hanya satu
anak yang akan dipilih, dan entah nasib apa yang akan menimpa ketiga anak yang
tidak dipilih. Yang pasti untuk itu mereka harus bertahan … atau mereka akan
kehilangan nyawa mereka.
Keempat anak itu adalah:
Latamer, dia anak yang paling lemah di antara
yang lain, sakit-sakitan dan rasanya yang paling tidak mungkin terpilih, karena
seorang pangeran harus kuat kan?
Tobias, yang paling cerdas dan ambisius. Ia
yakin, dengan kepintarannya , ia akan terpilih menjadi pangeran.
Roden, yang bertubuh paling kuat – dalam hal
bertarung dengan pedang, ia yang paling unggul. Pangeran Jaron dikenal sebagai
pemain pedang yang andal, di usia 10 tahun, ia sudah menantang seorang petinggi
kerajaan untuk berduel.
Yang terakhir adalah Sage. Di antara mereka, Sage
ini yang paling cuek, gak peduli dengan segala urusan per’pangeran’an itu.
Paling menyebalkan Conner dan juga teman-teman barunya. Tapi, ia yang paling
tangguh dan paling banyak akal. Hati-hati dengan lidahnya yang tajam. Dan dalam
hal sifat, sesungguhnya Sage yang paling mirip dengan Pangeran Jaron.
Di rumah Conner, mereka belajar sejarah Carthya,
berkuda, bertarung dengan pedang, tata krama di meja makan bahkan berdansa.
Buku ini ‘menipu’ dari awal. Tokoh Sage tampak
yang paling dominan di antara tokoh lainnya – mau gak mau, meskipun
menyebalkan, Sage mampu membuat gue terkesan dengan segala trik, dan tipu
dayanya. Dan tokoh Conner juga sangat mencurigakan dari awal – apa benar ia
segitu ‘cinta’nya terhadap Carthya sampai-sampai niat banget mencari pangeran
palsu?
Kejutan disiapkan penulis menjelang Conner memilih
siapa anak laki-laki yang akan menjadi Pangeran Palsu.
Meskipun di akhir agak terlalu ‘mulus’ menurut
gue, tapi tentu saja cerita tidak selesai sampai di buku ini. Masih ada dua
buku selanjutnya, karena ada pihak-pihak yang pastinya gak puas dengan
kemunculan Pangeran Jaron yang tiba-tiba ini.
Selayaknya cerita tentang kerajaan, ada tokoh putri
yang sejak belum lahir pun sudah dijodohkan dengan Pangeran Darius – yang karena
pangeran Darius sudah meninggal, maka Pangeran Jaron lah yang akan jadi
pendampingnya kelak. Juga ada Imogen, pelayan perempuan yang sejak awal menarik
perhatian Sage.
Gak seperti kebanyakan buku bertema kerajaan yang
rumit dengan segala sejarah dan nama tokoh yang rumit, The False Prince ini
menurut gue cukup simple. Latar belakang Carthya dijelaskan dengan singkat dan
padat oleh Conner, yang membantu pembaca mengenal Carthya.
Submitted for:
0 comments:
Post a Comment