Melbourne: Rewind
Winna Efendi @ 2013
Gagas Media – Cet. I, 2013
328 Hal.
CLBK memang suka bikin galau. Apalagi kalau pas
pisah, semua serba ‘nanggung’, ada yang marah, gak ada kata perpisahan yang
resmi atau ada yang masih nunggu tapi gengsi untuk ngomong #eh…jadi curcol.
Ini tentang Max dan Laura. Mereka berdua ini dulu
pernah pacaran. Cara mereka pacaran simple aja – nongkrong di kedai kopi
favorit, jalan-jalan ke pantai atau cuma dulu baca buku di apartemen, atau
bahkan yang rada ‘sadis’, mereka berdua suka film horror – semakin berdarah
semakin seru.
Max ini tergila-gila pada cahaya. Sampai
akhirnya, ia kuliah dan dan bekerja sebagai designer cahaya di konser-konser.
Mereka berdua berkenalan ketika kuliah di The University of Melbourne,
gara-gara Max ‘mengambil’ walkman milik Laura.
Akhirnya, mereka berdua sering ngopi bareng,
sama-sama nyaman, sampai akhirnya terlontarlah kata-kata “Let’s do this
together, just the two of us, for the rest of our lives.” So simple… but to the
point…
Tapi.. seperti yang udah keliatan dari awal..
akhirnya mereka berpisah.. dan ketika ketemu lagi, jadi pada galau, apakah
mereka akan tetap berteman, atau akan mencoba lagi atas apa yang dulu sempat
terputus.
Kalau sebelumnya, gue rada kurang ‘bersahabat’
dengan tulisan Winna Efendi, kali ini, gue menikmati cerita di buku ini. Buat
gue, romantisme dalam buku ini gak berlebihan, bukan yang bikin orang jadi
‘termehek-mehek’, tapi, menggambarkan dua orang yang apa adanya, yang berusaha
jadi diri sendiri. Gue suka dengan tokoh Max dan Laura. Mereka punya dunia
sendiri, tapi gak membuat yang lain merasa tersisih atau dicuekin.
Selain memanjakan diri dengan berkhayal ada di
Melbourne, judul tiap bab yang mengambil judul sebuah lagu, bikin gue jadi
pengen tau, kaya’ apa sih lagu-lagunya. Tampaknya playlist-nya keren-keren.
2 comments:
Max, Laura.... ini tokoh-tokohnya bule atau gimana Mbak?
Tokoh2nya orang indonesia koq
Post a Comment