Kastil Es
dan Air Mancur yang Berdansa
Prisca Primasari @ 2012
Gagas Media – Cet. I,
2012
292 hal
(Gramedia Plasa Semanggi)
Florence melarikan diri
dari rumah gara-gara gak mau dipertemukan dengan lelaki yang akan dikenalkan
dengan dirinya itu. Yah, kata orang tuanya sih hanya perkenalan, tapi bukan gak
mungkin mengarah ke yang namanya perjodohan.
Di Stasiun SaintLazare,
Paris, Florence menemukan seorang pria yang dengan baiknya memberikan tas baru
yang masih dalam bungkus untuk Florence. Yup, lagi lari-lari heboh, tas
Florence putus. Nama pria itu adalah Vinter Vernalae. Pria dengan wajah muram
dan tangan penuh bekas guratan.
Sebagai gantinya,
Florence mau diajak Vinter ke rumah temannya bernama Zima di Honfleur. Florence
harus tampil dalam sebuah pentas mini di rumah Zima. Zima ini juga pria yang
gak kalah aneh. Punya nama sesuai dengan musim, seperti Four Seasons-nya
Vivaldi. Zima juga adalah orang yang sulit untuk puas akan sesuatu. Karena
penyakit yang dideritanya, ia tak bisa lagi menikmati pertunjukan seni di luar.
Maka itu, ia selalu mengundang seniman ke rumahnya. Tapi, kalau mereka tampil
jelek, mereka tidak akan dibayar.
Yah, singkat kata, sih,
mungkin ketebak ya, gimana jalan cerita antara Vinter dan Florence… hehehe..
Florence dan Vinter sama-sama
suka karya klasik. Florence ini gadis serba bisa, baca puisi oke, ngelukis jago
apalagi main piano. Sedangnya keahlian Vinter lebih unik lagi, yaitu pemahat
es. Sesuai banget sama nama dan karakternya yang dingin.
Tapi, kalo dipikir-pikir,
koq kesannya Florence ini lugu banget ya? Mau aja gitu diajak-ajak sama orang
yang baru dikenal dan ke tempat orang yang belum dikenal pula. Padahal, dia punya pengalaman buruk sama laki-laki.
Dan, buat gue karakter
yang mencuri perhatian adalah Zima. Si pria pemarah dan aneh, tapi sebenarnya
dia baik hati. Seorang pecinta seni, makanya dia marah banget kalo ada yang
tampil asal-asalan. Di rumahnya, dia punya panggung mini, lengkap dengan kostum
dan properti lainnya.
Tapi, apa juga coba yang
membuat gue akhirnya tertarik untuk beli dan baca novel ini? Pertama, tentu
saja cover-nya yang cantik itu, membuat jiwa romantis gue muncul.. hehehe..
Kedua, gue pernah membaca buku karya Prisca Primasari yang berjudul Éclair dan
gue suka karena tokohnya yang gak biasa. Tokohnya bukan orang Indonesia dan
settingnya waktu itu di Rusia. Kali ini setting-nya di Perancis. Dan kalo aja
gue gak liat tanggal yang ada di awal bab, gue bakal mengira waktunya ada di
abad 19. Soalnya, meskipun di Perancis, bukan mengambil Paris sebagai kota
utama. Jadi gak berasa modern-nya.
Inilah yang membuat gue
suka sama buku cantik ini.
3 comments:
covernya baguuuuuusssss...tapi agak janggal juga ya baca buku lokal dengan setting di luar, hmm hmmm...mungkin itu yang malah bikin unik?
mmm... aku pernah baca satu kali bukunya prisca primasari yang judulnya will & julliet, settingnya di Amrik.. kayaknya dia suka ngambil setting di luar negeri yah.. hehe
@Astrid: makanya gue beli... suka sama cover-nya dulu, baru isi ceritanya :D
@Maya: mungkin juga ya.. bisa jadi ini ciri khas dia
Post a Comment