The Tokyo
Zodiac Murders (Pembunuhan Zodiak Tokyo)
Soji Shimada @ 1987
Barokah Ruziati (Terj.)
GPU – Cet. 2, Agustus
2012
360 hal.
(Gramedia Pondok Indah
Mall)
Pembunuhan berantai
terjadi di Tokyo pada tahun 1936. Diawali dengan kematian seorang seniman bernama
Heikichi Umezawa, yang ditemukan tewas di studionya sendiri. Lalu, diikuti
dengan kematian anak-anak dan keponakan Umezawa – yang semuanya perempuan.
Lebih sadisnya lagi, tubuh mereka termutilasi.
Di dalam studio Umezawa
ditemukan sebuah catatan yang merinci sebuah pembuatan patung yang jika
diteliti berdasarkan potongan-potongan tubuh dari para perempuan yang tewas.
Berbagai spekulasi dan
teori bermunculan. Ditambah lagi bahwa dalam catatan-catatan itu juga merinci
dari segi astrologi para korban, unsur-unsur kimia berdasarkan astrologi, di
mana mereka harus dikuburkan dan di mana patung yang disebut Azoth itu harus
diletakkan. Dari setiap korban, si pembunuh mengambil potongan tubuh yang
paling sempurna.
Singkat kata, segala
teori itu akan membuat sebuah karya yang mengerikan. Mungkin orang akan
mengatakan ini sebuah karya yang gila, karya orang yang kerasukan setan dan
dipengaruhi hal-hal gaib.
Dan selama 40 tahun,
misteri pembunuhan yang mengguncangkan ini tak bisa dipecahkan. Sampai seorang
perempuan bernama Mrs. Iida datang kepada Kiyoshi Mitarai dan membawa sebuah
catatan penting dari seorang perwira polisi, yang tak lain adalah ayah Mrs.
Iida.
Kiyoshi Mitarai, seorang
astrolog, peramal nasib sekaligus detektif yang ‘nyeleneh’. Gayanya cuek. Punya
teori dan pengamatan sendiri. Sebal kalau dibandingkan dengan Sherlock Holmes
oleh sahabatnya, Kazumi Ishioka. Ishioak ini tergila-gila sama cerita misteri,
bahkan dia yang dengan semangat bercerita sama Mitarai tentang Pembunuhan
Zodiak Tokyo, sementara Mitarai ogah-ogahan mendengarkannya. Sikapnya yang aneh ini kadang membuat
sahabatnya ini geleng-geleng kepala. Dengan gayanya yang spontan dan terkadang
mirip orang gila ini, Mitarai berhasil melihat detail-detail yang luput dari
pengamatan polisi selama 40 tahun.
Kali kedua gue membaca
kisah pembunuhan yang ditulis oleh penulis Jepang dan dua-duanya sadisssss….
Yang pertama adalah Out – di mana daging korban diiris tipis-tipis seperti
sashimi (untuk gak bikin jadi il-fil makan sashimi) dan kali ini korban
dimutilasi. Harus gue akui, bahwa si pembunuh ini cerdas. Gimana gak, dengan
hati-hati ia mengikuti isi surat yang ditinggalkan Umezawa dan gak ada yang
tahu siapa pelakunya selama 40 tahun.
Kalau aja kita mau
mengikuti pola pikir a la detektif, semua fakta sudah dijelaskan dengan rinci
oleh penulis. Bahkan, di tengah-tengah cerita, penulis mengajak pembaca untuk
sama-sama menebak siapa pembunuhnya.
Yah, sempat sih agak
bingung dengan segala penjelasan tentang astrologi itu. Karena penasaran, gue
sempat mencoba mengamati pola-pola yang muncul, berdasarkan ilustrasi dari
Ishioka, tapi lama-lama gue nyerah… mending baca aja dengan sabar.. hehehe…
O ya.. gue suka covernya... Putih bersih, dengan tulisan dan gambar merah. Gak penuh detail-detail, simple tapi benar-benar pas sama ceritanya.
Kiyoshi Mitarai – resmi
menjadi salah satu detektif favorit gue. Semoga aja cerita Detektif Mitarai
yang lain juga diterjemahkan sama Gramedia.