Tuesday, May 29, 2012

The House of Silk



The House of Silk
Anthony Horowitz @ 2011
Mulholland Books
339 pages
(Kinokuniya Plaza Senayan)

Inilah perkenalan pertama gue dengan sosok Sherlock Holmes, detektif legendaris ciptaan Sir Arthur Conan Doyle. Bersamaan dengan Sherlock Quest yang diadakan oleh @bacaklasik, gue pun tergoda untuk mencari tahu seperti apa sih ‘keren’nya Sherlock Holmes ini. Semoga gak salah ya, kalo gue mulai berkenalan justru bukan dari bukunya Doyle, tapi dari karya Anthony Horowitz.

Sosok detektif yang ‘canggih’ selama ini yang gue kenal hanyalah Hercule Poirot. Sosoknya yang pendek dengan kepala bulat telur dan berkumis tipis. Kalau Sherlock Holmes gue hanya tau gaya berpakaiannya yang khas, dan tak ketinggalan pipa yang bertengger di bibirnya.

Tak ketinggalan sahabat Holmes yang setia, Dr. Watson, yang menulis kisah-kisah penyelidikan Holmes. Kepiawaian Holmes sangat membantu kepolisian Inggris dalam menyelesaikan beberapa kasus. Di awal buku ini, Dr. Watson memberikan pengantar, kenangannya akan sosok Holmes – yang sempat membuat gue terharu. Hiks…

Buku ini diawali dengan kedatangan seorang art dealer ke kediaman Holmes di 221 Baker Street. Pria itu bernama Edmund Carstairs, yang mengaku diikuti oleh seorang pria misterius sejak kepulangannya dari Amerika. Di jaman itu, sekitar tahun 1890an, sering terjadi perampokan di kereta api. Tak terkecuali, kereta yang membawa benda seni yang berharga milik Edmund dan rekannya. Untungnya perampokan itu dapat digagalkan, dan kelompok perampok itu berhasil diringkus. Tapi, ada satu yang lolos dan menyebar teror untuk membalas kematian saudara kembarnya. Sosok inilah yang diyakini Edmund sebagai penguntitnya – yang diperkirakan sebagai salah satu anggota The Flat Cap.

Awalnya, Holmes sempat menganggap kasus ini sebagai kasus sepele, sampai terjadinya pembunuhan.. tak hanya satu, tapi dua kasus pembunuhan. Holmes merasa bersalah, akhirnya terjun total dalam kasus ini. Kasus yang pada akhirnya nyari membuat Holmes mendekam dalam penjara karena tuduhan pembunuhan.

Kasus ini berkembang jadi jauh… pembunuhan berkembang jadi perdagangan opium illegal, lalu tentang sebuah rumah misterius bernama ‘The House of Silk’.

Awalnya gue sempet be-te, koq jadi ngelantur kemana-mana begini kasusnya. Tentang misteri penguntit Edmund dan kematian pria misterius yang awalnya terjadi, sempat lama gak disinggung-singgung. Justru Holmes berkutat pada kematian informan cilik yang seorang anak jalanan – ini yang bikin Holmes merasa bersalah. Gue sempat merasa koq kasus selanjutnya seperti mengada-ada, atau dipanjang-panjangin aja.

Tapi, karena Sherlock Holmes ini ‘canggih’, gue jadi mengaibaikan segala keluhan gue di atas. Holmes seperti bisa ‘menelanjangi’ seseorang meskipun baru sekali bertemu. Dia bisa tau latar belakang pendidikannya apa, orang itu abis ngapain. Fakta sedetail, dan sekecil apa pun tak luput dari pengamatan beliau ini.Endingnya, tetap mengejutkan, dan bikin gue jadi kagum sama Sherlock Holmes, sama seperti gue kagum dengan kecerdikan Hercule Poirot.

Meskipun cara bicaranya masih penuh basa-basi, sopan-santun, tapi buat gue, cara Holmes berbicara terkesan santai, tapi tetap misterius. Sosok yang tak kalah misterius, adalah Mycroft Holmes, yang tak lain adalah saudara kandung Sherlock.

The House of Silk karya Anthony Horowitz ini adalah buku pertama yang disetujui oleh Conan Doyle Estate – sebuah yayasan yang memegang hak cipta atas karya-karya Sir Arthur Conan Doyle.

3 comments:

Arun said...

I too liked 'The House of Silk'.

Check out my review .

Cheers!

ferina said...

@buddy2blogger: great!

Nadia Wulantari said...

Nama pemain yang ada serta wataknya apa? Dan moral lesson nya apa? mohon dibalas ya..

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang