Wednesday, February 26, 2014

The False Prince



The False Prince (Pangeran Palsu)

Cindy Kristanto (Terj.)
Gramedia – Oktober 2013
392 hal.

Ada 4 orang anak yatim piatu, semuanya laki-laki dengan ciri-ciri fisik yang nyaris sama. Mereka diambil oleh salah seorang regen dari kerajaan Carthya bernama Conner. Kerajaah Carthya terletak di antara 3 kerajaan lain – Gelyn, Avenia dan Mendewal. Tujuan Conner ‘menculik’ keempat anak laki-laki tersebut adalah untuk dilatih menjadi seorang pangeran – di mana saat itu, kerajaan Carthya sedang dalam kekosongan pemimpin. Beredar isu bahwa Raja Eckbert, Ratu Erin dan Pangeran Darius sudah tewas, diracun oleh orang yang ingin merebut tampuk kepimpinan kerajaan Carthya. Di dalam pemerintahan Carthya, ada dewan yang disebut regen – yang merupakan penasihat raja, di antara mereka ada yang bernafsu untuk berkuasa menjadi Raja.

Maka, demi mencegah perang saudara, Conner mempunyai misi rahasia. Diketahui, bahwa Raja Eckbert dan Ratu Erin mempunyai satu orang putra lagi, bernama Pangeran Jaron. Pangeran Jaron ini dikenal sebagai anak yang rada-rada susah diatur, dan ia diketahui hilang dalam perjalanannya di laut, diserang oleh bajak laut Avenia. Mayatnya sendiri tidak pernah ditemukan.

Nah, ke-empat anak ini akan dididik dan ‘disulap’ menjadi Pangeran Jaron hanya dalam waktu dua minggu. Tentu saja, hanya satu anak yang akan dipilih, dan entah nasib apa yang akan menimpa ketiga anak yang tidak dipilih. Yang pasti untuk itu mereka harus bertahan … atau mereka akan kehilangan nyawa mereka.

Keempat anak itu adalah:

Latamer, dia anak yang paling lemah di antara yang lain, sakit-sakitan dan rasanya yang paling tidak mungkin terpilih, karena seorang pangeran harus kuat kan?

Tobias, yang paling cerdas dan ambisius. Ia yakin, dengan kepintarannya , ia akan terpilih menjadi pangeran.

Roden, yang bertubuh paling kuat – dalam hal bertarung dengan pedang, ia yang paling unggul. Pangeran Jaron dikenal sebagai pemain pedang yang andal, di usia 10 tahun, ia sudah menantang seorang petinggi kerajaan untuk berduel.

Yang terakhir adalah Sage. Di antara mereka, Sage ini yang paling cuek, gak peduli dengan segala urusan per’pangeran’an itu. Paling menyebalkan Conner dan juga teman-teman barunya. Tapi, ia yang paling tangguh dan paling banyak akal. Hati-hati dengan lidahnya yang tajam. Dan dalam hal sifat, sesungguhnya Sage yang paling mirip dengan Pangeran Jaron.

Di rumah Conner, mereka belajar sejarah Carthya, berkuda, bertarung dengan pedang, tata krama di meja makan bahkan berdansa.

Buku ini ‘menipu’ dari awal. Tokoh Sage tampak yang paling dominan di antara tokoh lainnya – mau gak mau, meskipun menyebalkan, Sage mampu membuat gue terkesan dengan segala trik, dan tipu dayanya. Dan tokoh Conner juga sangat mencurigakan dari awal – apa benar ia segitu ‘cinta’nya terhadap Carthya sampai-sampai niat banget mencari pangeran palsu?

Kejutan disiapkan penulis menjelang Conner memilih siapa anak laki-laki yang akan menjadi Pangeran Palsu.

Meskipun di akhir agak terlalu ‘mulus’ menurut gue, tapi tentu saja cerita tidak selesai sampai di buku ini. Masih ada dua buku selanjutnya, karena ada pihak-pihak yang pastinya gak puas dengan kemunculan Pangeran Jaron yang tiba-tiba ini.

Selayaknya cerita tentang kerajaan, ada tokoh putri yang sejak belum lahir pun sudah dijodohkan dengan Pangeran Darius – yang karena pangeran Darius sudah meninggal, maka Pangeran Jaron lah yang akan jadi pendampingnya kelak. Juga ada Imogen, pelayan perempuan yang sejak awal menarik perhatian Sage.

Gak seperti kebanyakan buku bertema kerajaan yang rumit dengan segala sejarah dan nama tokoh yang rumit, The False Prince ini menurut gue cukup simple. Latar belakang Carthya dijelaskan dengan singkat dan padat oleh Conner, yang membantu pembaca mengenal Carthya.


Submitted for:




0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang