Wednesday, August 21, 2013

Dengarlah Nyanyian Angin



Dengarlah Nyanyian Angin (Kaza No Uta O Kike)
Haruki Murakami @ 1979
Jonjon Johana (Terj.)
KPG – Cet. II, Mei 2013
119 Hal.
(Gramedia Plasa Semanggi)

‘Dengarlah Nyanyian Angin’ adalah novel pertama Haruki Murakami yang ditulis tahun 1979. Berkisah tentang tokoh ‘Aku’ yang kalau dalam pemikiran gue, adalah seseorang yang ‘gak jelas mau ngapain sih sama hidupnya. Galau dan tak menentu… Tokoh ‘Aku’ sering mampir ke sebuah bar dan duduk-duduk di sana bersama temannya, Nezumi. Minum bir, ngerokok, jalan-jalan di pantai. Rasanya novel ini penuh dengan botol bir dan asap rokok, sesekali nyium bau kentang goreng hangat, sambil diiringi musik tahun 1960-1970an.

Berkisah juga tentang hubungan Aku dan kekasih-kekasihnya, hubungan Aku dengan Nezumi, yang benci jadi anak orang kaya. Nezumi, terobsesi jadi penulis – dan ia tidak mau di dalam bukunya ada adegan seks dan kematian. Sementara kekasih-kekasih ‘Aku’ beragam karakternya – ada yang bunuh diri, ada yang melakukan aborsi, tapi gak tau siapa ayah dari bayi itu. Dan semua itu seolah ditanggapi saja dengan tanpa emosi oleh ‘Aku’.

Membaca buku Haruki Murakami, rasanya memang harus dalam kondisi otak yang ‘prima’. Biar gak terjebak dalam kebingungan, tak tentu arah baca kisahnya, atau merasa bosan setengah mati. Bahkan untuk buku yang tipis ini. Adakalanya, ketika lagi berusaha keras menyimak buku ini, terbawa alur yang lambat, bikin jadi ikutan ngelamun, lalu kehilangan arah dan akhirnya harus balik lagi beberapa kalimat, atau bahkan membuka lembar sebelumnya biar balik lagi ke jalur yang benar.

Gak ada kejutan yang bikin kita ‘terlonjak’ saat membacanya. Bagi pembaca kaya’ gue yang kadang maunya cepet atau ada yang bikin penasaran, ya harus sabar. Bener-bener kaya’ lagi berangin-angin… tenang tapi kadang menghanyutkan. Tapi dibandingkan dengan Kafka on Shore atau After Dark, novel yang satu ini lebih ‘nyata’, gak ada hal-hal yang absurd atau aneh.

Dari beberapa novel Haruki Murakami yang gue baca, selalu ada musik-musik di dalam bukunya. Gak heran sih, ternyata Murakami pernah memiliki sebuah jazz bar yang dikelola bersama istrinya.

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang