And
the Mountains Echoed (Dan Gunung-Gunung pun Bergema)
Berliani M. Nugrahani (Terj.)
Qonita – Cet. I, Juli 2013
516 hal.
Kulihat
peri kecil muram
Di
keteduhan pohon kertas
Kumengenal
peri kecil muram
Yang
tertiup angin suatu malam
Ini adalah jenis buku yang bikin
bingung gimana mau nulis review-nya. Gak mungkin gue cuma bilang, buku ini bagus,
siapin tissue, buat jaga-jaga kalo tiba-tiba mewek pas lagi baca. Tapi, seperti
biasa - setelah The Kite Runner dan A Thousand Splendid Suns – And the
Mountains Echoed juga sebuah buku yang indah dan menguras emosi. Meskipun kadar
air mata yang keluar gak sederas ketika membaca dua buku sebelumnya.
Perpisahan Abdullah dan Pari baru
awal cerita ini, awal penyesalan dari seorang laki-laki bernama Nabi. Tak hanya
itu, ada rasa kesepian Suleiman Wahdati dengan cintanya yang terpendam,
kehidupan Nina Wahdati dengan rasa kesendiriannya di balik gaya hidupnya yang glamour,
cerita Markos, seorang dokter yang menjadi penghubung antara Abdullah dan Pari,
kesengsaraan Iqbal, adik tiri Abdullah, yang digambarkan dari cerita-cerita
Gholam, rasa sayang bercampur iri dalam diri Parwana terhadap adiknya, atau
rasa bersalah Idris, dokter dari Kabul yang bermukim di Afganishtan,
keinginannya untuk membantu para penduduk Kabul terkubur di balik rutinitas dan
kesibukannya sehari-hari.
Buku ini jadi bagaikan kumpulan
cerpen, tapi tetap memberi sebuah kesatuan yang utuh dari awal sampai akhir.
Meskipun fokusnya adalah pada Abdullah dan Pari, tapi gak melulu mereka yang
jadi tokoh utama. Malah, Abdullah seakan tenggelam di tengah cerita. Sempat
terpikir, ini ngapain ya, semua orang diceritain sampai detail? Jadinya gimana urusan
Abdullah dan Pari? Tapi, lewat semua tokoh itu, kita dibuat ‘mengerti’ akan
peranan mereka dalam kehidupan Abdullah dan Pari selanjutnya. Ada
latar belakang, mengapa mereka datang ke Kabul
atau pergi dari Kabul.
Berkelilinglah kita ke Kabul yang berdebu, Paris yang kaya’nya jadi
suram, Yunani yang eksotis dan atau ke San Fransisco untuk mencari kebab. Sebagai
pembaca gue salut dan kagum dengan Khaled Hoseini yang bisa membuat pembaca
ikut menangis tanpa harus mendramatisir penderitaan tokoh utama.
Para tokoh tercerai-berai, ada yang
memang ingin melarikan diri dari kakunya kehidupan rumah tangga, ada yang juga
melarikan diri dari kacau Afghanistan karena perang, atau bahkan ada yang
sengaja datang ke Kabul dengan tujuan yang berbeda. Seorang anak bahkan mempertanyakan
arti kepahlawanan ayahnya, ketika ia tahu ternyata ayahnya menyebabkan
penderitaan bagi orang lain, sedangkan di sisi lain, ayahnya dipuja-puji.
Membaca buku ini, bagaikan sebuah
perjalanan panjang, atau menyusun sebuah puzzle, mencari kepingan yang hilang
dalam sejarah hidup seseorang. Betapa sebuah keluarga itu penting, selalu ada
kesempatan kedua untuk memperbaiki segala sesuatunya dan yang penting selalu
ada kata ma’af… karena itu sih yang bikin hati jadi damai dan tenang…
And
the Secret Santa is…..:
Dan sekarang adalah saatnya
menungkapkan siapa sosok si Secret Santai itu. Berdasarkan petunjuk yang gue
peroleh:
1. Resi pengiriman dengan kode DPS ‘tersangkanya’ ada 3 orang: Mia, Ndari atau Asrina
2. Tulisan di label pengiriman,
tampak sangat kenal dengan tulisan itu. Hehehe.. soalnya hampir tiap bulan ada
paket dengan tulisan tangan itu.
3. Sebuah souvenir cantik dengan
quote yang sangat dikenal dari sebuah blog.
Jadi, dengan penuh keyakinan, gue
menebak, (Secret) Santa gue adalah ….
Bener gak ya?? Hayooo.. mengakulah,
Santa… Tapi anyway, terima kasih untuk buku yang dipilihkan untukku … karena
ternyata kamu gak salah pilih… thank you.. thank you.. thank you…
Submitted for:
Baca Bareng BBI – Januari 2014 -
tema: buku dari Secret Santa