I’ve Got Your Number
Sophie Kinsella
Black Swan @ 2012
459 hal.
Well, meskipun gue kecewa ketika terakhir kali
gue baca bukunya Sophie Kinsella yang Wedding Night, gue masih punya ‘harapan’
untuk menyukai buku-bukunya Kinsella yang lain. Makanya, setelah berjarak agak
lama, baru deh gue memutuskan untuk baca I’ve Got Your Number, takutnya, kalo
kedeketan masih berasa aura ‘sebel’nya.
Kalau dari karakter, terkesan tipikal ya… Poppy
Wyatt, perempuan yang gampang panik, sembrono dan rada-rada ‘seenaknya’. Poppy
ini kehilangan cincin pertunangannya ketika lagi nge-teh bareng temen-temennya.
Panik lagi dia, dengan segala cara minta supaya pihak hotel nge-blok tempat,
biar dia leluasa nyari cincin itu. Plusss… dia kehilangan telepon genggamnya di
saat yang bersamaan.
Dan begitu Poppy liat ada telepon genggam
‘tergeletak’ begitu aja di tempat sampah, tanpa pikir panjang ia mengambil
telepon itu dan menggunakannya sebagai telepon pribadinya ‘sementara’. Telepon
genggam itu milik Personal Assistant dari Sam Roxton. Awalnya sih, Poppy hanya
mem-forward email-email tersebut ke Sam. Tapi lama-lama, dia ‘gatel’ juga dong,
kepo gitu pengen tau, apa sih isi email-email itu. Dan ia melihat Sam sebagai
orang yang gak peduli dengan rekan-rekan kantornya.
Sementara itu, Poppy juga disibukkan dengan
urusan persiapan pernikahannya dengan Magnus Tavish – yang berasal dari
keluarga yang ‘berpendidikan’. Semua anggota keluarga Tavish menulis buku,
selalu berbicara dengan bahasa ‘tingkat tinggi’ yang bikin Poppy sempat minder.
Lama-lama nih, si Poppy ini malah lebih sibuk
ngurusin urusan kerjaan Sam daripada urusan pernikahannya dengan Magnus. Dan
akhirnya malah Poppy membantu Sam menyelesaikan krisis di kantor Sam.
Kalau ngeliat dari karakter Poppy, tentunya gak
ada hal yang baru yang ditawarkan oleh Sophie Kinsella. Cuma gue ‘terkesan’
dengan ide ‘sabotase’ telepon yang dilakukan Poppy. Sms-sms Poppy dan Sam malah
menjadi ‘greget’ di buku ini. O ya, si
Poppy ini penggemar Agatha Christie (ngngng.. ini sih yang gue tangkap di awal
buku ini), malahan Poppy kehilangan cincin pertunangannya itu pas lagi ada
acara nge-teh ala Miss Marple.
Sedangkan Magnum … hmm.. ini cowok rasanya pengen
gue timpuk aja ya… Pengecut … hehehe.. dan gue merasa dia koq kaya’ jadi anak ‘mama’
gitu.
Nah, Sam Roxton – di awal menyebalkan tapi…
justru sikap diamnya yang bikin dia jadi bikin penasaran. Perkembangan
hubungannya dengan Poppy juga terbangun dengan perlahan. Dan hey… buku ini nyaris ‘bersih’ dari adegan 17 tahun ke atas.
Gue suka dengan ending-nya, tapi… cerita
menjelang bagian akhir itu yang bikin gue nyaris berteriak ‘Norakkkkk’. Emang
ketebak sih, tapi… kenapa harus di saat yang kaya’ gitu sih?
Ya sudahlah, terima aja deh… toh, buku macam
chicklit begini memang menjadi penyegar, bacaan ringan di kala santai. Dan buku
ini, masih lebih baik daripada Wedding Night.
Submitted for:
0 comments:
Post a Comment