Thursday, December 13, 2012

A Chance




A Chance
Kim In-Suk @ 2002
Dwita Rizki Nientyas (Terj.)
Penerbit Bentang - 2012
288 hal.
(Gunung Agung Senayan City)

Seung In adalah pria yang kesepian. Ia tinggal sendiri di apartemennya. Hubungan percintaannya yang terakhir tidak berjalan dengan baik dan berakhir dengan tidak baik. Seung In akhirnya lebih memilih untuk tak menjalin hubungan serius.

Gi Yeon, perempuan yangbekerja di bagian informasi di sebuah pusat perbelanjaan. Pernikahannya berakhir dengan perceraian, dan di masa lalunya ia pernah menanti seorang pria, tapi sayangnya pria ini gak punya keberanian untuk meninggalkan kekasihnya dan membiarkan Gi Yeon terus menunggu. Bangku kosong, seperti yang ada di cover buku ini, ibarat Gi Yeon yang terus menunggu pria itu datang, mencari siapa yang akan duduk di sana bersamanya.

Mereka berdua bertemu di sebuah bar, diperkenalkan oleh sepupu Gi Yeon. Dan ternyata, pertemuan yang tampak tak menarik itu, terus berlanjut. Karakter kedua tokoh ini sama-sama tertutup. Seung In yang tak banyak bicara, masih bimbang apakah ingin menempatkan Gi Yeon sebagai kekasih atau tidak. Seung In juga tak ingin Gi Yeon menjadi seperti perempuan lain yang pernah berhubungan dengannya – menjadi perempuan yang penuh perhatian, memasak atau melakukan berbagai hal yang menunjukkan mereka sebagai pasangan.

Sementara itu sebenarnya Gi Yeon lebih easy going, lebih santai. Gi Yeon bukan perempuan yang rapi, tapi sebenarnya ia cukup cermat. Ia mencatat semua pengeluarannya dengan sangat detail. Gi Yeon merasa beruntung bertemu dengan Seung In yang tak mempermasalahkan status jandanya.

Dari luar sepertinya, mereka berdua sama-sama nyaman dengan hubungan ini, karena keduanya tak mempunya tuntutan satu sama lain. Tapi, di dalam hati, keduanya sama-sama punya pertanyaan sendiri, punya ketakutan dalam diri sendiri.

Novel ini seolah terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah cerita dari sudut pandang Seung In, dan di bagian kedua cerita dari sudut pandang Gi Yeon. Di bagian Gi Yeon akan jelas berbagai permasalahan yang sering bikin Seung In salah paham. Hanya saja, pembagian itu rada kurang jelas.

Belum pernah rasanya selama gue membaca sebuah buku gue berasa kesel banget… kesel sama alur ceritanya yang lambat, ditambah lagi kesel sama tokohnya gak jelas banget. Kenapa gue kesel? Karena selama gue membaca buku ini, gue gak ngerti, apa maunya dua tokoh ini. Seung In yang maunya kesel aja sama Gi Yeon, tapi gak mau bilang apa yang dia mau. Sementara Gi Yeon juga misterius gak jelas. Dia menyimpan banyak rahasia yang bikin Seung In salah paham. Dua tokoh ini tertutup banget. Dari awal hubungan mereka juga gak jelas (duh, gue jadi nulis kalimat ‘gak jelas’ banyak banget deh) Hanya dari ajakan “mau berkencan denganku?” akhirnya ya udah mereka jalan aja gitu. Menjalani hubungan tanpa status. Dan  baca novel seperti ini, membawa ‘aura’ gak baik buat gue… hehehe

Kalau gue akhirnya memutuskan hanya memberi dua bintang untuk buku ini, bukan karena buku ini gak bagus. Yah, tapi it was just ok for me… mungkin guenya aja yang cocok dengan gaya penulis-penulis Korea yang cenderung lamban ini.

2 comments:

Althesia Silvia said...

nyebelin bgt kayaknya bukunya..hahaha..

ferina said...

hehehe.. gak tahan dengan tokohnya itu lho...

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang